Amanda
Seratus cake dan cookies buatanku yang dikemas menjadi sebuah bingkisan cantik sudah mendarat cantik di kediaman keluarga Danandjaya. Hari ini adalah ulang tahun pernikahan tante Rossa dan om Hari. Tahun ini mereka sengaja merayakanya bersama saudara dan para tetangga, sekaligus untuk berpamitan karena keduanya akan pindah ke Surabaya. Kondisi ibu dari om Hari yang sudah tua dan sakit-sakitan menjadi alasan kenapa mereka memutuskan untuk pindah ke sana.
Tante Rossa terlihat puas dengan hasil karyaku, cake dan cookies itu memang tampak lebih cantik dan menarik dalam balutan box berhiaskan bunga. "Wah..cantik-cantik sekali bingkisannya. Tante suka banget desainnya. Makasih ya, Manda."
"Sama-sama tante, makasih juga atas kepercayaanya. Manda seneng banget kalau tante dan om puas sama hasil kerjaan Manda."
Aku kemudian menyerahkan dua buah cake yang mendadak aku buat tadi pagi. "Ini ada cake yang Manda buat khusus untuk om dan tante, semoga rasanya cocok dan sesuai selera."
"Masih hangat banget ini. Om cobain ya." om Hari mengambil satu potong cake tersebut lalu memakannya. Terus terang aku sedikit takut jika rasanya tidak sesuai dengan selera mereka.
"Gimana rasanya om?"
"Enak banget, Belajar dari mana sih bisa bikin cake selezat ini?"
"Dulu oma yang selalu ngajarin Manda masak dan bikin kue."
"Pantes aja kue buatan kamu enak semua, belajarnya dari kecil rupanya." Ucap om Hari.
"Lagi pada ngapain sih, asik banget kelihatannya." ujar Prasada yang datang bersama mas Garin dan seorang wanita cantik yang aku yakini adalah pacar mas Garin.
Sekilas, aku melihat mas Garin mencuri pandang ke arahku. Tapi saat aku membalas tatapannya, dia buru-buru mengarahkan pandanganya ke arah lain seperti sengaja menghindar.
"Pagi om, tante. Apa kabar?" wanita itu menyalami kedua orangtua mas Garin sambil menyerahkan sebuah kado. "Happy anniversary buat om dan tante."
"Kabar kami baik. Makasih lo May udah nyempetin datang kesini. Padahal nggak usah repot-repot pake bawa kado segala." Ucap tante Rossa.
"Oh ya Manda, kenalin ini pacarnya mas Garin. Namanya Maya." tante Rossa kemudian memperkenalkan kekasih mas Garin kepadaku.
Aku segera menyambut tangan wanita cantik itu sambil tersenyum hangat. "Saya Amanda. Tapi mbak bisa panggil saya Manda aja biar nggak kepanjangan." Kelakarku.
Ternyata apa yang dikatakan mas Garin tentang tipe wanita idamannya memang benar adanya. Sosok mbak Maya yang berada di hadapanku sungguh sempurna. Dia sangat cantik, seksi, tinggi, dan berkulit putih.
Aku memperhatikan interaksi kedua wanita dihadapanku itu. Sebagai calon menantu dan calon ibu mertua, kedekatan mereka memang terlihat cukup akrab. Terbukti dari ajakan tante Rossa yang mengundang mbak Maya dan kedua orangtuanya untuk berlibur ke Surabaya.
Karena tidak mau mengganggu pertemuan keluarga mereka, aku memilih untuk undur diri. "Manda izin pamit dulu yaa tante, om. Masih banyak yang harus Manda kerjakan."
"Loh, mau kemana? Udah duduk aja disini, nggak usah sungkan-sungkan. Jarang-jarang loh kita bisa ngumpul seperti ini."
Sepertinya tante Rossa bisa membaca pikiranku yang merasa canggung saat ini.
"Tapi tante..."
"Nggak obrolan yang penting-penting amat. Duduk aja disini jangan kemana-mana." perintah om Hari.
Aku tersenyum canggung. Rasanya tidak seharusnya aku berada di antara keluarga mereka saat ini. Namun aku tak punya pilihan lain saat tante Rossa dan om Hari menyuruhku duduk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri (END)
ChickLit~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yang usianya terpaut delapan tahun dan sudah memiliki kekasih. Garin Danandjaya merasa terusik dengan k...