Garin
Acara jamuan makan malam bersama para sahabat yang diselenggarakan oleh keluargaku akhirnya berhasil membuat kami berkumpul kembali setelah sekian lama. Malam ini Riky, Awan, Dewa, Mita dan Amanda hadir memenuhi undangan kedua orangtuaku yang sengaja memasak begitu banyak makanan untuk menjamu tamunya.
Hanya satu sahabat yang tidak bisa hadir malam ini, dia adalah willy kakak kandung Maya. Aku mengerti mungkin dia merasa sangat malu dan tidak enak hati pada keluargaku atas tindakan keluarganya.
Amanda yang malam ini datang bersama Dewa terlihat membawa puding dan beberapa dessert yang menjadi andalannya sejak dulu ketika kami biasa berkumpul. Dibantu Mita, dia kemudian menyiapkan dan menatanya di meja yang letaknya tidak jauh dari meja makan yang kami duduki.
Makan malam kali ini begitu spesial karena ditemani kedua orangtuaku yang sama-sama merindukan moment seperti ini. Gelak tawa dan senda gurau yang riuh sejenak membuat kami lupa akan kekecewaan atas batalnya acara pertunangan yang seharusnya digelar malam ini.
"Jadi lo nggak baca chat gue waktu gue ngabarin soal batalnya acara hari ini?" tanyaku pada Dewa saat kami berkumpul diteras belakang rumah.
"Nggak sempet baca chat, karena hari itu gue hectic banget dan harus buru-buru ke bandara. Pokoknya yang ada dalam pikiran gue saat itu, gue pengen datang lebih awal supaya bisa ngumpul-ngumpul dulu sama kalian."
"Sorry yaa jadi bikin lo repot gini."
"Kenapa mesti minta maaf, bukan salah lo juga. Ada hikmah dibalik semuanya. Sekarang kita jadi bisa kumpul kan? Padahal kalau direncanain susahnya minta ampun."
"Tapi ada yang kurang nih, Kurang willy, dia datang kan?" tanya Awan.
"Mana berani dia dateng, malu kali sama kelakuan adeknya." ucap Riky. "Gue ada disini pas mereka datang dan ngebatalin pertunangan, sama sekali nggak ada niat duduk bareng buat nyari solusinya. Dan gue lihat si Willy diem-diem bae, keliatan banget nggak bisa apa-apanya. Seharusnya sebagai kakak tertua, dia bisa mewarnai keluarganya dan ngasih nasihat."
"Lagian Maya itu kenapa sih disuruh nikah kok nggak mau. Kekeuh banget pengen berkarir padahal udah dapet laki sultan, plus bonus ganteng lagi. Kurang apa coba Garin? Heran gue." Mita yang sejak tadi berbincang di dalam rumah bersama Amanda dan kedua orangtuaku kali ini ikut nimbrung dengan obrolan kami.
"Kita sama-sama tahu lah Maya itu dulunya kayak gimana. Sejak bertemu Garin dia mulai berkeinginan untuk mengembangkan dirinya dengan merubah total penampilannya dan belajar keras supaya mendapat nilai terbaik. Tapi sekarang aku ngerasa Maya udah kebablasan karena ambisinya. Dia kayak kacang lupa kulitnya. Dia lupa siapa yang udah bikin dia kayak gini. Dia juga lupa siapa yang akhirnya berkorban dan menerima keinginan Willy buat jagain dia selama kakaknya itu di Belanda, sampai akhirnya dia benar-benar bisa dapetin elo, laki-laki impiannya. Tapi lihat apa balasanya? Padahal selama ini elo udah berkorban banyak buat dia." ucap Mita.
Aku terperangah saat mendengar rentetan kalimat kekecewaan Mita yang setahuku sangat dekat sekali dengan Maya. Bisa dipastikan Mita pun memiliki kekecewaan yang sama besarnya denganku.
"Tanggapan kedua orangtua lo gimana?" tanya Dewa.
"Kecewa banget lah, mamih sampe ngurung diri seharian dikamar. Papih juga sempet emosi waktu itu. Tapi aku beruntung karena kedua orangtua sangat bijaksana, walaupun kecewa tapi mereka menyerahkan kembali semuanya ke gue. Mereka akan menghormati dan menghargai keputusan apa yang akan gue ambil kedepannya."
"Orangtua lo keren. Mereka sangat menghargai anak-anaknya. Lo jangan sampai salah ambil keputusan dan mengecewakan mereka lagi." ujar Dewa.
Awan menepuk pundaku beberapa kali mencoba menenangkanku. "Kita bakalan selalu ada buat lo, jadi jangan pernah ngerasa sendirian. Lo bisa minta pendapat gue dan yang lain kalau lo lagi ngerasa bingung dan kalut. Kita pasti bantu lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri (END)
Chick-Lit~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yang usianya terpaut delapan tahun dan sudah memiliki kekasih. Garin Danandjaya merasa terusik dengan k...