Setelah dari perpustakaan menemui Nada, Dika kembali ke kelasnya saat mendengar bel masuk berbunyi. Bibirnya masih setia membingkai senyum sepanjang kakinya melangkah di koridor sekolah. Namun, senyumannya itu sesaat memudar ketika Dika melihat sosok perempuan yang tidak asing di matanya sudah berdiri di depan kelasnya sambil melipat tangan.
"Hai!" sapa gadis itu tersenyum semringah, menurunkan lipatan tangannya.
"Ada apa?" tanya Dika to the point.
Masih dengan senyum semringahnya, Naina menjawab, "Lo bisa main gitar gak?"
Duh, perasaan Dika kok tiba-tiba tidak enak, ya, saat Naina menanyakan hal itu?
"Kenapa emangnya?" Alih-alih menjawab, Dika malah kembali bertanya.
Naina berdecak. "Udah, tinggal jawab bisa apa nggak?" tegas cewek itu.
Dika mengangguk ragu. "Bisa."
Senyum yang tersungging di bibir Naina semakin melebar. "Nah, kebetulan. Gue pengin pas acara classmeet nanti, lo jadi temen duet gue, oke? Gue yang nyanyi, lo yang main gitar."
Kedua bola mata Dika sontak membulat. Benar, kan. Dari awal Dika memang sudah curiga Naina akan mengajaknya menjadi teman duet ketika acara classmeet nanti diadakan. Sementara Dika, dia sudah lebih dulu mengajak Nada. Dan lagipula, Dika tidak mau jika harus menjadi teman duetnya Naina semerdu dan sehebat apa pun gadis itu bernyanyi. Bagi Dika, dia lebih baik tidak mengikuti perlombaan ini daripada harus duet bersama Naina.
Dika memutar otak, mencari alasan kuat supaya Naina membatalkan ajakannya.
"Sori, Nai. Gue udah—"
"Udah punya temen duet?" potong Naina dengan tatapan mengintimidasi.
Dika lantas menggeleng. "Bukan. Gue udah punya rencana mau ikut lomba sepak bola. Jadi takutnya kalau ikut dua lomba sekaligus, kecapekan," alibi cowok itu.
Sepertinya Dika salah sedang berhadapan dengan siapa dia saat ini. Seorang Naina Sarasvati tidak bisa dibohongi begitu saja. Gadis itu mempunyai insting yang kuat yang mengatakan kalau Dika tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
"Lo ... gak bohong, kan?" tanya Naina kurang percaya.
"Nggaklah. Gue serius," jawab Dika meyakinkan.
Naina kembali melipat tangannya di depan dada. "Oke, kalau lo sampe ketauan bohong. Semua utang lo sama gue harus lo bayar detik itu juga," pungkas Naina kemudian melenggang meninggalkan Dika.
Gawat, Dika harus apa sekarang?
*****
Di bawah teriknya matahari, siswa-siswi kelas XII Akuntansi 1 melaksanakan pelajaran olahraga di pinggir lapang. Materi yang dipelajari hari ini adalah senam lantai, meliputi roll depan, roll belakang, sikap kayang, dan sikap lilin. Dari keempat kegiatan senam lantai tersebut, hanya roll belakang yang sangat sulit untuk Nada dan Nesha lakukan. Berulang kali Nada berlatih di kasur rumahnya, bukannya melakukan roll belakang, perempuan itu malah melakukan jumping hingga kepalanya berakhir mentok membentur risbang.
Lain halnya dengan Yara yang sangat lihai melakukan keempat-empatnya sekaligus tanpa kesalahan. Tubuh langsingnya yang lentur memudahkan Yara melakukan keempat kegiatan senam lantai tersebut. Konyolnya, saat ditanya apa rahasianya, Yara malah menjawab, "Harus tomboy sama rutin makan cabai tiap hari."
Tips yang sangat aneh bukan?
"Dahlah, Pak! Saya nyerah. Punggung saya berasa dihantam bulan," ucap Nesha ngos-ngosan setelah mengulang roll belakangnya yang masih salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAMEN KEREN [END]
Teen FictionCOWOK FIKSI ITU NYATA! Kata siapa tokoh fiksi dalam cerita Wattpad tidak bisa jadi kenyataan? Buktinya, sosok gadis pecinta musik bernama Nada menemukan cowok fiksi dalam cerita Wattpad yang dibacanya dalam bentuk seorang pengamen keren yang selalu...