BAGIAN KE-26

2.2K 124 3
                                        

Halo!
Bagaimana kabarnya? Udah nunggu ya?

Ga perlu basa-basi lagi ayok langsung baca aja!!!

Luna menatap sebungkus sate di tangannya. Dia bingung apakah orang sakit makan sate? Harusnya sih makan soalnya enak. Tapi kan katanya kalo lagi sakit ga enak makan apa-apa. Duh Luna jadi bingung sendiri.

"Pak sopir," panggil Luna pada sang supir. Arkan benar-benar menyuruh sopirnya untuk menjemput Luna, padahal Luna bisa saja naik ojek online.

"Ada apa Non?"

"Kira-kira Pak Arkan doyan sate ga?" tanya Luna.

"Saya ga paham Non. Harusnya Non sih tanya aja ke Ibu, soalnya mungkin beliau yang lebih paham." Sopir itu benar. Mana tau dia tentang apa yang Arkan suka.

"Gitu ya Pak," ujar Luna lemas. "Kira-kira Bapak kalo sakit doyan makan sate ga Pak?" imbuhnya.

Dengan cepat Pak sopir mengangguk. "Ga sakit aja doyan, apa lagi ini Non jelas doyan banget kalo saya," jawab Pak supir sambil tertawa kecil.

"Ya udah ini buat Bapak aja." Luna meletakkan sate itu di atas dasbor mobil.

"Loh kok buat saya Non?" Pak sopir kebingungan.

Luna mengangguk. "Kalo dipikir ga cocok Pak Arkan kalo makan sate," sahut Luna.

"Engga usah Non, tadi kan udah sempet beliin saya sate juga," tolak Pak supir.

"Rezeki jangan ditolak Pak!"

"Tapi nanti Non datang dengan tangan kosong dong ke rumah Tuan Arkan." Pak supir makin merasa tak enak.

"Tangan kosong berani kok Pak. Udah jangan dipikir. Masalah ini gampang," kata Luna dengan mengacungkan jempolnya.

****

Setelah menempuh beberapa menit akhirnya Luna sampai di salah satu unit apartemen Arkan. Ini kedua kalinya Luna kemari. Jika dulu Luna datang untuk bimbingan, sekarang Luna datang dengan maksud tujuan lain.

Luna beberapa kali menekan bel, itu membuat pemilik apartemen berjalan kemudian membukakan pintu.

Dari balik pintu Arkan menatap Luna. Arkan tersenyum lembut, kekasihnya ini selalu saja terlihat cantik dan wangi.

"Ayo masuk!" ujar Arkan, yang diangguki Luna.

"Bapak sakit apa?" tanya Luna yang masih setia berjalan dibelakang Arkan.

"Kamu tidak bawa makanan?" bukannya menjawab pertanyaan Luna, Arkan malah berbalik bertanya.

Luna berdecak kesal. Pertanyaannya tak digubris oleh Arkan. Memang apa susahnya menjawab langsung si?

"Tadi saya ke sini bawa sate, tapi saya kasih ke sopir Bapak," jawab Luna.

"Kenapa?"

"Saya kira orang sakit ga doyan makan enak, jadi Bapak sakit apa?" tanya Luna lagi. Itu harus dipertanyakan jika Arkan dibilang sakit dari kondisinya sepertinya terlihat baik-baik saja.

"Saya sakit Luna." Arkan melihat Luna tidak percaya dengan Arkan kalau dirinya ini benar-benar sakit.

"Sini kamu, coba cek saja kalo ga percaya," ujar Arkan lagi yang membuka poninya untuk memamerkan jidat.

Karena Luna penasaran dengan cepat ia duduk lebih dekat dengan Arkan, kemudian menyentuh dahi Arkan. Setelah diperiksa ternyata Arkan panas tapi kenapa bibirnya tidak terlihat pucat.

"Bapak demam? Tapi kenapa kok kelihatannya baik-baik aja? Bibir Bapak juga engga pucat?" berbagi rentetan pertanyaan keluar dari mulut Luna.

"Biasa lah, orang ahli ibadah ya seperti ini," ujar Arkan tak nyambung.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang