9. Terbongkar

31 16 0
                                    

Dari jarak yang cukup jauh, Nada berjalan mengendap-endap bagaikan seorang intel yang memburu seorang penjahat. Bahkan dia sengaja tidak memakai alas kaki agar suara pijakannya tidak terdengar oleh Ule. Ya, beginilah Nada. Orangnya sangat ambisius untuk menghilangkan rasa penasaran ketimbang ambisius untuk meraih nilai sempurna di sekolah.

Dengan kecepatan jitu, Nada langusng bersembunyi di balik tiang listrik ketika Ule tiba-tiba menolehkan kepalanya ke belakang. Sungguh, Nada merasa sedang bermain petak umpet semasa kecil. Beruntung, semesta menyelamatkan Nada melalui tiang listrik sehingga misinya memata-matai Ule masih bisa berlanjut.

Cukup jauh Nada mengikuti Ule secara diam-diam sampai Ule pun berhasil mendapatkan banyak uang dari hasil mengamennya. Tak terasa, malam benar-benar menyelimuti alam. Nada tidak tahu seberapa jauh dan seberapa lama dia melakukan hal konyol ini. Tapi tak apa, demi mengungkap kebenaran, Nada harus ikhlas melakukannya.

Tiba-tiba, cowok itu berhenti dan duduk di bangku semen taman kavling. Nada ikut bersembunyi di balik pohon beringin yang masih se-area dengan taman. Nada membulatkan matanya saat Ule membuka buff-nya dan menampilkan wajahnya secara menyeluruh.

WOI! ITU BENERAN SI DIKA! batin Nada begitu terkejut.

Tidak mau menuduh tanpa bukti, Nada kemudian menyalakan kamera handphone-nya dan mengarahkannya tepat membingkai di wajah laki-laki itu. Senyumannya mengembang saat ia berhasil memotret wajah Dika dan menjadikannya sebagai bukti.

Jadi selama ini Dika-lah sang pengamen keren itu? Salah satu monst wanted milik SMK Gemintang.

*****

Dinginnya udara malam menemani suara deruman motor yang saling beradu satu sama lain disertai asap knalpot yang mengepul ke udara. Di arena balap, Yara di atas motornya tengah bersiap bertanding bersama kedua pembalap lainnya untuk memperebutkan uang sebesar lima ratus ribu rupiah. Nada dan Nesha sudah siap siaga memberikan semangat agar Yara berhasil memenangkan balapan motor kali ini. Karena Yara berjanji seandainya ia menang, uang dari hasil perlombaan akan dibagi tiga.

"HAHAHA!" Biasa, Nesha tertawa lagi. Kali ini ia tertawa bukan tanpa alasan. Gadis itu mentertawakan Yara yang telah duduk di atas motornya. "Motornya kayak kingkong, pengemudinya kek kuman. HAHAHA!" cibirnya dengan suara keras.

Yara dapat mendengar jelas cibiran yang dilontarkan Nesha untuknya. Di balik helm full face-nya, ia menggeram. "Awas lo, pulang balapan gue potongin tangan lo satu per satu," gumamnya.

Semenetara Nada yang tidak biasa datang ke tempat seperti ini merasa tidak nyaman. Biasanya malam hari Nada mendatangi kafe atau mal, bukannya arena balap. Namun, dia lakukan ini semata-mata demi Yara. Perempuan itu ingin kedua sahabatnya datang memberi dukungan. Yara mengancam, seandainya Nada dan Nesha tidak datang, gadis itu akan memotong tangan mereka kemudian merebusnya seperti opor ayam. Karena takut, akhirnya Nada pun memenuhi permintaan Yara walau sangat terpaksa.

Begitu perlombaan siap dimulai, seorang laki-laki tiba-tiba datang dengan motor Vario-nya dan berhenti di tengah-tengah lintasan. Semuanya sontak bergeming, menunggu laki-laki itu membuka helm dan maskernya. Nesha dan Yara membulatkan mata saat pengendara motor Vario hitam tersebut adalah sosok Dayyan Isyraq Lainufar.

"Lah, tuh anak ngapain dateng ke sini? Mau bagi-bagi duit?" tanya Nesha heran apabila Dayyan—si cowok penggemar kopi itu mendatangi tempat yang sebelumnya belum pernah Dayyan kunjungi.

"Itu siapa, Nes?" Nada bertanya sebab dia memang belum pernah melihat Dayyan sebelumnya.

"Dayyan, partner friendzon-nya si Yara," jawab Nesha.

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang