BAGIAN KE-12

2.6K 154 17
                                    

HALO!
JUMPA LAGI KITA:v
JANGAN LUPA VOTE DAN TINGGALKAN KOMENTAR.

    _______
Aku tidak akan membenci bayanganku sendiri. Walaupun dia hilang saat di kegelapan.
_____________

Luna baru saja keluar dari perpustakaan dia berjalan dengan membawa tumpukan buku yang lumayan tebal.

"Kok sendirian?" tanya Dimas yang entah sejak kapan sudah berada disamping Luna.

"Bikin kaget aja lo," ujar Luna yang melihat Dimas tiba-tiba disampingnya.

"Sini biar bukunya gue yang bawa," ujar Dimas dengan mengulurkan tangannya.

"Gue bisa sendiri Dim, makasih ya buat tawarannya," tolak Luna dengan halus.

Dimas tersenyum kemudian tangannya mengacak-acak rambut Luna.

"Kebiasaan banget sih tangan lo," ucap Luna dengan wajah cemberut.

"Kenapa? lo takut baper lagi sama gue?"

"Dih. Engga ya."

"Jujur aja," ucap Dimas dengan wajah yang menggoda.

"Engga."

"Masa sih?"

Luna memutar bola matanya malas. "Iya Dimas," ucap Luna.

"Oh iya, gue lupa. Lo 'kan udah ada pacar. Mana mungkin baper sama gue," ujar Dimas dengan kekehan kecil.

Luna memandang wajah Dimas serius. Kemudian berucap. "Lo 'kan yang masih baper sama gue?"

"Kalo iya kenapa?" Luna membulat 'kan kedua matanya ketika mendengar ucapan lugas Dimas.

Luna langsung pergi meninggalkan Dimas begitu saja. Dia menggerutui dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia berbicara seperti itu. Ah, rasanya kenapa perkataan 'nya ini kerapkali menjadi bumerang untuk dirinya.

"Luna. Gue serius sama ucapan gue. Kalo lo ga nyaman sama ucapan gue. Gue minta maaf!" ucap Dimas yang sedikit berteriak. Dengan memandangi punggung Luna yang muai menghilang.

Di tempat lain Arkan berdiri tidak jauh dari mereka. Arkan mengepalkan tangannya erat. Rasa cemburu datang begitu aja. Arkan benar-benar cemburu ketika melihat interaksi antara Luna dan Dimas.

Arkan menghirup udara dalam-dalam. Ia harus menenangkan pikirannya kali ini.

****

Luna kini sedang berada di dalam toilet. Ia meletakkan bukunya kasar di  pinggiran meja keramik. Ia memandangi pantulan dirinya di cermin.

"Kenapa ucapan gue jadi bumerang buat diri gue sendiri." Luna tengah menggerutui dirinya sendiri.

Luna menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian berusaha tersenyum.
"Oke. Jangan dipikirin. Di sini Dimas ga salah. Perasaan itu hal yang wajar," ucap Luna yang berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Luna mengambil bukunya kemudian berjalan keluar toilet. Saat berada di lorong Luna melihat Arkan yang berjalan ke arahnya. Buru-buru dia membelokan langkah kakinya.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang