Amanda
"Tante Mira berniat mengambil Abel dariku. Semua pengobatan Abel akan dia tanggung asalkan Abel tinggal bersamanya." Mbak Anggi menceritakan semua kekesalanya saat aku mengunjungi rumahnya sore ini.
"Nenek macam apa, nolong cucu kok ada syaratnya."
"Dan saat itu juga aku langsung menolak permintaannya."
"Terus bagaimana reaksinya?" Tanyaku.
"Tante Mira bilang walaupun status Abel anak diluar nikah tapi Abel tetaplah darah daging Dewa. Dia bersedia membayar berapa pun asalkan aku mau meyerahkan Abel sama dia."
"Jahat banget sih nganggap cucunya sendiri seperti barang yang bisa diperjual belikan. Saya yakin mbak, kalau dia nggak akan menyerah begitu saja untuk mendapatkan Abel."
"Tante Mira memanfaatkan ketidakberdayaanku untuk mengambil alih Abel karena tahu kalau dia sebetulnya nggak punya hak apapun atas Abel. Makanya dia menempuh jalan ini untuk menekanku."
Aku dapat melihat betapa lelahnya wajah wanita kuat yang ada dihadapanku ini. Andai dia punya segalanya, mungkin kejadian ini tidak akan menimpanya.
"Kamu beruntung sekali karena tante Rossa dan om Hari nggak bertingkah seperti ibunya Dewa. Keduanya menyadari betul bagaimana posisi mereka."
Aku mengangguk setuju dengan pemikiran mbak Anggi mengenai kedua orangtua mas Garin yang sangat menghormati semua keputusanku atas Denawa.
"Tadinya saya pikir tujuan kedatangan tante Mira kesini untuk mempersatukan kembali kalian berdua."
"Mimpi.." Ucapnya.
"Memangnya mbak nggak ada niatan balikan lagi sama kak Dewa?"
"Nggak lah. Ibaratnya seperti filosofi sepatu, kalau dia menyakitimu berarti dia bukan ukuranmu. Dan aku nggak mungkin memaksa Dewa menikahiku tanpa rasa cinta karena itu akan menyakiti kami berdua. Dan sebaik-baiknya cara untuk melepaskan semua itu adalah ikhlas dan aku sedang ada ditahap itu sekarang."
"Tapi bagaimana nasibnya Abel nanti?"
"Aku kan nggak misahin Abel dari ayahnya. Dewa bebas menemui Abel kapan aja dia mau. Nggak masalah."
"Gimana kalau kak Dewa nikah sama orang lain?"
"Terserah Dewa saja. Aku nggak mau mencampuri urusan dia."
"Padahal saya berharap banget kalian berdua bisa bersama-sama membesarkan Abel."
"Kalau begitu, kenapa tidak kamu dan Garin saja yang menikah?"
Aku langsung menelan ludah ketika pernyataan yang baru kulontarkan itu kini berbalik menyerangku.
"Sekarang posisi kita berdua sama aja. Dengan kata lain, jika kamu menganggap kalau bersatunya aku dan Dewa adalah yang terbaik, itu artinya bersatunya kamu dan Garin juga adalah yang terbaik." Ucapnya.
"Walaupun posisi kita berdua sama, tapi kondisi kita berbeda mbak. Karena sepertinya mas Garin masih menunggu mbak Maya. Dia juga masih belum memutuskan pertunangan mereka."
"Garin nggak perlu memutuskan pertunanganya karena mereka memang belum resmi bertunangan. Walaupun pihak Maya minta pertunangan ditunda dan dilaksanakan lagi setelah kepulangan Maya, tapi aku yakin kalau Garin nggak akan tertarik lagi. Kamu tahu kan prinsip Garin?"
Aku menggelengkan kepala karena aku memang tidak mengenal mas Garin sampai sedetail itu.
"Garin akan selalu menjaga komitmennya ketika berhubungan dengan seorang wanita kecuali dua hal. Perselingkuhan dan menyakiti hati kedua orangtuanya. Kedua point itulah yang tidak akan dimaafkan Garin. Dan sialnya Maya sudah melakukan salah satu dari kedua point itu. Kamu ngerti kan maksud aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sendiri (END)
Literatura Feminina~ Garin & Amanda ~ (Sudah terbit di Karyakarsa mulai part 37-52) Amanda Greya si gadis tomboy yang sangat mencintai Garin Danandjaya, pria dewasa yang usianya terpaut delapan tahun dan sudah memiliki kekasih. Garin Danandjaya merasa terusik dengan k...