Part 32

26.6K 2.1K 112
                                    

Garin

Aku memperhatikan Amanda yang sedang menyantap makan malamnya dengan lahap sambil memastikan kalau menu yang dia konsumsi aman untuk lambungnya.

Akhir-akhir ini aku sangat khawatir dengan kondisi kesehatan Amanda yang sering mengeluh sakit pada bagian perut dan kehilangan nafsu makan. Jadi hampir setiap hari aku selalu rutin memperhatikan pola makannya dari mulai sarapan, makan siang hingga makan malam.

"Perutnya masih sakit sayang?"

"Udah baikan mas. Obatnya juga habis."

"Jangan lupa yaa, walaupun kamu sibuk tapi harus tetap memperhatikan kesehatan. Makan pedesnya harus mulai dikurangi karena nggak baik buat perut."

"Iya mas. Aku udah nggak makan pedes lagi kok."

"Tadi pagi mas udah kirimin obat herbal, mungkin besok pagi nyampe. Katanya sih bagus buat lambung. Cobain dulu yaa barangkali cocok."

"Iya deh ntar aku cobain, walaupun rasanya pasti pahit." ucapnya sambil meringis membayangkan bagaimana pahitnya obat itu.

"Mas, makan sama apa?" Tanya Amanda.

"Ayam bakar, tahu tempe dan sayur-sayuran rebus." Aku langsung mengarahkan ponselku pada piring yang ada dihadapanku agar Amanda bisa melihat dengan jelas menu yang aku makan.

Kami berdua sedang makan malam secara virtual karena aku sedang berada di Jakarta sementara Amanda di Bandung.  Kami rutin melakukan ini untuk menjaga agar komunikasi diantara kami tetap terjalin.

Mungkin buat sebagian orang kebiasaan kami ini cukup aneh tapi menurut kami sebagai pasangan yang menjalani LDR justru hal seperti inilah yang menjadikan hubungan kami tetap awet dan romantis walaupun terpisah jarak.

"Kapan mulai kerja?" Tanyaku.

"Mungkin mulai besok. Aku mau lihat cara kerja beberapa karyawan baru yang aku tempatkan di bagian display dan kasir supaya pelayananya lebih baik dan lebih cepat."

"Keren..kamu selalu ngetreat pelanggan dengan baik."

"Harus dong mas. Apalagi aku itu lumayan deket sama mereka." Ucap Amanda yang memang sangat menjaga hubungan baik dengan pelanggannya.

"Mas kapan pulang ke Bandung? Nawa kangen sama papah katanya."

"Sepertinya besok. Tolong bilang sama Nawa semua pesenannya udah papah beliin."

"Pesanan apa sih?"

"Biasalah, kayak nggak ngerti aja. Ehh tapi, ini beneran cuma Nawa aja yang kangen papah, mamanya enggak?"

"Nggak ahh..santuy aja."

"Hemm..gimana nggak santuy, orang tiap hari video call-an terus dari pagi sampe malem. Sehari bisa tiga kali. Udah kayak minum obat." Protesku.

"Hahaha...bucin banget kita yaa." ucap Amanda dan kenyataannya memang begitu.

"Kamu mau dibawain apa besok?"

"Bawain cinta yang banyak aja."

"Serius, nggak mau dibawain apa-apa?"

"Nggak usah mas, aku bisa beli sendiri." ucapnya sambil mengeluarkan dua buah kartu pemberian dariku. "Kan ada ini."  Katanya, sambil mengedipkan mata.

"Hahaha..Iya sayang."

"Ini beneran buat aku?"

Aku langsung mengangguk mrmbenarkan. "Kita sebentar lagi menikah, Amanda."

"Mas nggak takut kalau aku kabur kaya mantan?"

Ya ampun, bisa-bisanya dia ngomongin Maya disaat begini.

Cinta Sendiri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang