Dia yang dulu tertawa bersamanya kini menangis karenanya.
Hidupnya yang dulu secerah siang kini segelap malam.
Dia yang dulu seindah senja kini sesuram hutan.
Dia yang dulu sekuat baja kini selemah benang.
Kehilangan seseorang yang menjadi penopang hidup membuatnya hidup tapi terasa mati.
Apa pun yang ia lakukan bersama kini ia lakukan sendirian.
Tempat yang dulu terasa hangat sehangat mentari pagi kini sedingin angin malam.
Bunga yang dulu indah seindah pelangi kini tampak layu seakan tak ada yang menopang hidupnya selain tanah yang subur serta air yang menjadi prioritas utamanya dalam hidup.
Hidup yang dulu secerah langit kini berkabut sehitam mendung.
-- Galaksi --
Dua hari setelah pemakanam Mega, Galaksi termenung di dalam kamarnya. Alunan lagu Glenn Fredly Sekali Ini Saja selalu berputar di radio kamarnya sejak dua hari terakhir banyak orang yang mengenang meninggalnya musisi indonesia dengan memutar lagu karya beliau berulang kali. Sama seperti Galaksi yang masih mengenang gadisnya dalam lamunan.
Bersamamu ku lewati
lebih dari seribu malam
Bersamamu yang kumau namun kenyataannya tak sejalan.Kenangan tentang kebersamannya dengan Mega masih segar diingatannya. Memandang bingkai foto yang tertempel di dinding kamarnya yang berukuran sedang. Disana terlihat Mega tersenyum senang ketika Galaksi mengajaknya pergi ke taman yang di penuhi cahaya lampu.
Gadis yang menyukai bintang itu sangat senang jika berada di tengah ilalang ditemani cahaya bulan serta kelap-kelip bintang yang begitu indah.
Tuhan bila masih ku diberi kesempatan
Ijinkan aku untuk mencintainyaNamun bila waktuku telah habis dengannya
Biar cinta hidup sekali ini sajaGalaksi mengulas senyum meski tatapannya kosong. Sebesar itu pengaruh Mega dihidupnya seperti kehidupan tak terasa nyata.
Kenangan saat bersama Mega dulunya masih saja berdiam diri di fikirannya tanpa ada niatan untuk beranjak ataupun hilang.
Benar kata mereka jika kenangan lama tak bisa dihapus melainkan ditumpuk dengan kenangan baru.
Kenangan saat ia menggendong Mega menuju dapur di tengah malam itu membuatnya kembali tersenyum apalagi saat Mega mau mengobati setiap luka yang ia dapatkan dari berkelahi meski Mega tak pernah berhenti mengoceh. Hal itulah yang membuat Galaksi terkekeh.
Galaksi menyentuh luka memar diwajahnya. Luka yang ia biarkan mengering tanpa ada sentuhan obat.
"Siapa yang akan ngobatin luka gue Meg?" tanyanya entah pada siapa bahkan hujan lebat disertai angin kencang dan guntur yang menggelegar tak membuat Galaksi beranjak dari aktivitasnya sejak tadi.
Tak sanggup bila harus jujur
Hidup tanpa hembusan nafasmu"Gak nyangka lo pergi dengan cara ini Ra," ucapnya pada angin berharap Mega mampu mendengar kesedihan hatinya dan kembali bersamanya meski itu mustahil.
"Mau tau gak berapa lama gue akan bertahan hidup tanpa kehadiran lo?" racau Galaksi.
Perlahan Galaksi bangkit berjalan tertatih menuju balkon kamarnya. Ah, kamar ini tak pantas di sebut kamar jika semua barang yang ada didalamanya sudah tak berbentuk lagi, pecahan kaca berserakan dimana-mana.
Sudah dua hari ia uring-uringan dan menghancurkan benda yang ada di dekatnya hanya satu yang dapat membuatnya tenang yakni kenangan bersama Mega.
Ketika tangannya menyentuh air hujan yang turun dari langit serta beberapa bulir itu mengenai wajahnya. Seulas senyum kembali terbit di kedua sudut bibirnya.
Galaksi merentangkan kedua tangannya dengan mata yang terpejam serta senyum yang mengembang. Menikmati hujan di malam hari yang begitu menenangkan ditemani kenangannya saat masih bersama Mega.
"Mau ngapain hm?" tanyanya.
"Ya mau pulang lah," jawab Mega sedikit menekan rasa gugupnya.
"Gak lihat lagi hujan?"
"Sekalian hujan-hujan," kekeh Mega.
"Mau besok sakit? Lo kan gak bisa kedinginan terlalu lama." Ia melepaskan hoddie grey yang ia kenakan lalu memakaikannya dengan paksaan karena jika tidak dipaksa mana mungkin gadis di depannya ini mau menurutinya.
Mega hanya mematung dengan pandangan kosong. Otaknya blank seketika mendapat serangan dadakan dari cowok di depannya sampai seseorang itu membuka suaranya.
"Ikut gue ke kantin. Temen lo semua di kantin," ajaknya menarik tangan Mega membuat sang empu tersadar.
"Ihh. Enggak mau! Gue mau pulang!" Mega menghentikan langkahnya.
"Iya tapi nanti."
"Enggak mau maunya sekarang Alde!" rengek Mega.
"Nanti Ara!"
"Enggak mau nanti maunya sekarang!" Mata Mega mulai berkaca-kaca sungguh ia sangat rindu bermain di tengah hujan.
Galaksi menghela napas jengah menatap Mega dengan serius kedua tangannya menangkup kedua pipi tembam Mega. "Sekarang badan lo hangat Ara dan gue gak mau lo demam besok. Nurut ya?" ucapnya lembut.
"Tapi pengen main hujan Alde," lirih Mega menundukkan kepalanya.
"Lain kali, ya?" Galaksi mengusap lembut kepala Mega dibalas gelengan oleh Mega.
"Beneran gak boleh?" tanya Mega lagi dengan tatapan memohon.
Galaksi membuka matanya tepat saat hujan tak lagi jatuh, pandangannya mengarah tepat pada cahaya yang paling terang, bintang favorit Mega.
Alpha canis majorisLagi-lagi gadis itu
•End•
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSI
Teen Fiction•End• "jangan pernah takut pada kegelapan. bintang-bintang akan menemanimu" - Galaksi Adara Aldebaran. "Hati tolong sabar, Air mata tolong jangan keluar, Mulut tolong diam, Jiwa tolong tenang!!!" - Omega Ara Sirius. Ini tentang gadis penyuka Rasi bi...