6. Pengamen Jelmaan Pangeran

58 19 5
                                    

"Mas Ule!"

Setelah benar-benar yakin bahwa cowok yang bersandar pada pohon beringin tersebut adalah Ule, Nada kemudian berteriak memanggilnya seraya berlari menghampiri pohon beringin itu.

Ule menolehkan kepalanya. Kedua mata laki-laki itu seketika membelalak mendapati Nada tengah berlari ke arahnya. Yang membuat Ule tercengang adalah wajahnya yang kini bebas dari penutup apa pun sehingga membuat Nada dapat dengan bebas melihat wajah aslinya.

Walaupun sudah berdiri tepat di hadapan Ule, Nada malah bergeming sambil menatap wajah Ule dengan intens.

Pantes aja kagak mau diliatin mukanya, orang mukanya aja cakep begini masyaallah, batin gadis itu kelepek-kelepek.

"Mas Ule ganteng banget muka aslinya," puji Nada serasa mengobrol bersama pangeran. Memang benar-benar fotokopian pangeran lelaki bernama samaran Ule ini.

Sedangkan Ule tampak gelagapan menghadapi Nada. "Em ... Mbak Nada ngapain ke sini?" tanya cowok itu terbata-bata.

Bukannya menjawab, Nada justru melontarkan komentar kepada Ule. "Coba dari awal Mas Ule tuh kalau ngamen mukanya gak usah ditutupin buff. Kan ganteng, Mas, ya ampun gantengnya," cerocos Nada tidak punya malu.

Gantengnya calon imam Nada, sambung perempuan beralis tebal itu dalam hati.

Jangankan ketika memperlihatkan wajah aslinya, saat sedang memakai buff saja Ule terlihat tampan di mata Nada. Ralat, mungkin di mata semua orang. Apalagi ini kala Ule tidak menutupi wajahnya dengan apa pun, makin saja terlihat tampan dan pastinya keren.

"Mas Ule kemarin kenapa gak dateng ke rumah saya? Saya tungguin loh. Saya WA dibaca doang," tanya Nada yang ekspresinya seketika berubah kusut.

"Kan perjanjian awalnya saya ke rumah Mbak Nada-nya cuman lima hari," kata Ule berusaha bersikap tenang.

"Ya udah, nih dua puluh ribu buat tiga hari. Setuju gak?" tawar Nada menyerahkan uang berwarna hijau yang belum Ule terima.

Sejujurnya sekecil apa pun uang yang ditawarkan untuknya sangat berharga bagi Ule. Namun, masalahnya yang menawarkan uang ini adalah gadis aneh, yaitu Nada. Bagaimanapun Ule trauma mendatangi rumah Nada secara rutin. Sudah cukup lima hari ia merasa tertekan karena sikap gadis itu.

"Ya udah deh, Mbak. Saya terima, ya." Karena benar-benar membutuhkan, Ule pun akhirnya menerima walau ia tahu konsekuensi apa yang akan didapatkannya.

Wajah Nada sontak berbunga-bunga. "Yes, tiga hari bersama Mas Ule," katanya sambil beragoyang dombret.

"Tapi nanti kalau saya datang ke rumah, jangan ditanya-tanya lagi, ya, Mbak. Cukup saya nyanyi aja buat Mbak," pinta Ule.

"Tenang, saya gak akan nanya-nanya lagi. Nomor WA udah dapet, nama asli udah dapet. Biodata lainnya menyusul," terang Nada mengabsen satu per satu informasi yang telah berhasil ia dapatkan sejak kenal dengan Ule.

Ule mengulum bibirnya seolah menahan tawa. Hal itu mengundang perhatian Nada. "Mas Ule kenapa kayak nahan ketawa gitu?"

Ule menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa. Saya ketawa gara-gara Mbak."

Nada mengernyit bingung. "Emang saya kenapa?"

"Lucu."

"WADAW!" pekik Nada refleks. Spontan ia membekap mulutnya. "Aaaaaa bye bye Mas Ule!" Setelahnya Nada lari kocar-kacir meninggalkan Ule. Sungguh, satu kata empat huruf itu berhasil memporak-porandakan jantungnya yang gampang meleyot.

*****

Sesampainya di rumah, Nada langsung berlari menuju kamar untuk menjerit sekencang-kencangnya meluapkan rasa salting yang tidak tertolong lagi. Dipuji seperti itu saja sudah membuat Nada baper, apalagi diperlakukan lebih, bisa mati.

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang