Usai mendapat kabar mengejutkan dari Diandra, Dika bergegas pergi menuju rumah sakit tempat di mana Leni dirawat. Pikirannya benar-benar kacau! Segala spekulasi buruk tentang keselamatan Leni berdatangan ke kepalanya. Jantungnya berdegup kencang lantaran mengkhawatirkan dua orang sekaligus; Diandra yang mengidap kista justru harus menjaga Leni di rumah sakit. Ditambah lagi Leni yang sekarang tiba-tiba terserang stroke.
Dika merasa gagal! Ya, merasa benar-benar gagal menjadi kepala keluarga untuk dua bidadarinya.
Nada? Tenang saja, gadis itu sudah Dika pesankan taksi online yang membawanya menuju rumah perempuan itu. Beruntung Nada tidak rewel ketika Dika tinggal terburu-buru. Gadis itu paham bahwa kondisi )esehatan Mama Dika jauh lebih utama ketimbang dirinya.
Sesampainya di rumah sakit, Dika segera berlari mencari ruangan tempat Leni dirawat. Setelah berhasil menemukannya, Dika pun membuka ruang rawat inap yang menampilkan sosok Mama yang dicintainya kini terbaring lemah dengan infusan dan peralatan medis lainnya tertanam di berbagai penjuru tubuhnya.
"Mamah ...," panggil Dika dengan lirih. Air matanya meluruh begitu saja. Hati anak mana yang tidak terluka melihat malaikat tak bersayapnya hanya bisa terbaring lemah. Leni membuka mata, menatap Dika, tapi seolah-olah Leni hanyalah sebuah raga tanpa jiwa di dalamnya.
"Dian ... kenapa Mama tiba-tiba kayak gini?" tanya Dika terduduk di samping Leni sambil mengusap-usap punggung tangan wanita itu yang siuman, tapi entah kenapa tidak mau berbicara.
Diandra menghampiri Dika, lalu mengelus punggung abangnya yang rapuh itu. "Dian juga gak tau, Bang. Abis solat isya tadi, Dian tiba-tiba nemuin Mamah jatuh di kamar mandi. Aku gak sempet telepon abang karena panik banget. Untung ada tetangga yang nolongin Mamah dan bawa Mamah ke IGD. Kata dokter, Mamah kena stroke. Mamah lumpuh dan gak bisa ngomong."
Hancur berkeping-keping sudah hati Dika mendengarnya. Secepat ini Tuhan menitipkan penyakit berbahaya tersebut ke dalam raga Leni. Padahal baru saja beberapa hari Dika merasakan kasih sayangnya kembali hadir. Baru saja beberapa hari Dika melepas rindu dengan sang mama. Tapi sekarang, Dika harus menerima takdir pahit ketika Leni terbaring lemah dengan anggota tubuh yang tidak bisa digerakkan. Takut tak sanggup Dika menerima semua cobaan ini.
"Maafin Dika, ya, Mah. Dika belum bisa jadi kepala keluarga yang baik buat Mamah dan Diandra," ujar Dika dengan isak tangis yang ia tahan.
Laki-laki dengan hoodie berwarna putih itu mencium punggung tangan Leni cukup lama. Ada sepercik air mata yang menetes dari pelupuk mata Leni. Walaupun kini dia hanya bisa berbicara dalam hati, setidaknya dia sakit ketika berada di sisi kedua anaknya.
*****
Satu hal yang sejak tadi mengganggu pikiran Dika adalah soal biaya. Iya, sampai sekarang Leni dirawat satu pekan di rumah sakit karena terserang stroke, Dika masih belum mendapat pinjaman uang. Padahal selama lima hari itu Dika mencari pinjaman ke sana-ke mari, tapi tidak ada seorang pun yang bersedia meminjamkannya uang dengan beragam alasan. Dirawat inap selama satu pekan tentu akan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Apalagi hari ini dokter sudah memperbolehkan Leni pulang dan menjalani rawat jalan. Namun, sampai sekarang Dika belum berhasil menyimpan uang untuk membayar biaya rumah sakit sepeser pun.
Sepertinya tidak ada cara lagi selain meminjam uang kepada satu orang gadis yang sudah lama terikat janji dengannya. Meski Dika tahu meminjam uang dengan gadis itu adalah kesalahan terbesarnya, tapi Dika tidak ada pilihan lain.
Kali ini, saat jam istirahat tiba, Dika memberanikan diri untuk menemui Naina di kelasnya yang berada di jurusan farmasi. Tidak lama setelah Dika menghubunginya lewat WhatsApp, cewek itu keluar menemui Dika di depan kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAMEN KEREN [END]
Teen FictionCOWOK FIKSI ITU NYATA! Kata siapa tokoh fiksi dalam cerita Wattpad tidak bisa jadi kenyataan? Buktinya, sosok gadis pecinta musik bernama Nada menemukan cowok fiksi dalam cerita Wattpad yang dibacanya dalam bentuk seorang pengamen keren yang selalu...