Garin
"Kita sudahi meeting hari ini dan saya harap semua team bisa bekerja lebih cepat lagi sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan oleh klien kita. Ingat, jangan sampai meleset." Tepat pukul dua lebih tiga puluh lima menit aku mengakhiri meeting kami siang ini dan bergegas pergi menuju ruanganku.
Kutanggalkan kemeja yang biasa membalut tubuhku saat bekerja dan menggantinya dengan t-shirt polo favoritku yang dipadukan dengan celana jeans warna biru muda. Tidak lupa sedikit memberi gel pada rambut dan parfume sebagai sentuhan terakhir agar penampilanku terlihat lebih fresh dan wangi saat bertemu dengan keluarga kecilku nanti.
Setelah puas mengoreksi seluruh penampilanku, aku segera meraih ponsel dan kunci mobilku beemaksud meninggalkan ruanganku.
Namun sebelum aku benar-benar melangkah pergi, suara ketukan pintu terdengar lebih dulu.
"Maaf pak mengganggu, ada seseorang yang ingin bertemu dengan bapak." ucap Anneu, sekretarisku.
"Siapa Neu?" tanyaku, sambil menatap penasaran ke arahnya.
"Aku, sayang...." Suara itu berpacu bersamaan dengan derap langkahnya saat memasuki ruanganku.
"Mayaaa??" lirihku, sedikit ragu.
"Surprise..." Maya langsung mendekat kearahku hendak menempelkan bibir merahnya dipipiku.
"May..." Sedikit terkejut, aku segera menjauhkanya dari tubuhku. "Tolong jaga sikap kamu."
Wajah Maya tampak terkejut saat menyadari penolakanku. "Maaf..."
Aku segera memberi kode pada Anneu untuk meninggalkan kami berdua.
"Untuk apa datang kesini?" Tanyaku tak ingin berbasa-basi.
"Untuk ketemu kamu. Aku baru sampai tadi malam dari singapura dan bela-belain datang kesini karena kangen sama kamu. Padahal aku lagi nggak enak badan."
Aku membuang napas kasar. Tidak habis pikir dengannya yang terlihat biasa-biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa diantara kami.
"Lalu apa urusannya sama aku?"
"Aku mau minta maaf sama kamu."
"Bukannya aku sudah memaafkan kamu, May."
"Aku tahu kamu masih marah dan itu semua karena salahku yang terlalu terobsesi sama karirku. Disana aku selalu memikirkan ini Ga. Makanya aku terus menghubungi kamu."
Beberapa hari setelah kepergiannya, Maya memang masih terus berusaha menghubungiku untuk meminta maaf dan meminta agar aku menunggunya. Namun aku menolak permintaannya dan menyatakan kalau hubungan kami sudah berakhir.
"Aku cuma mau menegaskan lagi kalau kedatanganku malam itu bukan bermaksud ngebatalin pertunangan kita, aku cuma minta agar waktunya diundur saja. Aku nggak punya maksud lain apalagi sampai mempermalukan kamu dan menyakiti hati kedua orangtua kamu."
"Terus apa bedanya? Sama-sama batal kan?"
"Bukan batal tapi ditunda. Maksudku, kita akan tetap bertunangan setelah kepulanganku."
"Egois. Kamu cuma mikirin diri kamu sendiri."
"Ya..aku memang egois waktu itu." sesalnya. "Makanya aku menemui kamu sekarang karena ingin meluruskan semuanya supaya hubungan kita nggak kaya gini terus."
"Nggak ada yang perlu kita bicarakan karena kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi."
"Banyak..banyak banget yang harus kita bicarakan. Kamu memutuskanku sepihak tanpa mau berusaha mengerti dan memahamiku. Apa itu bisa dibilang putus kalau ada salah satu pihak yang nggak terima?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri (END)
ChickLit~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yang usianya terpaut delapan tahun dan sudah memiliki kekasih. Garin Danandjaya merasa terusik dengan k...