BAGIAN KE-32

1.7K 88 3
                                        

Luna membuka tutup matanya, dia mendesah pelan. Dirinya masih merasakan kantuk, boleh engga sih tidur lagi? Kalau dia tidur nanti packing barang-barang dia kapan dong?

Pagi ini mereka semua harus kembali ke rumahnya masing-masing. Selesai sudah masa liburan. Dan yah, sekarang adalah hari ulang tahun Luna. Mengingat kejadian semalam Luna tersenyum bahagia sembari menyentuh kalung pemberian Arkan.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Jihan menghadapkan tubuhnya ke samping.

Luna menggeleng saja, kemudian dia malah memeluk tubuh Jihan di atas kasur.

"Hari ini aku ulang tahun, mau ngasih apa?" ujar Luna.

"Selamat ulang tahun. Doa terbaik untuk kamu!" sahut Jihan. Jangan bilang Jihan tak tahu mengenai hal tersebut, dia dari lusa lalu sudah mengetahui.

"Buruan nikah!" ucap Jihan.

Luna melotot, "Kakak dulu lah, baru nanti aku," sahut Luna.

"Boleh," jawab Jihan.

"Sama Bang Juan?" goda Luna.

Jihan mendorong tubuh Luna. "Sama Arkan juga boleh kok," ujar Jihan menggoda.

"Hehh! Mana boleh begitu!" sentak Luna tak terima. Arkan itu wilayah kekuasaan Luna.

Jihan menepuk-nepuk pelan kepala Luna. "Baik lah, baik. Terserah kamu," ucap Jihan yang merubah posisinya menjadi duduk di atas kasur.

Luna masih saja bertahan dengan terlentang di atas kasur, matanya tak berkedip saat menatap langit-langit.

"Nikah itu kek apa sih?" gumam Luna. Di bayangan kepalanya itu membayangkan bagaimana hidup berumah tangga.

"Katanya sih, segala sesuatunya bentuknya ibadah," jawab Jihan.

"Kok katanya sih?!"

"Hm, aku engga tau Luna aku belom pernah menikah mana faham," jawab Jihan. "Kita kan sebelas dua belas," imbuhnya.

Luna menghela napas, dia kini bertingkah dengan guling-guling di atas kasur sembari merengek. "Pingin nikah, tapi..."

****

Luna menyisir rambutnya, dia mau mengenakan ikat rambut. Dia menatap pantulan dirinya yang menggunakan celana kulot berwarna coklat susu dan kaos putih. Luna benar-benar mengenakan baju yang terlihat santai.

"Kamu mau ikut Abang atau sama Arkan lagi Dek?" tanya Juan yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

Luna sempat terkejut, Juan tidak bisa kah ketuk pintu terlebih dahulu? Tuman banget! Takut kalau pas posisinya ga enak kan. Walaupun Juan itu kakaknya Luna, tapi tetap saja.

Luna menatap abangnya sejenak. "Sama Mas Arkan, kemarin kan berangkatnya bareng masa pulangnya  pisah," jawab Luna.

"Hah? Apa? Mas Arkan?" Juan berusaha mengoreksi pendengarannya. Siapa tau barusan dia salah dengarkan.

"Bang..." rengek Luna malu.

Juan menganggukkan kepalanya kemudian dia pergi dari penglihatan Luna.

"MAS ARKAN YUHUU!" teriak Juan yang sengaja menggoda adiknya.

"ABANG JUAN!" rengek Luna yang malu kalau digoda seperti itu.

Juan tertawa renyah dan ternyata Juan langsung berpapasan dengan Arkan. Timingnya tepat sekali. Laki-laki itu melirik Arkan, dia tak hanya menggoda Luna tapi berniat juga menggoda Arkan.

"Mas Arkan?" goda Juan sambil cengengesan.

Arkan tak merespon dia berjalan tak acuh. Arkan tahu betul pasti Juan tengah meledeknya kali ini.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang