30. Bimbang

25 11 1
                                    

Sehari setelah mendapat pesan mencengangkan dari Naina, saat bel istirahat tiba, Dika mendatangi gadis itu di kelasnya untuk meminta penjelasan. Kenapa Naina tiba-tiba menyuruh Dika untuk mengembalikan uangnya hari itu juga? Kalau Naina sudah seperti ini, itu artinya ada masalah yang menyangkut hubungan abal-abal mereka sehingga membuat Naina tidak terima dan mengancamnya dengan ancaman klasik.

Sesampainya di depan kelas Naina, kelas cewek itu terpantau kosong. Ketika Dika berbalik badan, Naina sudah berada di depannya membuat Dika terperanjat kaget.

"Kaget, ya, sama chat gue kemarin?" tanya Naina dengan seringai liciknya sambil melipat tangan di depan dada.

"Ini ada apa sih? Kenapa tiba-tiba?"

Seringai Naina memudar. "Lo udah bohongin gue," jawabnya dengan ketus dan terselip amarah pada kalimatnya.

"Bohongin apa?"

"Katanya lo bilang gak akan ikutan lomba nyanyi karena udah milih futsal. Tapi ternyata diem-diem lo malah minta duet sama cewek mantan anak jalang itu," ujar Naina menggebu-gebu.

"Siapa mantan anak jalang yang lo maksud, Naina ... siapa?" gemas Dika mengacak-acak rambutnya.

Dalam satu tarikan napas, Naina menjawab, "Nada."

Dika terkejut. Apa maksud Naina berani menjuluki Nada sebagai mantan anak jalang?

"Kenapa lo berspektif kayak gitu? Lo kenal sama Nada?" tanya Dika mengintimidasi.

"Udah, gue gak mau bahas soal itu. Sekarang, balikin utang lo karena lo udah bohongin gue." Naina mengulurkan telapak tangannya.

Dika tercekat, dirinya seakan dihimpit dua batu yang sangat besar. Lagipula, tahu darimana Naina soal ini? Dan yang paling membuat Dika bingung adalah, apa benar Naina mengenali Nada sehingga berani menamai Nada dengan kalimat menyakitkan-mantan anak jalang?

"Lo tau darimana soal ini?" Dika akhirnya jujur. Lagipula Dika tidak ada celah lagi untuk berbohong karena Naina adalah gadis yang cerdik.

"Dayyan."

Dayyan? Sahabat yang kini serasa musuh bagi Dika?

"Ayo! Mana utang lo? Balikin cepet!" pinta Naina mendesak Dika.

"Nai, gue belum ada uangnya," ungkap Dika melunak.

Naina berdecih, memperagakan orang yang meludah lantaran jijik melihat manusia di depannya. "Miskin."

"Kasih gue waktu, ya. Atau nggak, gue harus ngelakuin apa biar lo mau ngasih gue keringanan buat bayar semua utang-utang gue." Dika memohon sampai menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

Hal itu menciptakan seulas senyum kemenangan di bibir ranum milik Naina. Hatinya yang semula gelap, seolah ada cahaya kejayaan yang meneranginya hingga ditumbuhi bunga-bunga cantik yang rimbun. Naina sudah menduga, Dika si orang miskin itu tidak mungkin mempunyai uang banyak untuk membayar semua utang-utangnya sekaligus. Mudah, ya, memperalat manusia dengan harta.

"Simpel kok. Lo cuman harus mau duet bareng gue pas classmeet nanti."

Simpel katanya? Iya, simpel diucapkan Naina, tapi tidak dengan Dika yang sekarang justru diambang dua pilihan. Di satu sisi, Dika sudah berjanji kepada Nada untuk menjadi teman duetnya. Bahkan Nada sempat bercerita kalau dia mulai berlatih bernyanyi lagi bersama guru lesnya. Namun di sisi lain, bila Dika tidak memenuhi keinginan Naina, bagaimana dengan nasib utang-piutangnya?

Bimbang, Dika benar-benar bimbang saat ini.

"Tinggal pilih, gue atau si mantan anak jalang itu," pungkas Naina penuh keseriusan di sorot mata dan ucapannya.

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang