BAGIAN KE-21

2.2K 131 5
                                    

Sudah dua hari ini mamanya Nana di rawat. Keadaannya pun masih di bilang belum membaik. Selama itu juga Luna menemani sahabatnya menjaga ibunya.

Luna mengecek ponselnya kenapa akhir-akhir ini Arkan susah sekali di hubungi. Pesan yang gadis itu kirimkan juga hanya di balas singkat. Apakah dia tidak tau bahwa gadisnya ini merindukannya.

"Na lo makan ya, gue beli makanan dulu," ujar Luna yang ingat temannya ini belum memasukkan nasi dari kemarin sore.

Luna berjalan ke kantin rumah sakit. Dia menggerutu pada dirinya sendiri. Dia lupa kalau Nana itu belum makan. Memesan makanan yang enak mungkin bisa sedikit membantu.

Luna kembali dari kantin rumah sakit dengan membawa makanan dan beberapa snack. Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Alisnya bertautan ketika melihat orang yang rasanya sangat ia kenali sedang tertawa dengan seorang gadis, dan gadis itu juga tidak asing untuk Luna. Hanya saja sampai sekarang Luna belum tau siapa nama gadis itu.

Apa ini? Ada apa dengan mereka? Batin Luna. Sebelum-sebelumnya Luna tidak mau berpikir terlalu jauh. Tapi jika diingat-ingat akhir-akhir ini Arkan juga jarang sekali membalas pesannya. Apa ini menjadi salah satu faktornya. Jika diminta boleh Luna cemburu? Boleh Luna kesal? Boleh Luna marah? Jika dipikir itu semua boleh. Mengingat Luna saat ini juga tengah menginginkan dukungan juga.

Luna tetap melanjutkan langkahnya hingga di saat mereka saling berhadapan Luna mengangkat sebelah alisnya kemudian tersenyum kepada Arkan.

Arkan yang melihat itu dibuat terdiam. Kenapa Luna ada di sini? Mungkin itu adalah salah satu pertanyaan yang berada di kepala Arkan.

Arkan mencoba mengejar Luna tapi, pergerakannya di hentikan oleh gadis yang bersamaannya itu.

"Mau kemana?"

"Saya ada urusan," jawab Arkan.

"Kamu udah janji sama aku Arkan, ayo kita ketemu dokter."

Arkan menghela napas, saat ini dia ingin mengejar gadisnya. Dia juga merasa bersalah karena akhir-akhir ini mereka jarang sekali berkomunikasi. Arkan yang kecewa terhadap dirinya sendiri langsung berjalan ke ruangan dokter lebih dulu.

Sedangkan gadis yang bernama April hanya tersenyum. Melihat ketidakberdayaan Arkan yang tidak bisa menolak permintaan dirinya.

****

Luna menghentikan langkahnya tidak jauh dari Nana. Dia menghela napasnya, gadis itu memutuskan untuk tidak menceritakan mengenai kejadian tadi kepada sahabatnya. Biar rasa cemburu ini Luna yang tanggung ini hubungan Luna dan Arkan, jadi Nana tidak perlu mengetahui. Dia juga tidak ingin menambahkan beban kepada sahabatnya ini.

Luna berjalan mendekat kemudian mengusap pundak Nana. "Na, makan dulu yuk! Gue udah beliin lo makanan nih," titah Luna. Jawaban Nana hanya mengangguk.

Selama dua hari ini mama Nana belum sadar, tentunya itu membuat ke khawatiran Nana meningkatkan. Nana akhir-akhir ini juga lebih banyak menghela nafas.

"Lun lo ga ke kampus?" Tanya Nana yang melihat sahabatnya ini masih betah menemani dirinya.

"Dosennya aja di sini ngapain berangkat ke kampus."

"Pak Arkan sakit?"

Luna menggelengkan kepalanya. "Ah, udah makan dulu makanannya," titah Luna.

****

Ibu Nana kini sudah di pindahkan ke ruang inap, wanita yang mulai berumur itu sudah sadar sekitar pukul 13:00. Tapi untuk keadaannya sendiri masih lemah. Harus banyak istirahat.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang