BAGIAN KE-25

2.1K 126 10
                                    

HAI-HAI!
SEBELUM KALIAN BACA INI AKU MAU PROMOSI CERITA BARU AKU
"PREFACT "

CERITA ITU TIDAK KALAH MENARIK! JADI KALIAN HARUS BACA YA!

Bye-bye!

Membuka masa lalu bukan hal yang tepat. Jadikan itu pelajaran berharga tanpa meninggalkan bekas luka.

Seorang gadis yang baru masuk ke dalam kamarnya menghela napasnya berat ketika melihat sahabatnya terkapar lemas di atas kasurnya. Posisi tidurnya terlihat memenuhi seisi ranjang.

"Sejak kapan lo di sini?" tanya Nana dengan menyepak pelan kaki Luna.

Luna menungkupkan wajah ke bantal. "Sejak jam dua siang," sahutnya.

Nana lantas melihat jam di tangannya. Artinya Luna sudah lama berada di rumahnya karena ini sudah hampir pukul 16:00.

"Udah lama dong, kenapa ga nelfon dulu?" ujar Nana yang berjalan ke kursi depan kacanya kemudian mendudukkan bokongnya.

"Gue lagi bingung woy!" rengek Luna.

Nana mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?" tanya Nana

"Gue mau lanjutin skripsi gue, cuma males," jawab Luna yang terlihat sedih rautnya.

"Kenapa males?"

Luna membernarkan posisinya menjadi duduk kemudian merapihkan rambutnya. "Yang jelas lagi males mikir," jawab Luna enteng.

"Katanya mau lulus cepet," sindir Nana.

"Sebenarnya tujuan gue lulus cepet mau ngapa sih?" Luna lupa dengan tujuan awalnya.

Nana berdecak "Mau nikah kali," sahut Nana sembarangan.

Ngomong-ngomong tentang menikah Luna jadi ingat ucapan Arkan. Laki-laki itu beberapa kali menyinggung tentang pernikahan, jika dipikir usia Arkan memang sudah cukup untuk membangun rumah tangga. Luna jadi merasa tidak enak.

"Kenapa lo?" tanya Nana ketika melihat Luna bengong saja. "Pak Arkan ngajak lo nikah?" imbuhnya yang mampu membuat Luna langsung memandang Nana.

Luna mengusap-usap keningnya bingung. "Ga tau ya itu becanda atau gimana, tapi Pak Arkan sering banget bahas prihal nikah-nikah," jawab Luna.

Nana langsung terkejut di tempat. Padahal tadi Nana hanya menebak sembarangan. "Serius lo?" Nana berusaha memastikan.

Luna hanya bisa mengangguk saja.

"Wajar sih, di usia Pak Arkan dia seharusnya udah ga main-main lagi," ucap Nana yang membuat Luna berpikir.

"Tapi kita kan ga main-main, misal kita jodoh kita nikah. Cuma sekarang gue belum mau aja." Luna langsung mengambrukan tubuhnya kembali ke kasur.

"Kenapa lo belum mau? Kalo dipikir Pak Arkan sepertinya udah mapan dari segala hal, dan usia lo juga udah cukup," kata Nana kepada Luna.

Sebenarnya Arkan memang sudah memenuhi kriteria suami idaman Luna. Hanya saja Luna masih ragu, terlebih lagi akhir-akhir ini ada masalah datang dalam hubungan mereka. Menikah juga butuh keyakinan. Karena diterimanya pernikahan dari mulut perempuan dan berakhirnya pernikahan dari mulut laki-laki.

"Udah jangan bahas nikah. Kalo gue nikah lo pasti cuma nyumbang doa doang." Luna melempar bantal ke sahabatnya.

****

Mantan kekasih Arkan--April terlihat masih tergeletak lemas di ranjang rumah sakit. Dia sudah mulai berangsur membaik dan dia juga bingung kenapa tidak ada seorangpun yang ada di ruangannya.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang