12. Ponsel Milik Nada

27 18 3
                                    

Begitu Nada membuka pintu, matanya langsung terbelalak melihat siapa yang kini tengah berdiri di depannya. "Mas Dika? Lo ngapain ke sini pagi-pagi? Mau ngamen?"

Ya, orang yang mendatangi rumah Nada adalah Dika. Cowok itu tidak membawa gitar ataupun menutupi wajahnya dengan buff seperti sedang mengamen. Ia sudah rapi mengenakan seragam berwarna biru langit diselaraskan dengan celana kotak-kotak kebanggaan SMK Gemintang. Jangan lupakan aroma maskulin yang harum candunya mampu dirasakan Nada.

Dika menggeleng menjawab pertanyaan Nada. "Gue cuman mau nganterin itu," tunjuknya ke arah garasi.

Nada menoleh ke garasi. Matanya sontak berbinar-binar. Senyumannya pun mengembang ketika motor Scopy kesayangannya tiba-tiba terparkir di dalam garasi.

"Aaaa Memei!" pekik Nada gembira sambil berlari lalu membaringkan kepalanya di atas jok Memei. "Ya ampun, akhirnya lo balik, Mei! Gue kangen ya ampun, Mei ...."

Dika meringis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kok gue takut, ya, sama dia?" gumamnya.

Bukan hanya mengusap-usap motor bernama Memei itu, Nada juga menciumnya berulang-ulang guna membuktikan betapa sayangnya ia pada motor berwarna pink ini.

"Kok motor gue ada di lo, sih?" tanya Nada mengintimidasi.

Dika tersenyum simpul. "Ada deh," jawabnya misterius. "Gue pamit, ya. Byeee!"

"Eh tunggu!"

Namun sayang, Dika terus berlari mengacuhkan teriakan Nada. Gadis itu berdecak sebal. Padahal dia ingin mengajak Dika untuk berangkat bersama. Ia ingin merasakan sensasi hangat ketika berjalan di samping cowok itu, apalagi dibonceng seperti di Wattpad-Wattpad.

Cukup cukup! Sudahi halumu Nada, mari berangkat sekolah!

"Tapi gimana bisa, ya, motor gue ada di si Dika? Bukannya kemarin yang ngatasi motor gue pas mogok itu temennya Bang Nadir?" gumamnya bertanya-tanya. "Goib anjir."

*****

Suasana kantin terdengar ricuh sana-sini. Banyak para siswa yang berlomba-lomba untuk mendapatkan meja dan kursi. Beruntung, Nada dan kedua sahabatnya berhasil mendapatkan kursi meskipun berada jauh di sudut kantin karena saking ramainya kantin hari ini. Ketika Yara dan Nesha asyik bermain ponsel, tidak dengan Nada yang hanya fokus menyantap mi ayam di depannya.

"Tumben lo gak main Hp?" tanya Yara sambil menuangkan tujuh buah cabai mentah sekaligus ke dalam mangkuk berisi bakso miliknya.

"Hp gue dijambret."

Byur!

Lantaran terkejut mendengar perkataan Nada, dengan refleks Nesha menyemburkan jus alpukat di dalam mulutnya ke arah samping—posisi di mana Yara terduduk.

"Eh, sori, Yar, sori. Gue gak sengaja asli," ucap Nesha panik seraya mengambil tisu banyak-banyak, lalu mengelap wajah Yara yang banyak dinonadi warna hijau dari jus alpukat.

"Anak setan lo!" umpat Yara merebut tisu secara kasar dari tangan Nesha, kemudian mengelap wajahnya sendiri. Tatapannya terlihat menyeramkan, sama seperti harimau yang siap mengunyah mangsanya bulat-bulat.

Nesha cekikikan. "Hehehe sori, ya, sori. Ampun," katanya seraya menyembunyikan kedua tangannya ke belakang badan.

"Ngapain lo nyembunyiin tangan?" tanya Yara setelah selesai mengelap noda hijau di wajahnya.

"Takut lo potong," jawab Nesha pelan nyaris tak terdengar.

Yara terkekeh pelan. Ternyata Nesha sudah hafal jargon andalannya apa. "Tenang aja. Gue gak bakal potong tangan lo kok."

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang