40. Hati Kecil Bersuara

24 9 0
                                    

"Permisi Tante, Om, Bang." Yara menyenyumi satu per satu anggota keluarga Nada.

Nada agak kaget Yara tiba-tiba datang tanpa ada kabar apa pun dulu. Cewek itu lalu menarik tangan Yara keluar rumah dengan tatapan bertanya. "Lo kenapa gak ngasih kabar dulu mau ke sini?"

"Buruan mandi. Gue tunggu," titah Yara datar, mengabaikan pertanyaan Nada.

"Mau ke mana?"

"Mulung. Ya sekolahlah."

Air muka Nada berubah kecut. "Gue gak mau sekolah, Yara. Gue takut ...," cicitnya merengek.

"Ada gue, buruan. Daripada lo diamuk sama Bunda lo." Yara malah menakut-nakuti.

"Bodo ah. Gue mending diamuk aja daripada harus kekunci di kamar mandi lagi." Nada menyahut sembari melipat tangannya di depan dada.

Ia kesal, sangat kesal. Kenapa tidak ada seorang pun yang mau mengerti?

Yara menghela napas pelan. "Nada, sekolah. Lo gak perlu takut kalau si Nainanjing itu ngapa-ngapain lo lagi. Kalau perlu, gue beli parang dulu sekarang juga," ujarnya menggebu-gebu.

Nada berdesis ngilu mendengar benda tajam yang dapat membunuh orang tersebut. "Buat apa anjir parang?"

"Buat potong tangan si Nainanjing."

"Yar, sekarang gue malah takut sama jiwa psikopat lo." Nada bergidik ngeri, seolah-olah Yara di hadapannya ini adalah komplotan begal yang sering menghabisi korbannya tanpa ampun.

Yara mendengkus sebal. "Buruan mandi! Kalau lo gak mau mandi, tangan lo duluan yang gue tebas pake parang," ancamnya seraya menunjuk tangan sebelah kiri Nada.

Lantaran masih menginginkan tangannya tetap utuh, dengan langkah gontai, Nada pun melangkah masuk untuk mandi. Mumpung masih ada setengah jam lagi sebelum bel masuk berbunyi.

*****

Hari ini benar-benar hari kemenangan bagi seluruh siswa SMK Gemintang. Para guru sedang mengadakan rapat kenaikan sehingga siswa-siswi bebas jam dan boleh melakukan apa pun sepuasnya asal masih berada di jalurnya. Tidak seperti kebanyakan siswi perempuan yang menghabiskan waktu dengan bermain, jajan di kantin, mengobrol, dan lain sebagainya. Yara dengan jiwa laksana ketua tempur berjalan menyisir koridor guna mencari cewek kurang ajar yang membuat sahabatnya trauma masuk sekolah. Yara ingin memberi pelajaran agar cewek kurang ajar itu menyesali perbuatannya. Tidak tahu saja siapa yang akan cewek kurang ajar itu hadapi sekarang.

"Heh, Naina!" teriak Yara begitu melihat Naina tengah berjalan bersama kedua temannya di koridor lantai tiga jurusan perhotelan.

Tanpa aba, Yara langsung menarik kerah seragam Naina kemudian membenturkannya ke hadapan tembok. Membuat gadis itu meringis sakit.

"Awww! Apa sih? Lo siapa?!" tanya Naina tidak santai.

"Ngaku lo! Lo kan yang udah kunciin Nada di kamar mandi waktu hari ulang tahun sekolah? Iya kan?" sergap Yara sambil menumpukan kedua tangannya di kedua sisi badan Naina, mengunci pergerakan cewek itu.

Bukannya merasa takut, Naina justru tersenyum. "Ohhh, jadi lo komplotan anak mantan jalang itu?" Setelahnya ia tertawa kencang.

Namun, tawa itu tak lama menghilang usai satu tamparan melayang ke pipinya.

Plak!

"Bener-bener mulut sampah!" umpat Yara dengan dada naik-turun.

Naina meringis usai mendapat tamparan yang cukup kencang di pipinya. Bahkan tamparan yang Yara layangkan menghilangkan tapak merah di sana. "Gue laporin lo ke guru BK!"

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang