43. Akhir yang Menggantung [END]

19 3 1
                                    

Pukul setengah sepuluh malam, perut Nada tiba-tiba terasa lapar. Saat ia mengeceknya ke dapur, tak ada makanan satu pun yang tersaji di dalam lemari. Dengan langkah gontai, Nada mendatangi kamar Nadir yang sudah gelap gulita. Semoga saja cowok itu berbaik hati untuk membelikannya nasi goreng ataupun satai untuk mengganjal perutnya yang tiba-tiba keroncongan.

"Bang! Bang Nadir!" seru Nada dari luar kamar sambil menggedor-gedor pintu Nadir tak sabaran.

Tak lama kemudian, Nadir muncul dengan rambut bagaikan diterjang angin tordano, sungguh acak-acakan. "Apa, sih? Orang udah tidur nih bocil gedor-gedor pintu kayak nagih utang," decak Nadir seraya menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal. Terlihat jelas oleh Nada bila kelopak mata laki-laki itu masih setengah tertutup. 

"Beliin aku nasi goreng dong. Aku laper," pinta Nada dengan mata berkedip-kedip seperti seekor anak anjing yang menggemaskan. Semoga saja dengan begini Nadir mau membelikannya nasi goreng.

"Ogah! Gue ngantuk."

"Ih, aku laper, Bang. Beliin dong, please ...."

"Masak indomie sana. Gue ngantuk berat!" Lalu Nadir pun menutup pintu dan kembali tidur.

Nada memberenggut kesal. Abang seperti apa Nadir ini. Tidak ada gunanya sama sekali. Kalau begini, berarti mau tak mau Nada sendiri yang harus keluar untuk membeli makan. Bunda pun sudah terlelap, sedangkan Ayah ada dinas malam.

Semoga saja sesuatu buruk tidak terjadi menimpa Nada ketika nekat keluar di tengah malam seperti ini.

*****

Di sepanjang jalan yang Nada lintasi, semuanya diselumuti sepi. Sangat temaram. Tidak ada satu pun kendaraan yang melintas selain motor Scopy miliknya. Sedangkan pedagang nasi goreng langganan Nada yang ada di dekat kavling tidak jualan. Terpaksa, dia pun mencari nasi goreng di tempat satunya daripada harus menahan lapar semalaman.

Entah bagaimana kejadiannya, deruman motor yang terdiri dari satu penumpang dan satu pengendara tiba-tiba mengikuti Nada dari belakang. Awalnya Nada ingin berprasangka baik bila pengendara itu hanyalah pengendara biasa. Namun nyatanya, motor itu terus mengikuti Nada sampai ke perempatan yang sepi. Dugaan Nada diperkuat ketika motor Nada dipepet dan dihentikan oleh motor yang mengikutinya tadi.

"Siniin motor lo!" suruh salah seorang lelaki sembari menodongkan senjata tajam berupa pisau kepada Nada.

Nada gemetaran sebadan-badan. Sekeras apa pun dia berteriak, tidak akan ada orang yang menolongnya. Sebab yang ada di sekelilingnya sekarang hanyalah pepohonan rindang. Nada benar-benar menyesal karena nekat keluar rumah tanpa memikirkan risiko yang terjadi.

"Tolong, jangan apa-apain gue. Kalau kalian mau uang, gue kasih. Tapi please, jangan ambil motor ini," ujar Nada dengan suara bergetar lantaran ketakutan luar biasa.

"Turun dari motor lo! Kalau lo gak mau turun, gue abisin lo!" ancam laki-laki itu.

Air mata Nada berjatuhan disertai jantung yang berdebar kencang. Tepat setelah Nada memohon pertolongan, sebuah lampu motor tiba-tiba menimpa matanya dan berhenti di sebelah motor Nada. Saat Nada lihat, pengendara motor tersebut ternyata adalah Dika.

"Dika? Dika, tolongin gue," lirih Nada refleks mendekap Dika meminta pertolongan.

Dika terpegun kala Nada mendekapnya begitu erat. Diusapnya punggung cewek itu guna memberi ketenangan bahwa sekarang Nada aman di sisinya.

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang