Dengkuran keras meluncur dari hidung seorang gadis yang sedang tertidur pulas di dalam kamarnya. Dari bagaimana cara tidurnya benar-benar tidak mencerminkan gadis yang solehah. Bayangkan saja, Nada tertidur dengan posisi tengkurap dan bantal yang sudah dipenuhi pulau, alias dahdir.
Nadir membuka pintu kamar Nada dengan sangat hati-hati. Dia tidak mau membangunkan macan betina dari tidur panjangnya. Kalau tidak, siap-siap saja dia dijadikan santapan sore hari oleh manusia jelmaan macan itu.
"Buset, adek gue mati apa tidur anjir? Dari jam 1 belum bangun-bangun," gumam Nadir saat menilik jam dinding yang sudah menunjuk pukul 4 sore hari.
Tiba-tiba, terbersit pikiran jahil ketika melihat terompet ulang tahun tergeletak di atas nakas Nada. Tadi Bunda menyuruh Nadir untuk membangunkan adeknya agar tidak tidur terus-menerus. Karena tahu Nada bukanlah tipe orang yang sekali toel langsung terbangun, maka cara membangunkannya pun harus sedikit lebih sadis.
Nadir membungkuk, mendekatkan terompet yang sudah berada di gigitannya ke telinga Nada. "Sori, gue gabut." Anak baik! Sebelum membangunkan macan, Nadir minta izin dulu walau Nada tidak bisa mendengarnya.
Dan kemudian...
TETTTTTTTTT!
"EH MEMEK BAU!" Nada langsung terlonjak dari kasur dengan latah.
"HAHAHAHA!" Nadir tertawa terbahak-bahak melihat adiknya terkejut. Yes, berhasil kan!
Sadar kalau dia baru saja dikerjakan oleh Nadir, Nada pun kemudian meluncurkan gulingnya tepat menghantam wajah Nadir.
Nadir berdecih. "Guling lo bau tai anjir."
"Makan tuh dahdir gue! Mampus!" Kini, giliran Nada yang tertawa puas melihat ekspresi Nadir yang seperti ingin muntah.
Begitu Nada menilik jam dinding, matanya sontak membulat menyadari waktu sudah menunjuk pukul 4 lewat 5 menit. Gawat! Ia lupa kalau hari ini dia ada janji dengan Dika. Cowok itu akan mengajak Nada berkeliling Kota Bandung di sore hari. Ah, kenapa Nada bisa lupa sih?
"Heh, kebo! Mandi lo! Dari pagi belum mandi jorok. Pantes badannya budug," cibir Nadir.
"Budug budug juga tetep cantik gue mah." Nada mengibaskan rambutnya.
"Cantik nggak, mirip tokek iya." Untuk yang terakhir Nadir mengejek, selepasnya ia langsung berlari saat sebuah sapu lidi nyaris mendarat di kepalanya.
"ANAK IBLIS LO! PERGI SANA!" teriak Nada geram.
"Nadaaa! Apa itu kata-katanya anak iblis anak iblis!" seru Rangga dari lantai bawah.
"EH, MAAF, YAH! ABISNYA SI ABANG NGESELIN!"
"HAHAHA MAMPUS LO ANAK TUYUL!" Terdengar balasan Nadir yang tertawa kencang.
"Nadiiirrr! Apa itu anak tuyul anak tuyul!" tegur Rangga gantian.
"Eh, maaf, Yah! Abisnya si Adek mancing emosi terus."
Ya, beginilah suasana rumah setiap harinya. Bertengkar, bertengkar, dan bertengkar. Begitulah prinsip Nada untuk Nadir, dan Nadir untuk Nada.
*****
Bayang-bayang cahaya jingga dari matahari sore itu memanjakan mata. Ditambah lagi angin jalanan yang begitu sejuk menerpa wajah. Jalanan Kota Bandung yang tidak terlalu ramai membuat dua orang yang saling berboncengan itu menikmati hangatnya Kota Bandung. Di sepanjang Jalan Dago, pot-pot berisi bunga-bunga cantik harumnya seakan-akan sampai ke indra penciuman mereka. Tak salah Bandung mendapat julukan Kota Kembang karena indahnya bunga-bunga yang bermekaran di kota ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAMEN KEREN [END]
Teen FictionCOWOK FIKSI ITU NYATA! Kata siapa tokoh fiksi dalam cerita Wattpad tidak bisa jadi kenyataan? Buktinya, sosok gadis pecinta musik bernama Nada menemukan cowok fiksi dalam cerita Wattpad yang dibacanya dalam bentuk seorang pengamen keren yang selalu...