21✓

667 27 0
                                    

Mega berjalan kearah meja keluarga bahagia itu yang mirisnya itu juga keluarganya. Ia mati-matian menahan Sesak di dadanya dan panas di matanya serta air mata yang mendesak ingin keluar. Ia berdiri tepat di depan meja tersebut membuat ketiga orang yang berada di sana menatap kearahnya.

"Keluarga yang harmonis ya?" tanya Mega melipat kedua tangannya di bawah dada.

"Iya emang kita keluarga yang sangat harmonis," timpal Vega memperkeruh keadaan.

"Bahkan tanpa adanya satu anak kalian. Ups! Atau mungkin kalian cuman punya satu anak?" tanya Mega santai.

"Jaga ucapan kamu Mega!" ucap Capella Mama Vega dan sayangnya ibu tiri Mega.

"Buat apa kalian gak pernah menghargai saya ataupun menganggap saya ada!" jawabnya.

"Kamu gak malu? Kita jadi tontonan disini?!" tanya Bumi.

"Sama sekali gak."

"Lo itu, ya! Cuman anak yang bisanya hura-hura! Ngabisin duit orang tua! Keluyuran gak jelas! Gak pernah pulang dan parahnya lo suka main ke rumah cowok ga jelas!" ucapan Vega barusan dibalas senyum sinis oleh Mega tapi tidak bagi Bumi yang kini menatap Mega dengan amarah.

"Apa yang dibilang Vega benar Mega?!" tanya Bumi penuh emosi sedangkan Mega hanya diam.

Takjub dengan papa yang percaya dengan Vega dari pada anak kandungnya sendiri.

Miris banget hidup lo Meg! Bokap lo aja gak percaya sama lo! batin Mega.

"JAWAB MEGA!!" bentakan dari Bumi membuat Mega tersadar dan semua pengunjung Cafe menatap kearah mereka termasuk sahabat Mega.

"Gak bisa jawab ya lo?! Karena semua itu fakta!" sinis Vega memperkeruh keadaan.

"Kamu anak yang Papah banggain Mega. Tapi sekarang kamu buat Papah kecewa sama kelakuan kamu. Jujur Papah sangat kecewa," lirih Bumi membuat hati Mega mencelos.

Mega pikir Papahnya begitu percaya padanya tapi, nyatanya semua berbanding terbalik. Entah apa yang di berikan Mamah dan saudara tirinya itu hingga membuat Papahnya seperti ini - pikir Mega menyeka air mata yang entah sejak kapan turun.

Mega tersenyum sinis tanpa banyak bicara ia mengeluarkan semua fasilitas yang di berikan oleh papahnya. Ia bertekad akan membuktikan semuanya jika ia bisa hidup tanpa bergelimang ataupun mengandalkan harta orang tuanya.

Mega megeluarkan kartu credit, Atm, kunci mobil dan motor serta ponsel dan lainnya. Ia letakkan di atas meja lalu tersenyum menatap Bumi yang terdiam di tempatnya.

"Terima kasih fasilitasnya selama ini, Tuan Bumi Matahari. Dan untuk kunci apart akan saya serahkan di rumah setelah selesai membereskan semua barang saya di sana. Sekarang saya mohon izin," pamit Mega sedikit membungkukkan badannya lalu berjalan menjauh dari sana.

Mega keluar dari Mall dengan mati-matian menahan air mata yang berdesak ingin keluar. Ia berjalan menuju apart membereskan semua barang-barangnya yang ia butuhkan. Memang ia lebih sering tidur disini karena itu kebutuhan yang di perlukan hampir 80 persen ada di apart nya ini.

Ia keluar dari kamar apart lalu memberikan kunci pada resepsionis siapa tahu saudara tirinya itu berniat menempati apart nya ini. Mega keluar dari gedung berjalan mencari tpat tinggal terdekat. Tujuannya satu Tempat kos yang tak terlalu jauh dari sekolah agar ia bisa meghemat uang tabungannya yang masih tersisa sedikit. Mungkin akan cukup untuk sewa kos dan makan sebulan ini.

Tujuannya satu mencari tempat tinggal dan mencari kerja part time untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebelum tabungannya habis. Beruntung ia masih menyimpan ponsel yang di berikan oleh Mama kandungnya beberapa tahun lalu. Meskipun tak sebagus miliknya kemarin setidaknya cukup untuk memcari informasi dan berkomunikasi.

-- Galaksi --

Hari menjelang sore dan di sinilah Mega sekarang di depan pintu kos yang rata-rata penghuninya pria seumurannya meskipun ada beberapa perempuan tapi tak ada yang seumuran dengannya. Hal itu membuat Mega menghela napas, buat apa dia takut kalau dia yakin bahwa dirinya bisa menjaga diri.

"Jadi nak Mega ini kunci kamarnya. Saya harap kamu betah ya tinggal disini?" ucap Ibu Kos ramah.

"Iya Bu, semoga saya betah," balas Mega tersenyum.

"Ya sudah, kalo begitu ibu pamit dulu. Kalau ada yang mau ditanyakan bisa tanya Ibu langsung," ucap Ibu Kos diangguki oleh Mega.

Setelah kepergian Ibu Kos. Mega masuk kedalam kamarnya yang tak begitu luas tapi di dalam sana terdapat kamar mandi kasur ukuran sedang dan juga lemari minimalis.

"Semoga betah," ucapnya bermonolog.

Setelah beberapa jam lebih membersihkan dan menatap semua barangnya. Mega merasa lapar. Jam masih menunjukkan pukul 8 malam. Masih belum larut bagi Mega sehingga ia memutuskan untuk mencari pedagang di sekitar tempat tinggal barunya ini.

"Anggap aja pengenalan suasana baru biar gak canggung," kekeh Mega berjalan menuju perempatan guna mencari penjual nasi goreng atau apapun.

Setelah membeli nasi goreng Mega kembali berjalan pulang menuju Kosannya. Saat setengah perjalanan Mega melihat beberapa orang sedang berkelahi tapi itu lebih tepat di sebut pengeroyokan karena ada 10 orang dan lawan mereka hanya dua orang. Mega sendiri tak berniat membantu karena tak ingin mendapat masalah tapi, melihat dua orang dua orang yang di keroyok tepar terpaksa ia harus turun tangan menghiraukan perutnya yang merasa lapar.

"PENGECUT! BERANINYA KEROYOKAN!" teriakan Mega berhasil membuat kawanan pria itu menghentikan aksinya dan menatap Mega tajam.

"Siapa lo?! Gak usah ikut campur urusan kita!" gertak salah satu pria tersebut.

"Gue cuman mau lihat cara PENGECUT menghajar lawannya yang udah tergeletak," sinis Mega menekankan kata pengecut.

"Brengsek lo! Lo itu cuman cewek dan gak pantes ada disini!"

"Kata siapa gue gak pantas? mau coba?!" tantang Mega.

"Gal usah bacot! Sini kalo berani!" tantang kawan pria tersebut.

Mega tersenyum sinis. "Dengan senang hati."

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Brakk!

Mega menghajar para preman tersebut sehingga membuat beberapa dari mereka tergeletak di tanah tak sadarkan diri karena pukulan, tonjokan bahkan tendangan Mega yang dahsyat. Bahkan dua orang yang ia selamatkan cengo tak percaya jika yang ada di hadapan mereka ini seorang gadis dan parahnya melawan 10 preman yang ia dan temannya kuwalahan.

Bugh!

Bugh!

Brakk!

Mega masih menghajar beberapa pria bertubuh gempal tersebut beberapa kali juga ia kena tonjokan sehingga membuat beberapa luka lebam di wajah cantiknya.

"Pergi lo?! Gue capek," ucap Mega menatap tajam preman yang tergeletak karena ulahnya.

Setelah preman itu pergi Mega berjalan mengambil nasi gorengnya lalu melangkah pergi karena ia merasa sangat lelah.

Sedangkan dua orang yang di tolong Mega melongo tak percaya apakah mereka tak terlihat sehingga diabaikan.

"Dia gak lihat kita?"

"Mana gue tau," jawab temannya mengedihkan bahu acuh.

"Sakit tau gue diginiin." Lebaynya.

"Kita harus berterima kasih sama gadis itu. Nyawa kita selamat kali ini karena gadis itu."

"Iya. Besok gue akan cari tau tentang dia."

Mereka berdua berjalan kearah yang sama seperti Mega.

Tbc.

GALAKSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang