BAGIAN KE-17

2.4K 133 10
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENTAR YAA.
KANGEN AKU TUH SAMA KALIAN.

HAPPY READING!!!

Luna terbangun dari tidur lelapnya. Setelah memastikan nyawanya terkumpul, kini badannya beranjak dari atas kasur menuju ke kamar mandi. Kemudian dia berniat untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Setelah kewajibannya terpenuhi, langkah kakinya membawanya ke arah dapur. Kini ia tengah berkacak pinggang. Kira-kira apa yang harus dia masak untuk sarapan pagi ini.

Luna membuka kulkas dan memeriksa isinya. Sepertinya dia tidak ingin memasak yang terlalu berlebihan jadi, dia berniat memasak nasi goreng saja.

Luna mengambil beberapa potong sosis dan mulai memotong-motongnya agar ukurannya menjadi lebih kecil. Kemudian dia melembutkan bumbu-bumbu yang akan dia gunakan.

Tak berselang lama akhirnya nasi goreng buatannya pun jadi. Luna menatap nasi goreng yang kini sudah berpindah tempat itu.

"Banggg," panggil Luna.

"Ayo sarapan, ini Luna buatin nasi goreng sosis," ujar Luna dengan suara yang sedikit berteriak.

Juan keluar dari dalam kamarnya. Dia keluar dengan keadaan rambut yang masih basah mungkin karena dia baru selesai mandi.

"Udah bangun dari tadi?" tanya Juan yang kini tengah menyendok nasi gorengnya.

"Iya lah Bang," jawab Luna.

Juan memasukkan makanannya ke dalam mulut. "Kenapa Arkan jarang main sekarang?" tanya Juan lagi.

"Lagi di luar kota dia."

"Ngapain?"

"Katanya seminar."

****

Saat ini Nana dan Luna tengah mengamati kalender mahasiswa di ponselnya masing-masing. Nana menghela nafasnya pelan.

"Bentar lagi UAS gue lagi males mikir heh!" ujar Luna frustasi.

"Ngapa rasanya cepet banget dah," gumam Nana lemas.

Tidak jauh dari tempat mereka duduk Dimas melihat mereka berdua, dan berniat untuk menghampiri mereka.
Dia berjalan mendekat ke arah Luna dan Nana.

"Nih gue bawain minum," ucap Dimas dengan meletakkan dua botol minuman di atas meja depan mereka.

"Dalam rangka apa nih?" Nana memicingkan matanya.

"Maksudnya?" Dimas mengangkat sebelah alisnya.

"Dalam rangka apa, lo sampe repot-repot bawain minum buat kita?"

"Lo pasti mau su'udzon 'kan sama gue?" ucap Dimas dengan memicingkan kedua matanya.

"Astaghfirullah gue cuma tanya," ucap Nana.

"Ya kebetulan aja," jawab Dimas.

"Ga jelas lo."

Dimas mengabaikan perkataan Nana, kini dia duduk di hadapan mereka.

"Tunggu. Siapa yang nyuruh lo duduk di situ?" cegah Nana.

Dimas menghela nafasnya. "Gue duduk ga butuh perintah," ujar Dimas.

Luna yang menyaksikan mereka berdua hanya mampu memutarkan bola matanya malas. Entahlah kenapa, hal seperti ini sering terjadi antara Dimas dan Nana.

"Kalian bisa ga sih kalo ketemu ga usah ribut terus." Akhirnya Luna membuka suara.

"Sensi banget dia jadi cewe," ujar Dimas dengan menunjuk Nana.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang