Season 2 Ch.15

6.9K 1.2K 37
                                    

Tria melesat ke arahku menggunakan cambuknya sebagai senjata. Rupanya dia sebagai penyerang. Ya itu tidak mengejutkan sih.

[ - Peringatan - ]
Menghindar

Peringatan jendela game muncul. Tria tiba-tiba muncul di sampingku.

"Jika kau tidak fokus, kau akan kesulitan"

[ Device : Teleport ]

"Hoo benarkah?" Tubuhku menghilang dan muncul tepat di belakang benderaku. Tria terkejut dia menatapku tajam. "Peraturannya hanya siapa pun yang berhasil mengambil bendera lawan dia yang menang bukan? Nah, kalau begitu.."

Aku mengulurkan tangan mendekat ke bendera.

[ Device : A Thousand Illusory Shadows ]

"Kage bunshin no jutsu!" Aku teriak tertahan karena terbayang anime Naruto di kehidupanku sebelumnya.

Bendera yang awalnya satu berubah menjadi ribuan bendera. Ya.. ini seperti jurus seribu bayangan milik narkuto, eh, Naruto maksudnya.

"Ha! Rasakan bunshinku"

Tria terkejut, karena hampir setengah lapangan ilusi bendera ada. Aku mengangguk bangga. Tria mencambuk benderaku dengan brutal, dan alhasil itu semua palsu. Dia geram.

"Sialan!" Teriaknya marah.

"Oi oi oi, ayolah.. aku hanya sendiri, kalian berdua, jadi tidak masalah bukan jika begini?" Ujarku ringan mengangkat bahu.

"Wow! Itu sihir yang hebat! Belum pernah aku menyaksikan ini!" MC berseru membuat penonton bersorak.

"Baik. Sekarang giliranku bukan? Eh? Kalau dipikir-pikir.."

Bukankah aku bisa langsung menang? Aku kan punya teleport, ah sial! Ini tidak seru! Aku melihat ke sekeliling stadion. Mataku menangkap seorang yang familier. Itu Alona. Benar, mungkin aku akan mengalah sedikit. Aku menatap kembali ke depan. Lalu berlari ke arah bendera Tria.

"Kau ingin lari? Tidak akan aku biarkan!" Tria geram. Dia mengeluarkan sihirnya. Api menjalar ke seluruh cambuknya dan mengarahkannya padaku. Gerakannya sangat cepat, aku tidak bisa menghindarinya. Tubuhku terkena cambuk, terpental ke samping, aku jatuh tersungkur. Tubuhku rasanya panas. Aku hendak berdiri namun, Tria sudak mencambuk ku lebih dulu. Aku kembali tersungkur.

"Kau kira aku akan diam saja dan mengalihkan perhatianku padamu karena sihirmu itu? Aku tidak bodoh, bodoh."

Sekali lagi Tria mencambuk ku. Ah sialan, ini panas sekali. Aku cepat berdiri, mengepalkan tangan, Tria mengarahkan cambuknya pada tanganku dan membelitnya. "Aku tahu apa yang ingin kau lakukan. Teknikmu itu selalu sama, dan itu adalah kebodohanmu" Tria mengalirkan mana api pada cambuknya dan merambat. Tanganku terbakar.

"Akh! Panas!" Aku berteriak kesakitan berusaha membatalkan api Tria dengan air milik ku. Tria menyadari itu dan menambah kekuatan apinya. "Kau tidak bisa apa-apa sekarang"

[ - Peringatan - ]
Kondisi tubuh menurun 20%
Tangan kanan perlu tindakan
Ambil potion atau abaikan

Rasanya semakin panas. Tanganku melepuh, bahkan jendela gameku terus memberitahu kondisi tubuh ku. Aku mencoba menarik cambuknya. "Kau masih melawan? Kau terlalu angkuh!" Tria menambah apinya, kini semakin panas. Sialan, aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi tapi..

"Aku tidak akan menyerah! Tidak ada yang bisa menghentikan ku! Dan kau senior Tria, ini bukanlah akhir dari permainan ini- akh!" Tanganku benar-benar melepuh. Rasanya perih dan panas.

Heroin Of Emores 【END - TERBIT】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang