Bel masuk berbunyi, pertanda istirahat sudah selesai, dan masuk untuk kembali menerima pelajaran di kelas. Entah mengapa siang ini sangat panas sekali dari pada hari-hari sebelumnya, perempuan itu mendaratkan badannya ke bangku dan mengambil kipas kecilnya yang ia taruh di laci meja untuk mengurangi rasa panas tersebut.
Disusul Alfino dkk mereka tampak sudah akur dengan murid baru dan mulai bercanda tawa disana. Memasuki kelas Alfino sedang membawa susu pisang dan menaruhnya diatas meja Ataya.
"Buat gue Al?" tanya Ataya yang tiba-tiba mendapati minuman kesukaannya tersebut, dan dijawab anggukkan kecil.
"Thanks," ucap Ataya. Pas sekali cuaca sedang panas Ataya menyeruput minumannya.
"Anggap aja penetralisir sebelum ujian biologi sebentar lagi," lanjut Alfino membuat Ataya menajamkan pendengarannya.
"Ujian biologi Al, kapan?" tanya Ataya sembari menaruh minumannya di meja.
"Barusan ketua kelas ngabarin kalau ujian dadakan," jawab Alfino lemas.
"Lo yang semangat Rel, hari pertama lo berat banget kayanya," timpal Alfino kemudian membuat Ataya kebingungan.
Memang sudah jadi kenyataan bahwa soal ujian mata pelajaran ini cukup membuat mereka berpikir untuk mendapatkan nilai yang sempurna.
Ataya yang tidak ada persiapan di hari sebelumnya harus menyusun strategi disini. Disisi lain ia tidak yakin dengan hasil ujiannya hari ini dan ingin menanyakan kembali kebenarannya perempuan itu pun bertanya kepada Devan.
"Van beneran habis ini ujian?" tanya Ataya memastikan.
"Iya Ta, cek grub kelas," jawab Devan sembari menuju kursinya. Tidak lama kemudian Ataya mengecek ponselnya dan benar ujian itu dadakan setelah ini.
Tanpa bersuara Ataya membuka bukunya dan mengingat kembali materi yang sudah diajarkan minggu lalu.
"Assalamualaikum anak - anak..."
Sapa Pak.Ijat guru biologi di sekolah ini yang selalu tegas dan tidak suka bila ada penolakan ketika bersangkutan dengan tugas yang diberikan olehnya.Dengan buru-buru Ataya, langsung menutup bukunya dan mencoba menggali garis besar materi ujian. Karel yang hanya bisa melihat gerak-gerik Ataya mengundang senyum tipis disana.
"Wa'alaikumsalam pak..." sahut murid-murid di dalam kelas tersebut.
"Anak - anak sekarang kita ulangan ya sesuai informasi dari ketua kelas kalian, keluarkan selembar kertas dan alat tulis kalian," ucap guru tersebut tegas.
"Lah pak, kok mendadak sih," gerutu siswa yang berada di meja barisan depan.
"Pak saya belum belajar,"
"Iya pak, gimana?"
"Diundur besok aja pak,"
"Musti mendadak pak ijat mah,"
"Pak diundur..."
"sedih hamba."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAREL
RomanceNevertheless a.k.a ATAREL (UPDATE & REVISION) [ CERITA INI AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT.] (15+) [on going] Pahitnya kepedihan, rasa sakit yang pernah ia alami di dalam lingkaran keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitar, sudah ia rasakan berulang...