4. Are You Single?

64 21 5
                                    

"WOI, NADIR! SINI LO!"

Dengan langkah berdentum-dentum, Nada mendobrak pintu kamar Nadir membuat sang pemilik kamar terlonjak dari kasur. Aura kemarahan menguar kuat dari sorot mata Nada yang menyala-nyala seperti ada kobaran api di dalamnya. Nadir sampai dibuat heran dengan gadis itu yang baru pulang sekolah, tapi tiba-tiba marah-marah tidak jelas.

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."

Nada menghela napas kasar. "Lupa. ASSALAMUALAIKUM!"

"Waalaikumsalam," jawab Nadir santuy, lanjut merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"HEH! LO JADI COWOK JANGAN JADI PLAYBOY COBA!" bentak Nada berapi-api.

"Apa sih? Suka-suka gue dong." Nada mendelik.

"Suka-suka gue suka-suka gue." Nada mengepalkan tangannya, lalu melempar ponselnya yang mendarat di paha Nadir. "LIAT, 15 CEWEK LO NGE-CHAT GUE NANYAIN KABAR LO!"

Nadir membaca hampir 15 kontak tak dikenal di layar ponsel milik Nada. "Oh, ini mah bentar lagi juga jadi mantan gue. Blokir aja nomornya," ujar cowok itu remeh sembari mengembalikan ponsel sang adik.

"Dih, stress lo!" umpat Nada emosi. Ia tidak pernah mengatur Nadir melakukan apa, tapi kalau sudah berhubungan dengan yang namanya perasaan perempuan, Nada harus pasang badan karena dia pun sama-sama perempuan yang pernah diberi harapan palsu sejak TK dulu.

"Kucel banget lo. Mandi gih, bau azab lagi badannya," cibir Nadir asal, lanjut memainkan gim di ponselnya.

"Siapa lo ngatur-ngatur gue?!" Nada memelototi Nadir.

"Lah, siapa lo ngatur-ngatur gue?!" balas Nadir tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel yang menampilkan permainan Subway Surfers.

"Gue adek lo!"

"Lo bukan adek gue!"

"Dih, lo juga bukan abang gue!"

"Ya udah, sih. Dasar anak pungut."

"Ya udah, kalau gue anak pungut, berarti lo anak iblis!" sembur Nada kemudian berlari sebelum satu buah bantal melayang ke wajahnya.

Sumpah, hari ini Nada dibuat kesal setengah mati karena terror dari 15 cewek-ceweknya Nadir. Bukan apa-apa, hari ini juga dia sedang datang bulan sehingga emosinya tidak bisa stabil. Selain itu, cuaca panas pun mendukung Nada untuk marah-marah seperti orang gila. Namun, meski udara terasa panas, Nada tetap tidak melepas jaket rajut yang membalut seragamnya.

Nada terduduk di sofa sembari membuka sepatu yang masih terpasang di kakinya. Tak lupa dia juga mengontrol napasnya yang memburu setelah meluapkan rasa kesalnya kepada sang abang. Bayangkan saja di kala matahari tengah gencar-gencarnya membakar kulit, asap knalpot Kota Bandung tersebar di mana-mana, keadaan sumpek ketika berada di dalam angkot dan berdesak-desakan, tiba-tiba 15 pesan masuk secara bersama-sama dengan isi pesan yang sama pula, yakni menanyakan kabar Nadir. Dan parahnya kelima belas wanita itu adalah jajaran pacarnya Nadir yang katanya sebentar lagi akan beralih status menjadi mantan.

"Awas lo, gue sepak tau rasa," gumam Nada masih dengan sisa kemarahannya.

Jreng!

Namun, suara petikan gitar yang tiba-tiba terdengar dari luar rumah seketika memadamkan emosi yang berkobar di dada gadis itu. Bahkan senyum Nada justru mengembang saat orang yang dia namai 'Calon Imam' sudah datang di waktu yang tepat. Katakan saja pengamen bernama Ule tersebut adalah sang pelipur lara bagi Nada.

"Omaigat, Mas Lele, imam gue," ujarnya berseri-seri lalu bergegas keluar.

"Pedih ku saat merasa indah
Semua hilang dan usai
Bila cinta ini tak nyata
Jangan engkau beri harapan ...."

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang