Sehabis dari kampus Arkan langsung pergi ke kantor Juan. Kebetulan sore ini dia tidak ada acara. Arkan sekarang sudah di dalam ruangan Arkan, laki-laki itu duduk dengan gaya cool menatap Juan yang sedari tadi sok sibuk dengan laptop di depannya.
"Gue tamu di sini," sindir Arkan terang-terangan.
"Udah tau."
"Ngobrol sama gue bantar juga ga akan buat duit di rekening lo berkurang," ujar Arkan pada Juan.
Juan menghentikan semua aktivitasnya kemudian pergi duduk di samping Arkan.
"Ada apa lo kemari?" tanya Juan. Sebenarnya pertanyaan itu hanya basa-basi saja untuk Juan. "Ini jam sibuk di sini," ujar Juan lagi yang kali ini benar.
"Lo juga pasti udah tau jawabannya," jawab Arkan.
"Wanita yang kemarin di rumah lo di devisi mana?" tanya Arkan penasaran.
"Lo udah punya adik gue, ga usah aneh-aneh," kecam Juan dengan memberi tatapan tajam.
"Masih cantikan Luna," jawab Arkan dengan wajah songong.
"Dia di devisi keuangan." Pada akhirnya Juan juga menjawab pertanyaan sahabatnya. "Kenapa?" imbuhnya.
"Engga papa," jawab Arkan santai. "Bingung aja kenapa dia mau sama lo," Arkan bergumam tak jelas.
"Apa?" tanya Juan karena tak mendengar dengan jelas ucapan Arkan.
"Apaan?" Arkan sama sekali terlihat tidak jelas di mata Juan.
"Ga jelas lo!" ucap Juan benar. "Lo jauh-jauh datang ke sini, cuma buat tanya gituan?" Juan geleng-geleng kepala tak menyangka. Padahal kan bisa lewat chat.
"Sebenarnya gue mau minta izin, gue mau bawa Luna pergi beberapa hari," ujar Arkan. Di rasa memang perlu izin dari Juan.
Juan yang tadi menyenderkan badannya ke kursi harus kembali menegakkan badannya.
"Kemana?"
"Sebentar lagi adik lo ulang tahun, gue mau kasih kejutan buat dia," jawab Arkan jelas tak berbelit.
"Kenapa harus pergi sampai berhari-hari?" Sekarang Juan terdengar seperti orang yang posesif.
"Gue mau ajak Luna ke puncak, lo kira dari sini ke puncak deket," kata Arkan. Semoga saja Juan membolehkan dirinya pergi membawa Luna.
"Gue ikut!"
Arkan memandang Juan tak percaya, kenapa Juan harus ikut? Mau jadi obat nyamuk? Mengganggu saja.
"Kalau gue ga bolehin gimana?" tanya Arkan. Dia berusaha memukul mundur Juan secara halus.
"Ya gue ga bakal bolehin adik gue pergi sama lo!" sahut Juan cepat. "Gampang kan?" imbuhnya dengan diselingi senyuman iblis.
Arkan menghela napasnya, gagal sudah niat Arkan untuk menciptakan waktu berdua dengan sang kekasih.
"Emang lo ga sibuk?" Arkan masih berusaha menahan Juan.
"Engga."
"Tapi gue ga tega kalau lo sendirian di sana," ujar Arkan jujur. Ya bayangkan saja, masa nanti Juan jadi obat nyamuk. Terus nantinya Luna akan merasa canggung dengan kehadiran saudaranya.
"Gue bawa Jihan," ucap Juan. "Gue juga sambil mantau lo, sampai lo macem-macem sama adik gue," imbuh Juan sembari mengangkat tangannya yang terkepal di depan wajah.
"Emang Jihan mau sama lo?" tanya Arkan menusuk.
"Bajingan!" umapat Juan. Sedari tadi sepertinya Arkan ini meremehkan dirinya. Juan ini sebenarnya juga high quality, hanya saja dia itu fakir romansa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen
Ficción General[On Going] Luna Angelina seorang mahasiswi cantik jurusan ekonomi semester tujuh Yang tanpa sengaja mendapatkan dosen pembimbing bernama Arkan yang dikenal dengan sikap disiplinnya. "Bapak kok perhatian gitu sama saya?" ujar Luna bertanya Arkan dibu...