Amanda
"Setelah tahu apa yang sudah diperbuat Garin, kami merasa gagal sebagai orangtua. Maafkan kami, Manda." sesal om Hari saat aku dan Denawa datang memenuhi undangan makan malam keluarganya.
"Terima kasih juga karena sudah membesarkan cucuku ini dengan baik." ucap tante Rossa sambil memeluk Denawa erat.
Saat pertama kali dipertemukan dengan Denawa, om Hari dan tante Rossa menangis haru dan bahagia menyambut kedatangan cucunya. Ciuman dan pelukan sayang bertubi-tubi mereka berikan pada Denawa.
"Saya sudah memaafkan mas Garin dan melupakan semuanya. Untuk kedepannya Saya dan mas Garin akan bekerja sama merawat dan membesarkan Denawa."
"Terima kasih Manda karena selain memaafkan, kamu juga mau berbagi Denawa dengan Garin. Percayalah, dia pasti akan memberikan apapun yang terbaik untuk anaknya."
"Om dan tante nggak usah khawatir karena Denawa akan tumbuh dengan limpahan kasih sayang lengkap dari kedua orangtuanya."
"Syukurlah kalau begitu dan kami berharap kamu juga tidak meragukan kasih sayang kami terhadap Denawa." Ujar om Hari.
Aku menunduk malu, ini pasti gara-gara mas Garin menceritakan pembicaraan kami beberapa hari yang lalu. Tapi dibalik itu semua, aku merasa lega setelah mendengar pengakuan mereka. Ini artinya mereka menerima kehadiran Denawa.
"Maaf karena Manda pernah berpikiran seperti itu."
"Nggak apa-apa, wajar kalau kamu berpikir begitu. Tapi kamu harus tahu kalau kehadiran Denawa membuat kami yang sudah lama menantikan seorang cucu merasa sangat bahagia. Apalagi Denawa terlahir dari rahim wanita hebat sepertimu. Nggak ada satu pun alasan yang membuat kami merasa kecewa." Ujar om Hari dengan kata-katanya yang selalu menyejukanku.
"Kami juga berniat untuk ikut mengurus Nawa. Boleh kan Manda? Kamu bisa menitipkan Nawa pada kami kalau sedang sibuk atau berpergian keluar kota."
"Boleh dong tante, boleh banget." jawabku.
"Bukannya mamih dan papih mau balik ke Surabaya?" Tanya mas Garin tiba-tiba.
"Setelah tahu punya cucu, mamih dan papih memutuskan untuk tinggal di Bandung lagi." Ucap tante Rossa dengan binar bahagia.
Putra pertama keluarga Danandjaya itu pun langsung menghembuskan napas lega karena keinginannya akhirnya terkabul untuk mengembalikan kedua orangtuanya ke Bandung.
"Lagipula eyang putri kan udah meninggal. Jadi papih sama mamih bisa kembali dan tinggal di Bandung lagi."
"Tiga tahun tinggal di Surabaya malah bikin mamih makin betah. Rencananya besok kita tetep akan ke Surabaya dulu untuk mengambil barang-barang disana. Udah pesan tiket juga kan." tanya tante Rossa yang langsung diangguki om Hari.
Denawa yang terlihat sudah sangat bosan tiba-tiba menghampiri mas Garin. "Pahh..." Ujar Denawa sambil meraih tangan Mas Garin.
"Nawa mau ngajak papah kemana?" Tanya mas Garin.
"Pah..sana yuk." Denawa mengarahkan telunjuknya pada sebuah tas berisi semua perlengkapan dia yang berada diatas meja makan. "Bikin mimi susu."
Sontak tindakan Denawa membuat orang-orang yang berada disana tertawa gemas akan tingkahnya.
"Nawa haus ya." Mas Garin kemudian menggendong Denawa menuju meja makan lalu mendudukannya disana. Dengan sabar anak itu menunggu sambil memandang bagaimana mas Garin membuatkan susu.
"Ya ampun, aku bener-bener terpesona sama mas Garin. Telaten banget ngurus anak." puji Prasada.
Aku sendiri sebetulnya heran karena mas Garin terlihat seperti sudah berpengalaman dalam mengurus Denawa. Aku jadi merasa cemburu dan khawatir kalau nantinya putraku akan lebih dekat dengan papahnya dibanding aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri (END)
ChickLit~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yang usianya terpaut delapan tahun dan sudah memiliki kekasih. Garin Danandjaya merasa terusik dengan k...