Part 17

41.5K 3.2K 80
                                    

Garin

Keluargaku akhirnya menghubungi  tante Tia dan meminta izin untuk berkunjung ke rumahnya. Tante Tia pun menyambut keluargaku dengan ramah dan menjamu kami dengan makanan terbaiknya.

"Manda dimana Tan?" tanya Prasada.

"Manda lagi di Bogor, mungkin nanti malam nyampe."

Prasada yang memang sudah sangat akrab dengan keluarga Amanda langsung menuju kedalam untuk melihat-lihat keadaan rumah yang sudah lama tidak dia kunjungi. Dan beberapa menit kemudian Prasada muncul kembali sambil memegang sebuah buku.

"Manda bikin buku, Tan?"

Tante Tia melirik ke arah buku yang Pras bawa. "Oh iya, itu buku karyanya Manda. Kalau nggak salah ditulis sekitar satu setengah tahun yang lalu. Isinya tentang resep-resep makanan."

"Coba sini Pras, papih mau lihat." Prasada kemudian menyerahkan buku itu pada orangtua kami.

"Tiga tahun nggak ketemu, Amanda banyak sekali kasih kita kejutan-kejutan." mata papih berbinar memandang buku itu.

Aku dan papih bergantian melihat buku karya Amanda itu.
Buku yang ditulisnya lumayan cukup tebal dengan 150 resep di dalamnya. Amanda juga terlihat sangat cantik saat berpose di sampul covernya.

Amanda adalah definisi wanita muda kekinian yang pintar mencari celah dalam bisnis. Dia sangat pandai memanfaatkan situasi dan kondisi karena sejak masih sekolah, masa depannya sudah dia tentukan sendiri. Dia tahu betul arah mana yang harus dia tempuh sehingga semuanya terencana dengan baik.

"Nak Garin katanya mau tunangan ya?" tanya tante Tia disela-sela obrolannya dengan keluargaku.

"Batal Tia, pacarnya Garin tiba-tiba pindah tugas ke luar negeri dan membatalkan pertunangan mereka." Mamih langsung menjawab pertanyaan tante Tia dengan cepat.

"Oh ya, gimana ceritanya bisa batal?"

"Memangnya Manda nggak cerita?"

"Manda nggak cerita apa-apa mbak. Dia cuma bilang ketemu sama keluarganya mbak dan dipercaya Nina untuk ikut berpartisipasi diacara pertunangannya nak Garin."

"Saya sampai seharian ngurung diri dikamar, Ti. Saking sedih, malu dan kecewa. Saya nggak nyangka akan dipermalukan seperti ini sama calon tunangan Garin dan keluarganya."

"Mungkin bisa diaturin lagi waktunya mbak."

"Ahh, nggak jelas Ti. Jadi males saya."

"Mih..." Aku segera menegur mamih karena sudah terlalu jauh berbicara. "Kami sedang dalam tahap pembicaraan untuk mengatur waktunya, Tante. Mungkin kemaren itu bukan waktu yang pas saja."

"Oh begitu, semoga kedepannya lancar ya nak."

Kemudian tante Tia mempersilahkan kami meminum teh buatannya dan membuka satu per satu toples yang berisi kue-kue buatan Amanda.

"Saya dengar Manda sudah punya anak. Apa benar Ti?"

Tante Tia tampak terkejut, mungkin tidak menyangka kalau berita itu akan sampai ke telinganya mamih. Begitu pun dengan papih, wajahnya tampak keberatan dengan pertanyaan mamih.

"Tahu darimana mbak?"

"Nina. Dia keponakan saya." ucap mamih.

"Iya mbak, Manda memang sudah punya anak laki-laki. Namanya Denawa."

"Kok nggak ngabarin kalau Amanda udah nikah?"

Tante Tia menggeleng pelan, tiba-tiba raut wajahnya tampak muram. "Manda sebetulnya belum menikah mbak."

Cinta Sendiri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang