Tidak terasa, besok adalah hari terakhir murid-murid SMK Gemintang melaksanakan ujian tulis akhir semester. Semakin hari, semangat belajar Nada pun semakin menurun. Pasalnya apa yang sedang ia pelajari bukanlah kemampuan apalagi kemauannya mengambil jurusan akuntansi. Masih ingat, kan, bahwa Nada masuk jurusan akuntansi itu karena desakan Wulan? Dan sekarang Nada merasakan kalau masuk jurusan yang tidak kita minati itu pasti akan membebani kita dalam berproses.
Dari sini kita belajar, bahwa hal terpenting dalam memilih jurusan SMK, SMA maupun kuliah adalah kemampuan, kemauan, dan penyesuaian dengan bidang yang kita minati. Bukan mementingkan gengsi. Gengsi bukanlah pertimbangan dalam mengambil jurusan. Setinggi apa pun profesinya nanti kalau yang kita pertimbangkan adalah gengsi karena omongan orang lain, maka proses yang kita arungi akan berjalan dengan keterpaksaan dan berujung penyesalan.
Dan kita pun sebagai orang tua tidak boleh mendesak apalagi memaksa supaya anak kita bersekolah atau berkuliah di jurusan yang kita inginkan. Segala sesuatu yang dijalani dengan keterpaksaan dan tanpa perasaan ikhlas, apa yang suatu saat anak kita raih kelak, semuanya akan terekam jelas bahwa mereka berproses karena paksaan orang tua, bukan karena keinginan dan kemampuan mereka.
"Hoammm ...." Berulang kali Nada menguap lebar karena lelah belajar sampai larut malam. Namun, Nadir tetap saja menjelaskan materi ini itu di ruang tamu meskipun Nada sudah mengantuk hebat.
"Heh, malah tidur lagi lo! Kerjain!" suruh Nadir galak saat kembali dari dapur untuk membawa segelas susu hangat, tapi malah melihat Nada malah membenamkan wajahnya di antara lipatan tangan.
"Gue ngantuk, Bang. Udahan, ya?" pinta cewek itu mengucek-ucek matanya.
"Itu tinggal dua soal lagi tanggung." Nadir menyodorkan segelas susu hangat ke depannya.
Dalam sekejap, kantuk yang merayap di kepala Nada hilang seketika. Wajahnya mendadak fresh setelah menenggak susu vanilla kesukaannya hingga tersisa seperempat lagi. "Nah gini dong ada camilannya. Jadi enak kan belajarnya."
"Heleh, bilang aja pengin istirahat dulu." Nadir mendelik.
"Tuh tau." Nada menjetikkan jemarinya lalu diakhiri dengan cengiran lebarnya.
"Ya udah, tujuh menit."
"YES!"
Gadis itu memperhatikan sang Abang yang tampak sibuk berkutat dengan laptopnya. Diam-diam, Nada melirik ke layar laptop yang menampilkan Word berisi banyak tulisan di sana. "Skripsian lo belum beres juga?"
Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop, Nadir menjawab, "Belum. Dosennya rese, revisi mulu."
"Ih, gue jadi takut mau kuliah," kata Nada merinding. Ia bahkan tidak bisa menghitung sudah berapa bulan Nadir mengerjakan skiripsi yang tidak ada habisnya.
"Terus lo mau ke mana?" tanya Nadir berhenti mengetik sejenak.
"Surga."
"Aamiin."
"Eh, Bang. Gue mau nanya deh." Nada bertopang dagu di atas meja. Posisi kakak-beradik itu kini saling berhadap-hadapan.
"Hm?"
"Dulu, waktu lo masuk akuntansi, itu emang kemauan lo atau paksaan dari Bunda?" Nada bertanya dengan suara pelan.
"Kemauan gue. Emang kenapa?" Nadir menaikkan sebelah alisnya.
"Oala, enak, ya. Jadi gak ngerasa terbebani gitu kalau sesuai kemauan dan kemampuan sendiri," ujar Nada salut Nadir masuk jurusan sesuai impian Wulan. "Gak kayak gue. Tiga tahun sekolah di akuntansi, ngerti nggak, pusing iya," sambungnya sembari mengembuskan napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAMEN KEREN [END]
Teen FictionCOWOK FIKSI ITU NYATA! Kata siapa tokoh fiksi dalam cerita Wattpad tidak bisa jadi kenyataan? Buktinya, sosok gadis pecinta musik bernama Nada menemukan cowok fiksi dalam cerita Wattpad yang dibacanya dalam bentuk seorang pengamen keren yang selalu...