Namun bila waktuku tlah habis dengannya biarkan cinta ini hidup untuk skali ini saja
Glenn fredly - sekali ini saja.
Semua anggota Angkasa dan Pollux berhenti dilapangan secara tiba-tiba ketika mendengar suara tembakan bukannya sekali tapi tiga kali.
Mereka terutama anak Angkasa berlari menuju asal suara yang mereka duga berasal dari Rooftrop. Perasaan anak Angkasa tak tenang pikiran buruk mereka selalu muncul pada satu nama yang membuat hati mereka berdetak dua kali lipat dari sebelumnya.
Berharap jika semua ini hanya mimpi atau halusinasi sepertinya lebih baik.
......
"Maaf," ucap Mega mendorong tubuh Galaksi menjauh darinya bertepatan dengan pelepasan peluru senjata api milik Nunki yang mengarah tepat pada jantungnya.
Dorr!!!
Dorr!!!
Dorr!!!
Nunki tersenyum puas ketika dapat menembak Mega dengan tiga peluru sekaligus membuat gadis itu tumbang dan jatuh tersungkur ketanah dengan darah yang menguncur deras dari dada serta jantungnya. Bisa ia pastikan jika Mega akan meninggal di tempat setelah ini.
Galaksi yang awalnya bingung dengan perlakuan Mega kini dibuat terkejut. Badannya lemas seketika pandangannya lurus kosong pada gadis yang tergeletak di tanah dengan badan berlumuran darah tak jauh dari hadapannya.
Perlahan ia bangkit dengan air mata yang terus menetes deras dari kedua matanya. Mata yang dulunya melihat dengan tajam kini terlihat layu dipenuhi cairan bening.
Galaksi meletakkan kepala Mega pada pahanya menghiraukan tatapan anak Angkasa yang baru saja tiba dan beberapa dari mereka sudah menyeret Nunki menjauh menghajarnya hingga maut datang menghampirinya.
"Suatu saat nanti jika takdir memisahkan kita dan dunia tak lagi berkehendak pada kita. Janji sama aku jangan pernah melawan takdir. Karena takdir di tulis dengan penuh kehati-hatian. Takdir adalah rencana Tuhan yang terbaik buat kita."
Bayangan tentang ucapan Mega selalu berputar di otaknya tapi ia coba mengenyahkan pikiran itu kali ini yang lebih penting adalah keselamatan gadisnya.
Tolong jangan saat ini, batinnya berdoa
"Hei... uhuk! Gal," lirih Mega terbatuk membuat pandangan Galaksi mengarah pada wajahnya.
"Bertahanlah kita kerumah sakit sekarang. Kamu kuat," ucap Galaksi dengan tangan gemetar mengusap lembut pipi Mega.
Mega tersenyum tangannya terangkat memegang tangan Galaksi yang berada di pipinya.
"Maaf," lirihnya.
"Jangan! Kamu gak perlu minta maaf cukup bersamaku untuk saat ini dan seterusnya." Tetesan air mata Galaksi tepat mengenai dahi Mega.
"Jangan pernah ngelawan takdir seperti yang waktu itu kamu ucapkan!" pinta Mega.
Galaksi menggelengkan kepalanya cepat ia tak ingin percakapan mereka waktu itu menjadi kenyataan.
"Takdir adalah rencana Tuhan yang terbaik buat kita," lirih Mega, "bolehkah aku tidur sekarang?" tanyanya.
Bisakah ia meminta pada Tuhan untuk memberhentikan atau bahkan memutar waktu kembali.
"Jangan!" tegas Galaksi, "jika kamu benar-benar memejamkan matamu aku akan marah!" ancam Galaksi, air matanya tak pernah berhenti keluar dari matanya.
Sungguh ini lebih sakit dari pada kehilangan Mega beberapa bulan lalu.
"Maaf," kata terakhir yang Mega keluarkan sebelum menutup matanya menahan sakit yang sejak tadi ia rasakan. Sakit yang perlahan semakin menusuk jantungnya hingga perlahan detakan yang biasanya cepat kini mulai melamban.
Semua anggota tubuhnya perlahan kaku dimulai dari ujung kaki sampai ke perut bahkan perlahan tarikan nafasnya terasa berat dan sesak. Udara yang masuk kedalam hidungnya terasa susah hingga tarikan nafasnya yang terakhir bisa membuat semua anggota tubuhnya kembali normal saat jiwanya ditarik melalui ubun-ubun oleh cahaya putih yang bersinar dari langit. Cahaya yang terlihat begitu menenangkan hingga membuat Mega sempat melupakan sejenak masalah Dunia-nya.
Terakhir ia dapat mendengar suara jeritan yang sangat menyiksa telinga serta tangisan yang begitu pilu.
Galaksi semakin terisak pilu ketika Mega benar-benar menutup matanya bahkan menghiraukan anak Angkasa yang mengerubunginya. Mereka histeris saat Mega menarik nafas untuk terakhir kalinya. Gadis itu benar-benar pergi untuk selamanya.
"MEGA BANGUN! Jangan pernah pergi dan tinggalin aku seperti ini!" teriak Galaksi frustrasi dengan intonasi yang semakin menurun.
"Mana janji lo yang mau ajak gue ke Rinjani!" teriak Rigel menguncang kedua bahu Mega.
"Lo pernah bilang ke kita kalau lo gak akan pergi jauh dari kita tapi apa? Sekarang lo pergi dan gak akan kembali," tangis Orion bersama kedua sahabatnya pecah.
"Lo punya banyak kenangan meski hanya sekejap bersama kita Aca," ucap Revan mengecup kening Mega sekilas diikuti Regan dengan air mata yang terus mengalir.
"Selamat jalan Mega," ucap Candra mewakili semua perasaan Angkasa pada satu-satunya gadis yang mereka lindungi ini.
Pandangan Galaksi masih kosong bahkan ia tak menyadari jika raga Mega dibopong oleh saudaranya. Membawa gadis itu ketempat yang seharusnya.
Takdir adalah rencana Tuhan yang terbaik bagi kita.
Takdir adalah rencana Tuhan.
Rencana Tuhan.
Ucapan Terakhir Mega terus terngiang di telinganya membuat penyesalan Galaksi semakin bertambah. Semakon ia jauh ri gadisnya sama saja perlahan Tuhan membunuh Galaksi perlahan.
Jika ini mimpi tolong cubit aku agar aku terbangun dari ilusi yang begitu memilukan Tuhan, batin Galaksi
Selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSI
Fiksi Remaja•End• "jangan pernah takut pada kegelapan. bintang-bintang akan menemanimu" - Galaksi Adara Aldebaran. "Hati tolong sabar, Air mata tolong jangan keluar, Mulut tolong diam, Jiwa tolong tenang!!!" - Omega Ara Sirius. Ini tentang gadis penyuka Rasi bi...