BAGIAN KE-5

3.4K 220 12
                                    

Halo salam hangat dari saya<3 Saya ga akan bosen ngucapin terima kasih ke kalian yang udah sempetin baca cerita saya.

Jika ada kesama nama dan tempat saya mohon maaf karena itu ketidak sengajaan. Jangan lupa vote dan komentarnya <3

Love Shot -EXO🎧

Saat ini Luna tengah berada di dalam kelas, jam mata kuliahnya sudah di mulai sejak 30 menit yang lalu.

Sebenarnya jam mata kuliah ini menggantikan jam yang tidak bisa di isi oleh Bu Harum---Dosennya tempo hari.

Luna mendengar 'kan dengan baik materi yang disampaikan oleh Bu Harum.

Setelah setengah satu jam Luna menyimak materi. Selesai sudah jam mata kuliahnya ini.

Saat hendak keluar kelas Zakiri---sipen¹. Memberi tahu bahwa pembagian dosen pembimbing sudah di tentukan dan yang lebih detailnya sudah Zakiri share di grup kelas.

"Na pembimbing lo siapa Na?" Tanya Luna penasaran.

"Oh my God! Pembimbing gue Pak Arkan sama Pak Banu," ucapnya heboh.

"Kok lo sama Pak Banu sih! enak banget," ujar Luna. Ya memang Banu adalah salah satu dosen yang baik. Siapa juga yang tidak mau dibimbing oleh Banu. Dia adalah dosen yang cukup pengertian dan tentunya sabar menghadapi tingkah para setiap mahasiswanya.

"Lah emang lo siapa?" tanya Nana balik.

"Gue Pak Agus sama pak Suripto," jawab Luna lesu.

Luna tidak bersemangat. Bukan karena dosen mereka galak atau bagaimana. Tapi yang menjadi masalahnya dosen ini, tidak pernah mengajar di mata kuliah Luna. Luna hanya kenal dengan Pak Agus saja itupun hanya sebatas tau. Jadi Luna tidak tau menau mengenai bagaimana proses pembelajaran mereka.

"Ya udahlah jangan lesu, ayok kita temuin mereka." Ajak Nana yang merangkulkan tangannya ke pundak Luna.

Mereka berdua memutuskan untuk menemui dosen pembimbing masing-masing.
Luna dan Nana berdiri di depan pintu ruangan yang berbeda mereka masuk ke ruangan dosen pembimbingnya masing-masing.

Tok-tokk!

"Masuk." Terdengar sahutan dari dalam.

"Permisi Pak, maaf saya mau menyampaikan kalau saya adalah salah satu mahasiswi yang akan di bimbing Bapak dalam proses pembuatan skripsi saya," ujar Luna sopan kepada Agus salah satu dosen pembimbingnya.

Agus menganggukkan kepalanya dan berucap, "Luna sebelumnya saya minta maaf. Saya tidak bisa menjadi dosen pembimbing kamu, sebenarnya ini adalah kesalahan yang tidak disengaja. Pembimbing kamu bukan saya tapi Arkan barusan Kaprodi² sudah mengonfirmasikan kepada saya."

"Yahhh, berati pembimbing saya saat ini Pak Arkan dan Pak Suripto dong Pak?" Tanya Luna untuk memastikan.

"Iya. Dan tadi Pak Suripto berpesan pada saya Arkan adalah dosen pembimbing I, itu artinya kamu akan banyak konsul ke Arkan ketimbang dengan Pak Suripto." Jelas Agus.

"Ya sudah Pak saya pamit keluar dulu Pak, terima kasih atas informasinya," ucap Luna yang diangguki oleh Agus.

Saat Luna keluar dari ruangan Pak Agus. Nana ternyata juga sudah keluar dari ruangan Pak Banu. Dia menunggu Luna untuk menemui dosen pembimbing bersama.

"Gimana tadi Pak Agus? Dia bilang apa aja?" Tanya Nana kepo.

Luna berjalan lebih dulu dia tidak langsung menjawab pertanyaan Nana. Luna menghembuskan nafasnya pelan. "Dia bukan dosen pembimbing gue. Diganti sama pak Arkan. Katanya ada kesalahan teknis."

"Hah? Kok bisa?"

"Mana gue tau," ucap Luna dengan mengangkat kedua bahunya.

"Ya udahlah nikmati aja. Ayo kita ke ruangan Pak Arkan," ujar Nana yang langsung diangguki oleh Luna.

Jika seperti ini Luna akan sering bertemu dengan Arkan. Ah, ini tidak akan menjadi hal yang baik. Entah kenapa jika bertemu dengan Arkan akhir-akhir ini jantung Luna berdetak tidak teratur. Rasanya terlalu aneh. Padahal mereka dekat baru akhir-akhir ini, dan itu belum lama. Membayangkannya jadi geli sendiri.

***

"Lo masuk duluan aja sana!" Perintah Nana yang mendorong tubuh Luna agar masuk ke ruangan Arkan lebih dulu.

Ya mereka sekarang sedang berdiri di depan ruang Arkan. Mereka sedikit ragu untuk masuk ke ruangan Arkan.

"Kok jadi gue duluan. Harusnya elo dulu lah!" Ujar Luna yang sedikit kesal. Enak saja Nana ini main suruh-suruh.

"Ya ampun gue tuh suka ga kuat."

"Ga kuat kenapa?"

"Pak Arkan gantengnya tuh ga umum, mana kuat gue tuh," ucap Luna hiperbola.

Luna memutar bola matanya malas kemudian berucap. "Lo bisa ga sih ga usah lebay!"

"Ga tau gue tuh kenapa lebay terus kalo liat orang ganteng. Selain gue lebay kadang suka merasa insecure," jelas Nana.

Dari pada berdebat tidak jelas dengan Nana, Luna memilih untuk mengalah. Luna menghela nafasnya pelan dia benar-benar bingung kenapa temannya ini over lebay.

Tok-tokk

"Masuk."

Sesampainya dihadapan Arkan Nana menyenggol lengan Luna. Bermaksud menyuruh Luna untuk berbicara lebih dahulu.

"Gini Pak saya dan Nana saat ini menjadi salah satu mahasiswi bimbingan Bapak. Jadi kapan kita bisa mulai bimbingan Pak?" Tanya Luna yang ikut diangguki oleh Nana.

Arkan menatap ke arah mereka sebentar kemudian menghela nafasnya pelan. "Bagaimana kalau lusa?" Tawar Arkan.

"Oh, oke Pak bisa. Ya sudah kalau begitu kita pamit undur diri Pak," ucap Luna.

Luna dan Nana mulai berjalan meninggalkan ruangan Arkan. Belum sempat Luna meraih kenop pintu Arkan memanggilnya.

"Luna tunggu." Merasa namanya dipanggil Luna menoleh menghadap ke arah sumber suara.

"Kenapa Pak?" Tanya Luna.

"Jika sudah pulang bisa ikut saya?" Ujar Arkan.

"Kemana Pak?"

"Sudah ikut saja, toh saya juga tidak terima penolakan." Sontak Luna mendengus kesal. Apa-apaan dosennya ini, dia yang meminta tapi kenapa tidak memberi pilihan untuk Luna.

Tbc.

¹ Si penanggung jawab
² Kepala program studi

Huhu terima kasih ya kalian sudah meninggalkan jejak<3

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang