Part 33

24.4K 2.1K 79
                                    

Garin

"Mas, aku kan udah bilang kalau nyimpen handuk basah itu jangan diatas kasur." terdengar dengan jelas suara omelan Amanda saat aku sedang menata rambut di kamar mandi.

"Maaf lupa, sayang. Nanti mas jemur deh."

"Kapan?"

"Bentar..bentar...mas lagi pake gel rambut dulu nih."

"Keburu basah dong spreinya kalau nunggu kamu pake gel rambut."

"Iya..iya..ini juga udah selesai kok."

Saat aku hendak keluar dari kamar mandi tiba-tiba Amanda sudah berdiri dihadapanku dan langsung masuk membawa handuk bekas yang aku pakai tadi.

"Mas ini naruh gel rambut kok dikamar mandi sih?"

"Ehh..iya lupa. Abisnya kamu ngomel-ngomel terus sih jadi mas buru-buru."

"Masa lupa tiap hari?"

"Namanya juga lupa mau gimana lagi." Ucapku dengan nada sedikit kesal.

Menikahi Amanda tepatnya dua bulan yang lalu membuat banyak perubahan didalam hidupku. Termasuk hal sekecil ini. Sebetulnya aku bukan pria jorok yang terbiasa menyimpan barang dimana-mana. Aku ini pria paling rapih di keluarga Danandjaya.

Tapi masalahnya, aku menikahi istri yang super duper paling apik diseluruh dunia sehingga kalau ada barang satu saja yang tidak disimpan pada tempatnya maka mata tajam Amanda akan segera mengetahuinya.

Tentang handuk basah, seharusnya Amanda bisa bersabar karena aku pasti menjemurnya setelah penampilanku rapih. Tapi rupanya Amanda mempunyai prinsip yang berbeda, dia tidak suka handuk itu sampai menyentuh kasur apalagi menimbukan sedikit basah.

Mengenai gel rambut pun demikian. Suruh siapa dia membeli meja rias yang ukuran cerminnya tidak setinggi tubuhku. Itu merepotkan sekali karena aku harus membungkukan tubuh supaya wajahku bisa muncul dicermin itu. Itulah alasan kenapa aku kembali pada kebiasaan dulu yaitu menggunakan gel rambut di dalam kamar mandi karena disana cerminnya lebih besar.

Keadaan rumah juga tidak jauh berbeda. Tidak pernah ada satu pun barang yang tergeletak dimana saja apalagi berantakan. Semua rapih dan terkendali karena untuk membuat rumahnya selalu rapih dan bersih, Amanda sampai mempekerjakan 3 ART yang melakukan tugas sesuai dengan tempat pekerjaanya masing-masing yaitu taman, rumah dan dapur. Sementara suster Emi ditugaskan hanya untuk mengurus Denawa dan kebutuhannya saja.

Tapi dibalik itu semua aku bersyukur sekali memiliki istri seperti Amanda. Dia wanita yang sangat disiplin dan mampu mengatur serta mengelola semua urusan bisnis dan rumah tangganya dengan baik.

"Udah selesai? Kamu cantik banget sih malam ini." Pujiku sambil memberikan tatapan memuja.

"Ngeliatinnya kok gitu sih mas, serasa bukan mau diajak ke pesta deh." Ucapnya.

"Memangnya serasa mau diajak kemana?"

"Diajak ke kasur." jawabnya datar. Dia sama sekali tidak merasa kalau ucapanya sudah membuat pikiranku jadi kemana-mana.

"Please jangan dibecandain dong sayang. Soalnya si adek kan sensitif. Tahu sendiri kan gimana dia."

Amanda langsung memutar bola matanya lalu mencubit lenganku dengan kukunya yang tajam.

"Siapa tang bercanda."

"Jadi beneran? Serius nih?" Tanyaku memastikan kembali.

"Iya..." Jawabnya santai. Sementara tubuhku membeku. Amanda memang tipe yang selalu blak-blakan dan tidak pernah malu-malu kalau sudah urusan begituan.

Cinta Sendiri (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang