Garin
"Mas beneran mau nemenin aku? Bukannya besok pagi harus ke Jakarta? Apa nggak kecapaian kalau pulang malam?" Amanda terus memberondongku dengan pertanyaan-pertanyaanya saat aku memutuskan untuk mengantarnya pergi ke sebuah acara.
"Tenang aja, mas ambil libur sampai hari senin kok."
"Kerjaan disana gimana?"
"Aman..kebetulan besok nggak ada jadwal meeting jadi bisa di handle sama yang lain. Jadi kamu nggak punya alasan lagi buat ngelarang mas ikut ke acaranya Meysa."
"Ehh...nggak gitu juga dong mas. Ini kan acaranya aku sama teman-teman. Masa mau ngintilin aku terus." protesnya.
"Tidak ada penolakan. Pokoknya selama mas ada di Bandung, kemanapun kamu pergi, mas yang akan antar kamu." ucapku sambil berlalu memasuki mobil lalu duduk manis didepan kemudi.
"Oke, gini aja, gimana kalau mas antar jemput aku aja."
"Mana bisa...emangnya mas supir kamu."
"Terus maunya apa?"
"Pokoknya mas mau nemenin kamu disana sampai acara selesai."
"Apa!"
"Mas nggak akan biarin kamu keluar malam dan pulang malam sendirian." protesku.
"Ini tuh cuma pesta ulang tahun mas, bukan dugem."
"Apapun itu, sebagai suami mas berkewajiban menjaga istrinya kemana pun dia pergi. Udah ya jangan protes terus nanti kita nggak pergi-pergi jadinya." ucapku sambil memasangkan safety belt di tubuhnya.
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, akhirnya kami berdua sampai disebuah cafe yang menjadi tempat perayaan pesta ulang tahunnya Meysa, salah satu sahabatnya Amanda, sekaligus pemilik cafe ini.
Setelah menyapa, aku langsung beranjak dan memilih tempat duduk yang jaraknya sedikit agak menjauh dari Amanda dan kawan-kawannya agar dia merasa tidak seperti sedang diawasi. Aku paham, Amanda masih muda dan aku tidak mau mengekang segala aktifitasnya secara berlebihan tetapi juga tidak membebaskan sepenuhnya.
Sudah satu jam lamanya aku menghabiskan waktuku hanya dengan duduk dan makan saja, tanpa melakukan apapun. Dan untuk mengusir rasa bosan, aku mengundang sahabat-sahabatku untuk melakukan video call karena kebetulan beberapa jam yang lalu mereka habis berkumpul mengunjungi Maya dirumahnya.
"Lo dimana ini? Lagi kencan sama Manda?" tanya Dewa sambil memperhatikan sekelilingku.
"Gue lagi nganterin Manda kumpul sama temen-temennya."
"Ck..ck..posesif banget. Elo tuh suaminya apa bodyguard nya sih?"
"Maklumin aja Wa, bininya Garin kan cantik, mana masih muda lagi. Takut diambil brondong." Ejek Riky.
"Manda mana tertarik sama yang seumuran. Dia sukanya sama yang lebih tua. Buktinya dia udah ngebucinin gue dari kecil." ucapku penuh percaya diri.
"Tapi sekarang keliatanya kebalik yaa..justru elo yang bucin sama dia."
"Ya begitulah gue sekarang. Bawaannya nggak bisa jauh-jauh dari emaknya Nawa. Kerjaan gue kalau deket dia ya kayak gini, ngintilin kemana-mana. Nggak tahu kenapa, gue juga heran."
"Hahaha..dimaklumin aja lah namanya juga penganten baru jadi masih anget. Btw, lo kapan balik ke Jakarta? Kumpul yuk mumpung lagi ada Dewa." pinta Riky.
"Ayo..Selasa pagi gue balik ke Jakarta. Lo kapan datang Wa?"
"Tadi pagi. Sebelum berangkat nengokin Maya, gue mampir dulu ke tempat lo tapi nggak ada siapa-siapa. Gue pikir lo udah duluan kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri (END)
ChickLit~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yang usianya terpaut delapan tahun dan sudah memiliki kekasih. Garin Danandjaya merasa terusik dengan k...