Part 12

44.5K 3.1K 33
                                    

Amanda

Aktifitasku hari ini dihadapkan dengan beberapa pekerjaan yang menggunung seperti memeriksa laporan penjualan dan juga tugas mata kuliah yang sudah tentu akan menyita waktuku hingga sore hari nanti.

Aku yakin kalau hari ini akan sedikit terlambat pulang ke rumah. Namun aku tidak perlu khawatir karena Denawa sudah aman bersama ibu. Walaupun sudah tinggal terpisah, tetapi ketika sibuk dikampus ataupun dikantor aku selalu menitipkan Denawa pada ibu dan Arka. Denawa yang semakin hari semakin aktif terkadang membuat pengasuhnya kewalahan dan aku akan merasa tenang jika Denawa berada dalam pengawasan keluargaku.

Setelah menghabiskan bekal makan siangku, aku kembali memeriksa laporan penjualan. Biasanya aku akan dibantu oleh dua asistenku yaitu Sinta dan Wedy, namun karena kali ini mereka sedang bertugas mengunjungi toko cabang, jadi saat ini terpaksa aku memeriksanya seorang diri.

Satu ketukan terdengar dari balik daun pintu, disusul dengan munculnya seorang pria yang sudah sangat aku kenal. "Haii..apa kabar bu boss?"

"Kak Dewa.." aku berdiri menyambut kedatanganya. "Kok nggak bilang-bilang sih mau dateng ke Bandung, kan aku bisa jemput."

"Sengaja mau kasih surprise."

"Bilang aja nggak mau ngerepotin aku kan?"

"Soalnya bu boss kelihatanya lagi sibuk terus sekarang." Ujarnya.

Dewadanta namanya, pertemuan pertama kami terjadi ketika sama-sama menghadiri acara launcing kantornya mas Garin di Jakarta. Sejak saat itu hubungan kami menjadi sangat dekat bahkan tidak ada rahasia apapun diantara kami, termasuk kehamilanku.

Awalnya dia tidak setuju aku menyembunyikan kehamilanku dari keluarga Danandjaya, tapi setelah melihat keadaanku yang saat itu mengalami trauma dan depresi, dia akhirnya memaklumi dan berjanji akan menutupi kehamilanku dari mas Garin dan keluarganya.

Tak jarang kak Dewa yang selama ini bekerja jauh di Surabaya rela ke Bandung hanya untuk mengunjungi dan menemaniku memeriksa kandungan. Dan saat aku melahirkan Denawa, dia juga dengan setia menemani dan menyemangatiku. Bahkan dirinya tidak pernah sekali pun melewatkan ulang tahun Denawa yang sudah dirayakan sebanyak dua kali.

Dia adalah pria yang selalu ada disampingku setelah Arka. Hubungan Kak Dewa dan keluargaku juga sangat dekat. Kami sering menghabiskan waktu bersama untuk berpergian ke luar kota.

"Dalam rangka apa nih ke Bandung. Bukannya kak Dewa bilang kalau bulan ini nggak bisa nengokin Denawa karena sibuk sama kerjaan?"

Bukannya menjawab, kak Dewa malah mengedikan bahunya lalu duduk di kursi yang berada dihadapanku.

Aku mengernyitkan, diamnya kak Dewa justru semakin membuatku penasaran. "Ada apa sih kak?"

Dia menatap kearahku dengan pandangan matanya yang teduh. Wajah tampannya yang semakin dewasa itu tampak sedikit kuyu. Mungkin dia kelelahan karena setelah tiba di Bandung, dia langsung menemuiku dan mengabaikan tubuhnya yang perlu beristirahat. "Aku datang karena menerima undangan dari Garin dan Maya. Sengaja datang ke Bandung lebih awal, tapi ternyata..." Kak Dewa terdiam, tidak melanjutkan ucapanya.

"Mereka batal bertunangan." Ucapku lirih.

Mata pria itu membulat saat mendengar ucapanku. Mungkin dia tidak mengira kalau aku mengetahui tentang kabar tersebut. "Kamu masih kepoin Garin?"

Aku mendelik tajam saat mendengar tuduhannya. "Siapa coba yang masih kepoin dia."

"Buktinya kamu tahu kalau Garin batal tunangan. Bukannya kamu selama ini menghindarinya?"

"Ya memang aku tahu, tapi bukan karena aku kepo..catat!" Ucapku ketus.

"Seriusan nih, kamu tahu darimana kabar itu?"

Cinta Sendiri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang