Sesuai jadwal dan rencana pagi ini mahasiswa bimbingan Arkan datang berkumpul untuk menemui dirinya, ada sekitar empat orang yang menghadap ke ruangan Arkan. Tentu salah satu dari keempatnya ada Luna karena Luna sendiri merupakan mahasiswi bimbingannya.
Arkan sudah membaca bagian terbaru yang ada di skripsi mahasiswa bimbingannya, mereka semua mengirimkan file kepada Arkan dua hari yang lalu. Dan di sini Arkan mulai memberi tahu revisi yang seperti apa dan bagaimana kepada orang-orang itu.
Dengan kacamata yang bertanggar di hidung dia mengamati kembali kertas hasil kerja dari mahasiswa berbaju hitam.
"Kenapa di diagram yang kamu tuliskan ini tidak selaras dengan pendeskripsian?" tanya Arkan.
Pria berbaju hitam tersebut langsung memeriksa, ia baru sadar ternyata benar. Pria itu hanya bisa tersenyum canggung untuk membalas pertanyaan Arkan.
"Saya tanya! Kenapa?"
"Itu salah ketik Pak," jawabnya. Jawaban yang diberikan untuk Arkan tentu tidak memuaskan Arkan sama sekali.
"Kalaupun salah ketik nilainya enggak sejauh ini saya rasa."
Para mahasiswa yang menunggu gilirannya menatap ke mahasiswa yang tengah ditanya ini itu.
"Lun, kok gue jadi deg-degan ya. Pasti ada yang salah ini tempat gue," ujar Nana yang telapak tangannya berkeringat dingin.
Luna menepuk paha Nana pelan, "Kita enggak tahu apa hasilnya, tapi kita gak bisa menghindari ini. Lebih baik siapin hati yang legowo."
Nana mengangguk, mau bagaimanapun apa yang dikatakan Luna itu benar.
"Lo udah sarapan belum?" tanya Luna karena melihat gadis di sampingnya ini sedikit pucat.
"Udah," jawab Nana.
"Kok muka lo agak pucet?" tanyanya lagi.
"Oh... Ini gara-gara lipstik aja yang gak cocok untuk pembawaan gue hari ini. Ketambahan keringet dingin."
"Jelek lo pake lipstik kek gitu!"
"Doi yang beliin gue. Jadi ya dipakai lah."
Luna menyerengit, apa kata Nana tadi doi? Yang mana nih?
"Muka lo biasa aja!"
"Lagian gue kaget, doi yang mana dulu ini? Dan jelek banget selera doi lo," ledek Luna.
Nana berdecih, "Ck, maksud lo gue jelek?!"
"Bukan!" Luna langsung merespon cepat. Salah tangkap ternyata Nana ini.
"Maksud gue selera pilihan lipstiknya," ralat Luna.
"Kek lo gak pernah aja," cibir Nana
"Hah?"
"Lipstik ini tuh selera mantan lo! Dari zaman pacaran sama lo keknya ya begitu seleranya jelek-jelek. Untung gue anak baik."
"Maksudnya?" Luna masih tak mengerti. Tapi detik selanjutnya Luna baru paham, gadis itu menatap sahabatnya.
"Lo sama Dimas?" tuding Luna.
Nana tidak memberi jawaban kepastian atas sepekulasi yang Luna berikan, kebetulan dirinya sudah dipanggil untuk mendekat kepada Arkan.
"Nana! Jawab gue dulu," ucapnya dengan menekan setiap kata dan dengan suara kecil.
****
Luna yang tangah duduk di depan Arkan hanya memperhatikan Arkan mencoret-coret skripsinya. Isi kepala Luna masih tertarik dengan satu-satunya sahabat yang ada di hidup Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen
General Fiction[On Going] Luna Angelina seorang mahasiswi cantik jurusan ekonomi semester tujuh Yang tanpa sengaja mendapatkan dosen pembimbing bernama Arkan yang dikenal dengan sikap disiplinnya. "Bapak kok perhatian gitu sama saya?" ujar Luna bertanya Arkan dibu...