AmandaTerpejam dibawah temaran lampu diiringi lantunan musik klasik merupakan cara terbaik untuk mengalihkan dunia nyata ke alam mimpi dan melepas sejenak beban dan gundah yang melilit hati.
Beberapa saat setelah kejadian tadi sore, pikiranku memaksa untuk bertanya namun hati kecilku memilih untuk menahan dan tidak mencampuri urusan pribadinya walaupun rasa penasaran semakin bergejolak dalam lubuk terdalam.
Apakah aku kecewa dengan kenyataan yang tadi aku dengar? Tentu saja. Tapi itu semua tak serta merta mengubah pandanganku terhadap kak Dewa karena sejatinya semua orang punya sisi gelap dan masa lalunya masing-masing. Tidak ada mahluk tuhan yang sempurna di dunia ini.
Baru beberapa jam terlelap, suara tangisan Denawa seakan melemparku kembali kedunia nyata. Rasa pegal karena seharian berpergian membuatku sedikit enggan untuk membuka mata. Namun erangan Denawa yang tidak seperti biasanya akhirnya memaksa diri untuk terbangun dari tidur.
Ketika merasakan suhu tubuh Denawa yang tinggi,
Aku segera membangunkan suster Emi dan tak lupa menghubungi ibu."Coba kasih paracetamol dulu dan kalau panasnya tidak juga turun, besok pagi kita bawa ke dokter. Jangan lupa kabari nak Garin ya teh..kemarin dia telpon ibu dan kelihatanya khawatir banget sama Nawa. Memangnya teteh kemarin kemana? Udah tau anak sakit malah diajak pergi."
Akhirnya aku menceritakan semuanya pada ibu kalau sebenarnya kami pergi bersama kak Dewa. Dan sepanjang melakukan panggilan, ibu tak henti-hentinya mengomeli tindakanku yang dianggap lalai pada Denawa.
Aku pikir rasa kesal ibu kepadaku hanya terjadi tadi malam saja saat aku menghubunginya. Tetapi ketika kami sudah berada di rumah sakit pun, ibu masih saja melanjutkan aksinya.
"Ibu juga akan marah seperti nak Garin kalau teteh abai begini." ucapnya.
"Marahnya nanti dulu dong bu." protesku ketika kami sudah berada diruang perawatan karena setelah melakukan pemeriksaan dan tes darah, dokter Prita mengatakan kalau Nawa terkena typus dan harus di rawat.
"Gimana ibu nggak marah, bahkan disaat Nawa sakit pun bukan nak Garin yang teteh hubungi."
Secara tidak langsung ibu menyalahkanku karena bukan menghubungi mas Garin melainkan kak Dewa. Menurutnya keputusanku itu salah karena ada yang lebih berhak mendampingi Denawa selain kak Dewa.
Semalam aku memang menghubungi kak Dewa dan memberitahunya kalau Denawa sakit. Sehingga pagi harinya dia langsung datang menjemput dan mengantarkan kami ke rumah sakit.
"Kalau mas Garin tahu Nawa sakit, dia pasti marah besar sama aku."
"Maksudnya, teteh nggak akan ngasih tahu nak Garin kalau Nawa dirawat? nak Garin pasti akan tambah marah apalagi kalau tahu siapa yang nganter dan ngurusin Nawa di rumah sakit."
"Aku harus gimana bu?"
"Ibu kan sudah bilang berkali-kali, kalau teteh ada masalah apalagi yang berhubungan dengan nak Garin dan nak Dewa sebaiknya minta pendapat ibu dulu. Bukannya ibu nggak percaya atau mau ikut campur cuma untuk wanita seusia teteh sekarang, cara mengambil keputusan itu kadang masih didasari emosional makanya ibu wajib membimbing supaya tidak salah langkah."
"Harusnya teteh juga bisa menolak nak Dewa seperti apa yang teteh lakukan pada nak Garin ketika dia mengajak Nawa jalan-jalan. Nak Dewa kan tiap bulan selalu ada tugas ke Bandung jadi kalian bisa jalan dilain waktu. Kesehatan Nawa itu jauh lebih penting."
"Padahal kami cuma pergi ke lembang kok bu. Udara disana juga sejuk dan aku pikir aman buat Nawa."
"Buktinya malah bikin Nawa sakit. Harusnya Nawa tidak dirawat seperti ini kalau kemarin dia diam dirumah seharian. Maaf, bukannya ibu membanding-bandingkan keduanya, tapi seorang ayah tetaplah seorang ayah yang dianugerahi naluri dan ikatan batin yang kuat dengan anaknya sehingga nak Garin sangat memahami betul bagaimana keadaan dan kondisi Nawa. Dan itu yang tidak dimiliki nak Dewa walaupun dia lebih lama mengenal Nawa karena dia bukan ayah kandungnya. Sekarang teteh harus hubungi nak Garin dan sampaikan kondisi Nawa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri (END)
ChickLit~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yang usianya terpaut delapan tahun dan sudah memiliki kekasih. Garin Danandjaya merasa terusik dengan k...