11. Jagoan Penyelamat

30 18 1
                                    

Nada uring-uringan ketika ponselnya dijambret oleh sekawanan perampok tadi. Sudah motornya mogok di tengah jalan, bangun kesiangan, dan sekarang, barang paling berharga di hidup Nada bahkan dicuri. Nada ingin menangis saja rasanya.

"Aaaa Bunda hp Nada dicuri!" pekik Nada menangis sesenggukan. Ia bingung harus melakukan apa. Sedangkan untuk meminta bantuan kepada temannya di sekolah, ponselnya justru tidak ada saat ini.

Merasa frustrasi, Nada pun duduk bersandar di bawah pohon di dekatnya sambil memeluk lutut. Tak peduli meski roknya kotor akibat tanah. Apa yang harus Nada katakan kepada Bunda dan Ayahnya kalau ponsel seharga motor miliknya diambil orang?

Tiba-tiba, telinga Nada menangkap suara mesin motor yang berhenti di depannya. Nada mendongak, mengerjapkan mata melihat sosok laki-laki di atas motor Beat tersebut tengah membuka helm. Betapa berbinarnya mata cewek itu saat pengendara motor yang berhenti di depannya adalah Nadir.

"Abang!" Nada berlari menghampiri Nadir lalu memeluknya dengan erat. "Bang ... Nada takut ...."

Nadir terkejut mendengar isak tangis Nada. "Kenapa? Lo kenapa, Nad?"

Nada menarik tubuhnya. Mungkin setidaknya ia harus menceritakan insiden pencurian ponsel kepada Nadir. Siapa tahu laki-laki itu memiliki solusi.

"Tadi, kan, ban motor gue tiba-tiba bocor. Terus pas gue mau nelepon lo, hp gue tiba-tiba diambil sama orang yang pake motor juga," tutur Nada dengan suara parau.

"Hah?! Jadi lo dijambret?" tanya Nadir syok, dan dibalas anggukan oleh Nada. "Kok, bisa?!"

Nada menggeleng lesu. "Nggak tau, Bang, gue gak tau," jawabnya frustrasi. Di depan Nadir, Nada mendongak. "Bang .... gue takut Bunda marah."

Nadir mengusap surai sang adik yang terlihat berkeringat. "Udah, lo tenang dulu. Ntar gue coba cari solusinya, ya," ucap Nadir mencoba menenangkan Nada dari kepanikan. "Sekarang, lo mau gimana? Mau pulang?"

Tentu Nada menggeleng. Bisa-bisa dia langsung dimarahi Bunda habis-habisan karena ponselnya dijambret. "Gue mau ke sekolah aja."

"Yakin?"

Nada mengangguk, walau nanti pikirannya pasti akan kalang kabut karena memikirkan nasib ponselnya di tangan orang jahat.

"Ya udah gue anter, ya. Motor lo biar temen gue yang ngatasi," ujar Nadir menunjuk temannya yang kebetulan ikut nebeng dengannya.

Jadi sebenarnya, tadi itu Nadir akan mengantar temannya pulang untuk mengambil tugas makalah yang tertinggal. Di tengah-tengah jalan, Nadir melihat motor yang sering terpakir di rumahnya ada di pinggir jalan. Dan ia terkejut melihat Nada sedang terduduk sambil memeluk lututnya di bawah pohon.

"Tapi kayaknya udah telat, gak apa-apa?" tanya Nadir setelah melirik jarum jam di tangannya yang telah menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit.

"Gak apa-apa. Yang penting gue selamat dari Bunda."

Kedua kakak-beradik itu pun pergi menuju sekolah Nada. Sementara perkara mogoknya motor Nada, biarkan teman Nadir yang mengatasi.

*****

"Ini si Nada ke mana, sih? Tumben tuh anak bolos," gumam Nesha sambil menyembulkan kepalanya di depan kelas, celingak-celinguk memastikan keadaan sekaligus mencari Nada yang belum datang.

"Mati kali," celetuk Yara sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku rok. Jangan lupakan mulutnya yang sibuk mengunyah cabai mentah.

"Heh, gak boleh gitu!" omel Nesha memukul pelan pundak Yara.

Yara mengembuskan napasnya kasar. "Mending cari orangnya. Siapa tau lagi dihukum gara-gara telat."

"Kalau ada guru gimana?"

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang