36✓

610 23 0
                                    

Mega kini berada di mobil Rigel dan Candra. Mereka berangkat sekolah bersama. Awalnya Galaksi ingin mengantar Mega pergi ke sekolah tapi Candra menolaknya mentah-mentah karena dia yang ingin mengantarkan sepupu satu-satunya ini.

"Masih jauh, Bang?" tanya Mega yang mulai bosan duduk di jok belakang sendirian.

"Gak kok. Bentar lagi nyampe," jawab Candra, "kenapa?" tanya Candra memandang Mega lewat kaca.

"Bosen," gerutu Mega menyenderkan kepalanya pada pintu mobil.

"Sabar ya," kekeh Rigel.

Beberapa menit kemudian mobil yang di kendarai Candra berhenti tepat di parkiran SMA Bima Sakti. Rigel turun terlebih dahulu kemudian membukakan pintu Mega membuat Mega mendengus tak suka dengan perlakuan Rigel yang menurutnya alay.

"Yuk!" ajak seseorang dari belakang yang sudah mengulurkan tangannya membuat Mega sempat bingung.

Mega berbalik menatap Galaksi yang tersenyum lembut ke arahnya membuat Mega juga ikut tersenyum. Tanpa menunggu lama Galaksi menarik lembut tangan Mega membawa gadis itu masuk ke sekolah dan menceritakan beberapa hal yang terlupakan oleh Mega.

"Anjir! Kita yang disini kagak dilihat apa?" umpat Rigel kesal dengan kelakuan Galaksi sedangkan Candra berjalan menghiraukan Rigel yang mencak-mencak gak jelas.

"Dosa apa gue punya saudara gitu?" gumamnya pelan.

"Ngapain lo ngomong sendiri? Anda waras?" tanya Alpha.

"Lo yang gak waras!" ketus Candra.

"Baru tau gue orang gila nanya orang waras," ucap Leo menyemburkan tawanya disusul Virgo.

"Elo tu gila. Gue masih waras ya, seratus persen otak gue gak pernah salah," ucap Alpha membela diri.

"Gimana mau salah kalo otak aja gak pernah lo gunain," sinis Virgo.

"Lo tuh yang salah!" timpal Leo menunjuk Alpha.

"Bukan gue tapi otak gue kok yang salah!" mewek Alpha tak terima jika dirinya di salahkan padahal kan seharusnya otaknya yang salah.

"Wih ngomongin apa nih seru banget?!" tanya Rigel yang baru bergabung setelah acara mencak-mencak tadi.

"Gel gue gak salah kan? Yang salah itu otak gue," adu Alpha mendramatir membuat Rigel memandangnya heran kemudian pergi menjauh sebelum tertular kegilaan Alpha.

Begitu juga yang lain yang berjaln menjauhi Alpha lebih tepatnya menjaga jarak dari Alpha yang tingkat kewarasannya masih setengah.

-- Galaksi --

Mega dan Galaksi kini berada di koridor lantai dua yang berada tepat di depan ruang osis. Koridor yang menghadap langsung lapangan utama Bima Sakti.

"Kamu tau. Dulu kamu sama teman-teman kamu sering banget buat masalah dan selalu dihukum. Tapi, aku gak pernah mau hukum kamu," ucap Galaksi memandang lapangan seakan memutar masa lalu.

"Kenapa?" tanya Mega memandang ke arah Galaksi.

"Karena aku selalu kasih kamu hukuman khusus," jawab Galaksi tersenyum kearah Mega.

"Apa?" tanya Mega bingung.

Galaksi masih tersenyum menarik tangan Mega, membawa gadis itu masuk kedalam Ruang Osis yang penuh kenangan dengan gadis yang sama. Mega hanya pasrah mengikuti langkah Galaksi yang membawanya masuk ke dalam ruangan kosong.

"Duduk sini!" pinta Galaksi mendudukan Mega di atas Gazebo ruang Osis.

"Tunggu bentar, ya?"

Galaksi berjalan menuju meja dan duduk di singgasananya dengan tenang. Matanya tak berhenti menatap Mega yang terlihat bingung dengan kelakuan Galaksi. Keadaan itu berlangsung selama satu jam sama persis dengan beberapa bulan lalu.

"Gal," panggil Mega membuat Galaksi tak merubah tatapannya masih terkunci pada Gadis itu "satu jam enam puluh menit tiga ribu enam ratus detik kamu merhatiin aku, apa hak capek?" tanya Mega membuat Galaksi mengembangkan senyumnya.

Hampir sama dengan ucapannya beberapa bulan lalu, batin Galaksi senang.

Galaksi berdiri berjalan ke arah Mega duduk tepat di hadapan gadis itu. "Jangankan capek, bahkan aku gak bisa jauh dari kamu," ucapnya menatap tepat mata Mega.

Tangan Galaksi menangkup kedua pipi Mega mengusapnya lembut. "Aku gak tau apa yang buat aku gak bisa tanpa kehadiran kamu. Sehari aku gak lihat kamu dunia aku hancur apalagi selama beberapa bulan lalu kamu pergi gitu aja. Hidup aku serasa hampa," jeda Galaksi

Mata mereka saling terkunci. Saling menyelami dan melepas semua kerinduan yang selama ini tak terungkap dan terpendam.

"Kamu itu duniaku. Kamu matahariku. Kamu penyemangatku. Tau kan gimana hidup tanpa oksigen atau hidup tanpa matahari. Semua akan mati dan gelap. Gak ada yang bisa hidup tanpa keduanya begitu juga aku yang gak akan bisa hidup tanpa kamu," lanjut Galaksi

Perkataan Galaksi terus terngiang di benak Mega membuat Mega mengembangkan senyum. Ia tak bisa berbicara membalas setiap perkataan Galaksi.

Galaksi mendekatkan wajahnya mencium kening Mega penuh kasih sayang.

"Aku sayang sama kamu. Aku gak mau kamu ninggalin aku lagi seperti yang lalu-lalu," lirih Galaksi menatap Mega peuh keseriusan.

"Tapi, jika takdir yang memisakan kita?" tanya Mega.

"Aku yang akan melawannya," mantab Galaksi menggenggam kedua tangan mega.

Mega membalas genggaman Galaksi matanya menyorot dalam mata pria di hadapannya itu. "Dengerin ucapan aku. Suatu saat nanti jika takdir memisahkan kita dan dunia tak lagi berkehendak pada kita. Janji sama aku jangan pernah melawan takdir. Karena takdir di tulis dengan penuh kehati-hatian. Takdir adalah rencana Tuhan yang terbaik buat kita," ucapnya pelan.

Entah kenapa seakan ada batu besar yang menghantam dada Galaksi ia menarik Mega kedalam pelukan hangatnya. Tanpa sadar Galaksi menangis dalam diam ia merasakan sesuatu akan terjadi pada Mega. Sesuatu yang akan membuat Galaksi membenci takdir.

Tbc.

GALAKSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang