Amanda
Aku memandang lekat-lekat pria tampan yang sudah tiga tahun terakhir ini dekat denganku, sambil memperhatikan setiap inci wajah rupawannya yang sungguh menggoda untuk dimiliki.
Jika tidak memiliki masa lalu suram mungkin aku bisa dengan mudah jatuh cinta kepadanya, seseorang yang selalu ada dan setia merelakan dirinya demi aku dan Denawa.
Aku tidak memungkiri kenyataan bahwa aku tertarik denganya namun hanya sebatas itu saja karena ada banyak keraguan dan ketakutan yang selama ini setia membentengiku ketika berhadapan dengan seorang pria.
Alasan itulah yang membuatku betah menyendiri tanpa pasangan. Lagipula dengan usiaku yang masih muda, aku sangat santai dan tidak terburu-buru mencari seseorang sebagai tambatan hati.
Rupanya yang ditatap menyadari betul apa yang kulakukan. "Kenapa? sampai segitunya liatin aku."
Aku tersenyum malu karena ketahuan sedang memandanginya. "Abisnya kak Dewa makannya semangat banget sih, sampai-sampai nggak nyadar ada remah disini." Ucapku sambil menyingkirkan remah yang ada di dagunya dan mengelapnya dengan tissue.
"Itu karena saking menikmati masakanmu yang luar biasa enak rasanya." Puji kak Dewa sambil meraih gelas berisi air putih lalu meminumnya hingga tandas. Dia baru saja menyelesaikan makan malamnya.
"Mau buah?" Tawarku.
"Nggak..aku kenyang banget. Aku makan banyak sekali malam ini. Kamu masak segini banyak khusus buat aku?"
"Iya, nanti sisanya aku bungkusin buat di apartemen. Jadi kak Dewa tinggal ngangetin aja di microwave."
"Wah..makasih ya Manda jadi ngerepotin kamu."
"Nggak repot justru aku seneng kok masakin buat kak Dewa."
"Kalau mau kamu juga bisa masakin aku setiap hari. Aku akan sangat bahagia." Ucapnya mengandung maksud.
"Maksudnya setiap hari aku harus kirim makanan ke Surabaya." Aku membalasnya dengan candaan meskipun aku tahu kemana arah pembicaraan kak Dewa.
"Kamu paham maksud aku tapi pura-pura nggak ngerti."
Aku langsung membisu ketika mendengar ucapanya kak Dewa. Aku merasa tak enak hati karena setiap kak Dewa mengarahkan pembicaraan ke arah sana, aku selalu berhasil mengalihkanya. Namun untuk malam ini sepertinya dia sudah kehilangan kesabaran dan terang-terangan menegurku.
"Jangan mengelak lagi karena aku serius Manda. Selama ini aku tulus membantu kamu dan Denawa. Tapi kedekatan kita lama-lama mendatangkan perasaan berbeda dihatiku dan tidak sulit mengenali perasaan apa yang aku miliki buat kamu. Jatuh cinta kepadamu adalah hal luar biasa yang aku rasakan. Aku tahu perasaan ini nggak mungkin berbalas mengingat bagaimana keadaan kamu selama ini. Tapi aku ngerasa kamu tidak boleh terjebak terus akan masa lalumu. Kamu harus bangkit dan aku siap mendampingimu."
"Maaf, tapi aku.."
"Apa karena Garin?"
"Bukan itu."
"Lalu apa?"
"Ini soal keyakinan. Aku belum yakin untuk menjalin hubungan dengan keadaanku yang sekarang. Aku ragu dan takut soal statusku yang sudah punya anak tanpa pernikahan."
"Selama ini aku tidak pernah mempermasalahkanya, bukan?"
Aku mengangguk setuju dengan apa yang kak Dewa katakan.
"Lalu apalagi yang masih membuat kamu ragu?"
"Kak Dewa memang menerimaku apa adanya tapi bagaimana dengan orangtua kak Dewa? Apa mereka mau menerima statusku saat ini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri (END)
ChickLit~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yang usianya terpaut delapan tahun dan sudah memiliki kekasih. Garin Danandjaya merasa terusik dengan k...