Hari ini Aca berjalan keliling taman komplek rumah Revan. Ia tak sendirian seseorang sedang bersamanya dengan jemari tangan yang saling mengenggam. Berjalan bersama menikmati udara pagi dengan senyum yang merekah di wajah keduanya.
Aca telah mengetahui beberapa hal tentang masa lalu nya sebelum ia amnesia Galaksi dan yang lainnya sudah menceritakan segala kehidupan masa lalunya Aca juga tahu kalau sebenarnya namanya adalah Mega dan sekarang ia sedang membiasakan diri dengan segala sesuatu meski hanya Revan dan Regan yang masih memanggilnya Aca.
"Mau duduk dulu gak?" Tanya Galaksi pada Mega.
"Boleh."
Galaksi dan Mega duduk di kursi taman dengan mata yang melihat sekeliling dimana banyak orang berlari kecil ataupun anak-anak yang bersepeda dengan tawa yang terpancar dari wajah mereka yang jika di lihat tampak bahagia.
Sudut bibir Mega membentuk senyuman yang terlihat manis di mata Galaksi.
"Tunggu sini ya, gue mau kesana bentar," pamit Galaksi meninggalkan Mega dengan raut wajah kebingungan.
Sepuluh menit Galaksi pergi meninggalkan Mega yang tetap setia menunggu hingga ada beberapa laki-laki berjalan mendekatinya.
"Mega," panggil segerombol laki-laki itu dengan wajah riang sedangkan Mega bingung karena ia tak mengenal para lelaki itu.
"Lo Mega 'kan?" Tanya salah satu pria itu.
Mega hanya mengangguk sebagai jawabannya. Jujur ia bingung menanggapi mereka.
Pria itu duduk tepat di sampingnya sedangkan yang lain berdiri melingkari Mega.
"Kemana aja lo? setelah kejadian itu kita gak pernah lihat lo lagi," tanya pria yang berjongkok tepat di hadapannya.
"Maaf sebelumnya. Aku emang Mega tapi aku gak ingat kalian sama sekali," ucap Mega.
Mereka memandang Mega dengan bingung. Sedangkan dua orang diantara mereka saling melempar tatapan tanya.
"Lo gak inget kita, Meg?"
Mega menggeleng.
"Ok. Kita mulai dari awal. Nama gue Ares yang jongkok di depan lo itu Ankaa...." Ares memperkenalkan satu persatu anggotanya.
"Iya. Maaf kalau aku lupa sama kalian," ucap Mega sedikit menyesal.
"Gak papa. Yang penting lo baik-baik aja," ucap Ankaa.
Mega mengangguk, ia mengedarkan pandangannya pada orang yang mengerubunginya. Saat itu juga kepalanya terasa pusing dan sakit. Tangannya memegang kepala bagian belakang yang saat itu terkena pukulan dari seseorang, hanya itu yang ia ingat.
"Auh.. ishh," rintih Mega membuat Ares, Ankaa dan yang lain khawatir.
"Meg, lo kenapa?"
"Lo kenapa nekan kepala lo?"
"Kepala aku sakit banget serasa ditusuk," ucapnya menahan sakit di kepalanya.
"Kalian pergi dulu jangan bergerombol di sini. Gue sama Ares mau bawa Mega ke rumah sakit," ucap Ankaa.
Ucapan Ankaa dipatuhi yang lainnya. Mereka berjalan menjauh dari Mega dan Ares tapi bukan berarti mereka tak mengawasi setiap gerak-gerik mereka bertiga.
"Sakit. Sstth " rintihnya semakin kuat mencengkram kepalanya.
"Lo tahan ya, kita kerumah sakit sekarang," ucap Ares pada Mega mencoba menenangkan gadis itu.
Baru saja Mega berdiri pusing semakin melanda kepalanya matanya perlahan tertutup di gantikan oleh kegelapan. Samar-samar ia mendengar seseorang memanggil namanya dan tubuhnya melayang.
-- Galaksi --
"Halo Van, Mega udah pulang?"
"....."
"Hah? Yakin lo. Di taman dia gak ada."
"....."
"Tadi gue tinggal bentar beli minum. Trus gue balik dianya udah gak ada."
"....."
"Iya gue cari dulu. Siapa tau dia ada di sekitar sini."
Tut.. tut... tut...
Galaksi menatap sekeliling taman berharap bisa menemukan Mega. Nihil tak ada tanda-tanda mega ada disini dan hal itu benar-benar membuat Galaksi khawatir.
Galaksi berfikir bahwa Mega tak mungkin pergi sendiri karena kondisi gadis itu tak memungkinkan ia hafal jalan.
"Ck. Ke mana sih, lo?" Geram Galaksi kembali berkeliling mencari keberadaan gadis yang selalu memporak-porandakan hidupnya.
Ia mengeluarkan ponselnya menghubungi yang lain agar membantunya mencari Mega. Setelah itu ia mengingat kemana saja tempat yang sudah Mega kunjungi akhir-akhir ini dan pikiran Galaksi tertuju pada satu bangunan yang sering atu bahkan hampir setiap hari Mega kunjungi.
Tanpa pikir panjang Galaksi menaiki motornya dan menjalankannya menuju tempat tersebut.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSI
Teen Fiction•End• "jangan pernah takut pada kegelapan. bintang-bintang akan menemanimu" - Galaksi Adara Aldebaran. "Hati tolong sabar, Air mata tolong jangan keluar, Mulut tolong diam, Jiwa tolong tenang!!!" - Omega Ara Sirius. Ini tentang gadis penyuka Rasi bi...