21. Gantungan Kecoak

17 11 0
                                    

"NADAAAA!"

Nesha berteriak memanggil Nada saat gadis itu tengah berjalan menuju kelas. Dengan langkah tergesa-gesa, Nesha mengejar Nada yang telah menunggunya di dekat papan mading. Napas perempuan itu ngos-ngosan seperti dikejar oleh komplotan setan. Pagi-pagi begini Nesha sudah berkeringat saja.

"Kenapa sih lo? Kek dikejar dedemit aja," tanya Nada menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, abis dikejar dedemit. Dedemitnya si Yara. HAHAHA" Nesha tertawa terbahak-bahak membayangkan betapa selarasnya bentuk wajah Yara bila disandingkan dengan bentuk wajah dedemit.

"EKHEM!"

Sekujur tubuh Nesha langsung merinding manakala mendengar dehaman menyeramkan itu. Salivanya bahkan terasa membeku setelah Yara tampil di hadapannya dengan wajah yang begitu garang dan mematikan.

"Ha ha tak tahu, tak tahu. Habislah, Kak Yara marah nanti," ucap Nada menakut-nakuti, meniru gaya bicara Upin ketika buku hasil pinjaman perpustkaan berjudul Si Kancin hilang akibat kecerobohan Ipin.

Nesha meringis pelan. Seringai SKSD-nya tiba-tiba terbit. "Bercanda, Yar. Hehehe."

Yara merenggangkan leher dan kedua tangannya, seolah bersiap mematahkan tulang orang yang mudah ia patahkan kapan pun yang ia mau. "Bercanda apa bercanda?"

"EHHH UDAH! INI GUE MAU KASIH LO BERDUA SESUATU!" pekik Nesha melengking, alih-alih mengalihkan topik pembicaraan.

"Aduhhh! Suara lo cempreng banget anjir. Emak lo dulu ngidam rujak terompet, ya? hasil produksinya aja gak layak hidup gini," sarkas Yara memutar bola matanya malas.

"Idih! Daripada emak lo pasti dulunya ngidam solat jumat! Anak ceweknya jadi lakik begini" balas Nesha meledek Yara.

"Ck, udah dong ributnya. Kapan mau ngasih sesuatunya kalau ribut mulu?" gertak Nada menengahi cekcok di antara mereka.

Nesha menghela napas kasar. A"Gue liat si Dika lagi berduaan pegangan tangan sama cewek di kafe kemarin sore," ujar Nesha membuat Yara dan Nada membelalakkan matanya terkejut.

"Sembarangan lo kalau ngomong!" Nada menggeplak pelan mulut Nesha yang seenak jidat menuduh orang tanpa bukti.

"Gue serius, Nada. Nih, gue punya fotonya." Nesha mengeluarkan ponselnya lalu membuka galeri di mana kemarin ia memotret Dika dan seorang cewek berduaan di dalam kafe.

Nada tampak menunggu foto yang Nesha maksud. Sedangkan Yara memilih pergi meninggalkan mereka sambil mengunyah cabai mentah.

"Nih." Nesha menunjukkan sebuah foto di mana Dika sedang menggenggam telapak tangan seorang gadis yang membelakanginya. Ya, gadis yang berada di foto itu hanya tampak punggungnya saja.

Hanya sebuah foto, tapi berhasil membuat dada Nada terasa seperti disayat-sayat. Perih dan tidak percaya keduanya bercampur aduk menjadi satu. Nada memastikan ada luka yang tumbuh di hatinya, tetapi Nada tidak menemukan darah sama sekali. Semuanya berjalan normal. Tapi melihat Dika menggenggam telapak tangan orang lain, ada rasa perih yang berdesir di tubuhnya.

"Nad, lo gak apa-apa, kan?" tanya Nesha melambai-lambaikan tangannya di depan wajah cewek itu kala Nada hanya terdiam sembari terus menatap foto itu dengan intens. Bahkan Nesha dapat menemukan setitik luka pada sorot mata Nada.

Tapi... tunggu sebentar! Nada merasa ia mengenali bahkan pernah melihat siapa pemilik punggung itu. Namun, ia lupa di mana dia melihatnya.

"Lo kirim fotonya ke gue, ya," pintanya kemudian melenggang pergi membawa rasa sakit yang ternyata sulit ia hilangkan walau foto tersebut belum jelas dan Nada belum mendapat keterangan langsung dari bibir Dika.

PENGAMEN KEREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang