Hampir satu bulan Dika dan Nada tidak bertemu. Hampir satu bulan pula keduanya tidak saling bercumbu. Hingga akhirnya Dika merindu segala hal tentang Nada yang membuatnya candu. Namun, entah dengan Nada. Apa Nada merasakan rindu yang ia rasakan? Atau justru Nada sudah benar-benar melupakan Dika dari ingatannya?
Sampai sekarang, Dika pun masih mempertanyakan soal perasaannya untuk Nada. Sebenarnya dia ini ingin apa? Ingin mengembalikan kisah romansanya kembali, tapi tidak ingin berjuang lebih, atau membiarkan tambatan hatinya mengalir dan bertemu hilir bersama laki-laki lain?
Pagi ini di bawah langit Bandung yang begitu cerah, dan sepoi-sepoi angin menusuk tulang, Dika duduk melipat kaki di kursi semen taman sambil memangku gitar. Sesunyi suasana sekolah usai libur panjang datang, sesunyi itulah hati Dika tanpa kehadiran Nada. Senar gitar yang dipetik olehnya, berharap sampai ke telinga Nada bagaikan magnet yang mampu menarik perasaan gadis itu kembali singgah di ruang hatinya yang kini tak tertempati apa pun selain Diandra dan Mama.
"Duhai engkau sang belahan jiwa
Namamu terukir dalam pusara
Di setiap langkah ku selalu berdoa
Semoga kita bersama...
Duhai engkau tambatan hatiku
Labuhkan cintamu di hidupku
Ku ingin kau tahu betapa merindu
Hiduplah engkau denganku...
Dengarkanlah
Di sepanjang malam aku berdoa
Bersujud dan lalu aku meminta
Semoga kita bersama..."
Setiap lirik lagu bertajuk Cinta Sampai Mati yang Dika bawakan, selalu dia bawa menyelam ke palung hati miliknya. Makna lagu yang mengungkapkan betapa rindunya Dika pada Nada yang kini tidak bersama. Harap-harap, suara kecilnya mampu menggetarkan hati Nada untuk kembali berada d sisinya. Merangkai cerita bersama, hingga abadi dalam buku romansa di antara mereka.
Di balik pohon mangga, Nada berdiri tegak sambil mendengarkan Dika bernyanyi. Dua lagu Dika bawakan, dua-duanya sesuai dengan perjalanan kisah mereka yang telah berakhir. Sejujurnya, Nada pun merindukan laki-laki itu. Rindu senyumannya, gombalannya, cara unik membahagiakannya. Namun, Nada sadar. Jika ia ingin merasakan semua itu lagi, ia dan Dika harus sama-sama memperbaiki serta memulainya dari awal.
Tapi pertanyaannya, apa itu mungkin?
*****
"Ntar, kalian kalau udah lulus mau ke mana?" Pertanyaan itu tiba-tiba meluncur dari mulut Fatih saat tengah makan bersama di kantin.
"Ke surga," jawab Hasby asal sambil menggarpu mi ayam lalu memakannya.
Fatih mendelik. "Kek iya aja bakal masuk sorga."
Hasby sontak melongo mendengar ucapan Fatih. "Astagfirullah mulut lo harus dipakein rantai neraka," ujarnya seraya mengelus dada penuh ketabahan.
"Kalau aku mau kerja di hotel," kata Fatih memberi tahu. Ia begitu bersemangat menanti hari kelulusan tiba.
Dika mendengkus seraya memutar bola matanya malas. "Ya iya kerja di hotel orang lo jurusan perhotelan. Masa iya tiba-tiba jadi dokter. Kan gak lucu."
Fatih mengangguk polos. "Iya juga, ya.
"Eh, Dik. Hubungan lo sama si Nada gimana? Udah putus kan?" tanya Hasby kepada Dika.
"Ya gitulah," jawab Dika setelah menenggak habis sebotol teh sosro dengan lahap.
"Kalau ... Naina?" Hasby kembali melontarkan pertanyaan. "Lo cinta sama dia?"
Seketika angin membawa serbuk kebimbangan yang seolah menghipnotis Dika untuk sejenak. Cowok itu menggigit bibir bawahnya sembari memilin jari-jemarinya. Entahlah, kenapa ia tiba-tiba dilanda rasa aneh yang tak pernah Dika rasakan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAMEN KEREN [END]
Teen FictionCOWOK FIKSI ITU NYATA! Kata siapa tokoh fiksi dalam cerita Wattpad tidak bisa jadi kenyataan? Buktinya, sosok gadis pecinta musik bernama Nada menemukan cowok fiksi dalam cerita Wattpad yang dibacanya dalam bentuk seorang pengamen keren yang selalu...