"Jangan mentang-mentang kamu memiliki wajah tampan dan percaya diri kalau kamu akan dilindungi para perempuan, kamu jadi seenaknya menghajar Indra, Dika!"
Kira-kira lima langkah dari pintu ruangan BK yang terbuka, Nada mampu mendengar suara seseorang dari dalam sana. Tidak mau membuat Dika semakin dipojokkan karena kesalahpahaman, Nada pun lantas mengetuk pintu dan mengucap permisi dengan sopan.
"Iya, ada apa?" tanya seorang guru wanita berwajah jutek yang ditebak-tebak itu adalah guru BK di sekolah ini. Maklumlah, selama menginjakkan kaki di SMK Gemintang, belum pernah Nada berurusan dengan yang namanya guru BK.
Nada menatap name tag yang tersemat di dada seragam guru itu bertuliskan 'Yani Hendraningsih'. "Saya mau memperlurus soal masalah yang menjerat Dika, Bu."
Bukannya mempersilakan Nada masuk, Bu Yani justru tertawa meremehkan. "Nah, kan, liat. Baru aja saya omongin, udah ada aja fans yang dukung kamu buat belain kamu di sini," sergah Bu Yani ditunjukkan untuk Dika.
Sungguh, guru BK seperti apa ini yang dengan mudah mengambil kesimpulan. Untung guru, kalau murid, sudah Nada perintahkan kepada Yara untuk memotong salah satu lenganya.
"Ibu Yani yang terhormat. Alasan kenapa Dika memukul Indra itu karena ingin melindungi saya, Bu," ucap Nada memberi penjelasan.
"Maksud kamu?"
"Boleh saya masuk dan duduk agar ngobrolnya lebih enak?" tanya Nada memberi kode.
Akhirnya Bu Yani pun mempersilakan Nada masuk. Selain ada Dika, di sana juga ada Indra—sang korban yang tiba-tiba playing victim, sok menunduk dan merasa paling tersakiti. Di samping Indra juga ada seorang guru pria yang rambutnya tampak memutih. Usut punya usut, Indra si murid nakal ini adalah anak dari guru matematika di sekolah ini. Mungkin guru pria yang duduk di sampingnya itu adalah ayahnya.
Nada berdeham pelan, sebelum akhirnya mulai bercerita. "Jadi begini. Di lantai empat, tepatnya di lorong menuju rooftop. Pagi itu, saya sedang berjalan-jalan mencari udara segar. Tiba-tiba saya dicegat oleh tiga orang laki-laki yang di mana salah satunya itu adalah Indra. Singkat cerita, Indra mendekatkan tubuhnya hingga membuat saya tidak bisa bergerak. Dan ibu bapak tahu apa yang dia lakukan?" Bu Yani dan guru pria bernama Pak Yanto itu tampak antusias menunggu lanjutan cerita Nada. "Dengan sangat lancang dia mencium pipi saya."
Bu Yani dan Pak Yanto membulatkan matanya. Terkejut. Apa benar murid yang mengadu sebagai korban pembully-an itu melakukan hal bejat seperti yang diceritakan Nada?
"Jelas saya sangat tidak terima. Tindakan bejat yang dia lakukan seolah-olah meruntuhkan martabat saya sebagai seorang wanita. Kemudian tidak lama Dika datang dan melindungi saya ketika Indra akan mencium saya lagi. Konteksnya di sini bukan pembullyan dong, Bu, Pak. Dika sebagai laki-laki normal aja merasa tidak terima pipi saya dinodai oleh bibir kotor dia. Apalagi saya."
Bu Yani mencerna baik-baik paparan yang Nada sampaikan. Ternyata dugaannya salah. Cerita yang Indra sampaikan tidak sejalan dengan cerita yang Nada sampaikan. Ia pikir di sini Indra benar-benar korban seutuhnya. Tapi ternyata ada penyebab lain sehingga Dika berani menghajar Indra hingga babak belur.
Bu Yani menoleh kepada Pak Yanto yang tampak kesal. "Pak Yanto, melakukan hal senonoh seperti itu tentu perbuatan yang buruk. Apalagi Indra menutupi kelakuannya dan berkata yang tidak sebenarnya."
Pak Yanto langsung menggeleng tegas. "Bohong. Pasti cerita anak ini bohong," bantahnya tidak percaya. "Apa jaminan kamu sehingga berani mengatakan anak saya mencium pipi kamu?" tanyanya terkesan menantang.
"CCTV," jawab Nada dengan lantang. "Bapak bisa cek CCTV yang merekam jelas kejadian pagi itu. Dan kalau bapak tetap tidak percaya melalui rekaman CCTV itu, saya serahkan semuanya sama yang di atas. Keadilan akan selalu memihak pada kebenaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAMEN KEREN [END]
Teen FictionCOWOK FIKSI ITU NYATA! Kata siapa tokoh fiksi dalam cerita Wattpad tidak bisa jadi kenyataan? Buktinya, sosok gadis pecinta musik bernama Nada menemukan cowok fiksi dalam cerita Wattpad yang dibacanya dalam bentuk seorang pengamen keren yang selalu...