BAGIAN KE-27

2.1K 126 5
                                    

Setelah kepergian Luna, Arkan menutup pintu unit apartemennya. Kemudian di detik selanjutnya dia menepuk keningnya sendiri, seolah-olah dia habis melewatkan sesuatu.

"Astaga, saya lupa belum cerita tentang April pada Luna." Arkan menyesalinya, niatnya sebelum Luna datang Arkan akan menceritakan itu semua, tapi ternyata Arkan sendiri lupa.

Saya lupa ada sesuatu yang perlu saya sampaikan tadi. Mungkin lain waktu saya akan ceritakan ke kamu.

Arkan mengirimkan Luna pesan detik itu juga.

Luna Angelina
Saya udah di dalem mobil bareng Bang Juan. Memangnya sesuatu apa Pak?

Balasan Luna terlihat penasaran mengenai sesuatu itu.

Arkan hanya membaca pesan itu dan tidak berniat membalasnya, ia biarkan Luna malam ini penasaran. Karena rasanya tidak pantas juga kalau dia membahasnya via chat.

****

Luna sudah mandi dan sekarang dia duduk di depan tv sambil menonton salah satu sinetron kesukaannya. Nanti sekitar jam 11.00 dia ada jadwal ngampus. Jujur-jujur saja, mata Luna terlihat tengah serius menonton padahal aslinya otaknya tengah berpikir keras mengenai skripsinya.

Luna menghela napas, gadis itu bosan sekarang. Dia butuh teman ngobrol. Luna baru sadar ternyata Juan sama sekali belum keluar dari dalam kamar, semalam pun saat di dalam mobil Juna lebih banyak diam dan wajahnya terlihat murung.

"Bang Juan ga lagi sakit kan ya?" Luna bermonolog sendiri.

Karena dirasa ada yang tidak beres Luna memilih untuk menanyakan keadaan Juan.

"Bang Juan," panggil Luna sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar Juan.

Luna menempelkan telinganya di pintu tidak terdengar apa-apa di dalam. Seperti tidak ada kehidupan.

"Baik-baik aja kan Bang?" tanya Luna yang belum mendapatkan sahutan.

Entahlah di sini Luna merasa Juan sedang tidak baik-baik saja. Dengan sengaja Luna menerobos masuk ke dalam, melihat keadaan Juan yang masih betah menutupi dirinya dengan selimut membuat Luna menghela napas.

"Bang, tumben belum bangun," ucap Luna mendekat.

Luna menarik selimut yang menutupi Juan dari atas sampai bawah. Juan ternyata masih betah memejamkan matanya dan wajahnya terlihat sedikit pucat.

Luna menempelkan telapak tangannya ke dahi Juan.

"Abang sakit?" terdengar Luna tampak khawatir.

Perlahan Juan membuka matanya, ia tersenyum tipis kepada adiknya yang tengah khawatir.

"Abang ga papa, cuma capek aja," kilah Juan yang tak mau membuat adiknya merasa khawatir.

Luna melirik jam tangannya, ini sudah siang dan dari tadi pagi Juan tak makan apapun.

"Abang tunggu bentar ya, Luna keluar cari bubur dulu. Kalo Luna masak kelamaan, jadi tunggu sebentar ya," pesan Luna kemudian langsung pergi dari kamar Juan.

Luna di ruang tamu langsung menyambar dompet kecilnya kemudian bergegas mencari bubur untuk Juan.

"Bisa-bisanya Abang sakit ga ngomong."

****

Dengan motor matic berwarna biru miliknya Luna bergegas pergi untuk mencari makanan. Tak butuh waktu lama untuk sampai. Luna menghela napasnya, sudah lama dia tidak mengendarai motor ini masih cukup berpengalaman ternyata dirinya.

"Bang bubur ayamnya satu ya," pesan Luna yang masih ada helm di kepalanya.

"Okee, tumben Neng jam segini. Biasanya pagi-pagi," sahut tukang bubur.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang