37. Permintaan Kembali

21 9 0
                                    

"Hidup bagaikan pesawat kertas

Terbang dan pergi membawa impian

Sekuat tenaga dengan hembusan angin

Terus melaju terbang"

"Jangan bandingkan jarak terbangnya

Tapi bagaimana dan apa yang dilalui

Karena itulah satu hal yang penting

Slalu sesuai kata hati"

"Sanbyaku rokujugo nichi..."

"Ayo terbanglah, coba terbanglah

Ayo terbanglah, coba terbanglah

Ayo terbanglah, coba terbanglah."

Yara dan Nesha berdiri dari sofa lalu memberi tepuk tangan atas penampilan Latihan Dika dan Nada hari ini. Rencananya, pasangan duet yang akan mengisi acara hari ulang tahun sekolah itu akan membawakan dua lagu. Yang pertama lagu Pesawat Kertas 365 Hari yang dirilis oleh JKT48. Yang kedua masih dirahasikan karena hanya mereka dan Tuhan yang mengetahuinya.

Dan bangsa jin yang menguping.

"Keren gila!" Yara masih bertepuk tangan terhitung sekitar 1 menit dia tidak berhenti bertepuk tangan.

"Gue gak gila," celetuk Dika sembari menyandarkan gitarnya pada tembok.

Sore ini, mereka Latihan di rumah Nada mumpung keluarganya sedang pergi ke luar kota karena Nenek jatuh sakit. Yara dan Nesha juga malam ini akan menginap di rumah Nada untuk menemani gadis itu yang takut oleh kegelapan. Sebetulnya Nada itu bukan takut gelapnya, namun takut sesuatu yang tiba-tiba muncul dari kegelapan tersebut.

"Diem lo!" ujar Yara ngegas.

"Kita harmonisasinya bagus gak?" tanya Dika meminta pendapat. Matanya diam-diam melirik sendu Nada.

Nesha mengangguk. "Bagus bagus bagus. Lo main gitar, Nada main piano. Suaranya juga selaras. Improv kalian mantep," tuturnya seperti seorang juri. "Kata gue sih yes. Kalau kata lo gimana, Yar?" Nesha menoleh kepada Yara.

"Kalau kata gue mending lo diem," timpal Yara ketus.

"Dasar, jenglot," gumam Nesha mencibir seraya mengalihkan pandangannya dari Yara.

"Ngomong apa lo barusan?" intimidasi Yara datar, tapi tegas.

"Kepo!"

Yara menatap Nesha penuh arti, kemudian menolehkan kepalanya ke arah Nada. "Nad, di rumah lo ada keris atau pisau gak?"

Nada mengangguk dengan kening berkerut. "Pisau ada. Buat apa?"

"Minjem. Gue mau buat opor dari tangannya si Nesha."

Saat itulah Nesha langsung berlari ke lantai dua dan bersembunyi di balik selimut Garfield kesayangan Nada.

"Kenapa masih di sini?" Nada bertanya saat Dika duduk bersila sembari mengukir seni di atas karpet bulu milik Bunda.

Dika mendongak. "Lo—"

"Bukan ngusir. Gak baik, di sini ada cewek semua. Jadi lebih baik lo pulang," titah Nada. Tidak ada sedikitpun kehangatan. Hanya kejutekan yang Dika rasakan.

Dika lalu bangkit berdiri. "Gue di sini dulu aja."

"Mau ngapain?" tanya Nada tercengang.

"Jagain kalian. Takut ada penjahat," jawab Dika menyengir.

Nada mendengkus seraya memutar bola matanya malas. "Gak perlu. Di sini udah ada Yara yang modelannya kek cowok. Lo pulang aja."

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang