29✓

625 27 0
                                    

"Kalian sebelumnya kenal Aca?"

"Hah?" beo mereka berempat.

"Kalian kalo lihatin Aca gitu banget. Kaya baru ketemu setelah beberapa lama aja," jelas Aca.

Emang, batin mereka.

"Bu-bukan gitu Ca, kita cuman suka aja lihat cewek cakep," kekeh Canes.

Aca hanya mengagguk kemudian menatap Revan dan Regan. "Aca mau deh, kita BBQ-an di halaman belakang," ucapnya.

Revan dan Regan tersenyum. Mereka melirik yang lain.

"Ya udah. Aca tunggu di rumah ya, nyiapin peralatannya biar kita sama yang lain beli bahannya," ucap Regan.

"Aca sendiri di rumahnya?" Tanyanya.

"Gak. Sama Galaksi kok," ucapan Revan membuat Galaksi melolehkan kepalanya cepat terkejut dengan ucapan teman barunya itu.

"Ya udah deh. Aca titip es krim sama coklat ya?" ucap Aca diangguki Revan dan yang lain.

"Ya udah, kita berangkat sekarang. Keburu sore," titah Canes.

"Kita pergi dulu ya," Revan dan Regan mengusap puncak kepala Aca sayang.

-Galaksi-

Setelah kepergian Revan dan yang lainnya Aca serta Galaksi menyiapkan peralatan memasak mereka di halaman belakang rumah Revan. Aca yang sibuk dengan peralatan memangganya tak sadar jika sejak tadi Galaksi terus memandangnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Galaksi berjalan mendekat hingga berhenti tepat di belakang Aca.

"Ca," panggil Galaksi membuat Aca menoleh, ia sedikit tersentak dengan posisi Galaksi yang sangat dekat dengannya.

"Kenapa Gal?"

"Gue boleh peluk lo, gak?" Pertanyaan Galaksi di tanggapi dengan wajah bingung oleh Aca.

"Sebentar aja, gue lagi kangen sama seseorang yang sekarang dia ada di dekat gue tapi mustahil gue raih," jelas Galaksi.

Aca hanya mengangguk sebagai jawabannya entah kenapa ia bisa mengangguk yang pasti ucapan Galaksi membuat hatinya sedikit sakit.

Galaksi yang menyadari Aca mengangguk tak membuang waktu ia memeluk Aca atau Mega-nya itu. Menyembunyikan wajahnya di antara ceruk leher Aca menghirup dalam-dalam aroma mint bercampur dengan bubble gum yang sangat memabukkan baginya.

Aca hanya terdiam sejenak tapi beberapa saat kemudian tangannya perlahan terangkat membalas pelukan pria asing yang mendekapnya erat ini. Tangannya mengusap lembut punggung Galaksi, pelukan ini aneh menurutnya ia merasa asing dengan parfum beraroma maskulin ini serta pelukan yang terlalu nyaman untuk orang asing yang baru ia kenal beberapa jam lalu.

"Gue kangen dia Ca, dia yang dulu selalu ada di samping gue. dia yang buat gue uring-uringan gak jelas ketika gak dapat kabar. Dia yang slalu bisa buat gue emosi dan tenang di waktu yang bersamaan. Gue sayang dia Ca, sayang sesayang seorang cowok untuk menjaga wanita-nya. Tapi, beberapa bulan lalu gue ngelakuin kesalahan dengan ngebiarin dia pergi sendiri, biarin dia memderita dan  kesakitan sendiri." Galaksi mempererat pelukannya.

"Dia yang terluka karena gue, dia yang bela mati-matian sahabatnya, dia yang tetap bertahan meskipun di benci banyak orang. Dia yang beberapa bulan lalu hilang tanpa jejak meninggalkan luka yang dalam bagi gue. Dia kasih gue hukuman yang berat buat hidup tanpa dia, sering kali gue nyerah Ca, tapi mimpi itu selalu hadir. Mimpi tentang kebersamaan kita, dia tetep hadir dan minta gue buat nyari dia disaat gue tanya dia dimana? Dia tersenyum sambil bilang kalau dia akan nunggu gue sejauh atau selama apapun."

"Gue sayang dia bahkan lebih. Sekarang saat gue udah nemuin dia justru dia nya yang lupa dengan sahabatnya sendiri. Hukumannya masih berlanjut Ca, tapi gue mohon satu hal jangan pernah tinggalin gue lagi. Sejauh apapun lo melangkah sedekat itu juga gue ada di samping lo."

Entah apa yang di ucapkan Galaksi tapi itu mampu membuat hatinya sakit. Tanpa ia bisa bendung air matanya turun deras seolah ia merasakan apa yang dirasakan pria yang mendekapnya ini.

Hatinya teriris mendengar penuturan Galaksi tentang seorang cewek yang tak ia ketahui itu. Tapi perasaan yang Galaksi ungkapkan membuatnya berasumsi jika cewek itu sangat berarti bagi Galaksi. Ia juga merasa sedikit basah pada bahunya yang berarti Galaksi menangis, dia benar-benar merindukan gadis itu yang entah kenapa Aca merasakan semua perasaan aneh ini.

Galaksi melepas pelukannya menatap Aca dengan pandangan yang sulit. Perlahan tangannya menghapus jejak air mata di pipi sahabatnya itu. Meskipun nama gadis utu berubah tapi semuanya tak berubah Aca adalah Meganya gadis yang berhasil memporak porandakan hidupnya dalam sekejap saat kehadirannya tak lagi ada untuk menghiasi hari-hari Galaksi.

"Janji sama gue. Kalo lo gak akan ninggalin gue lagi. Cukup sekali gue biarin lo pergi dan gak akan ada kesempatan kedua buat lo jauh dari gue," ucap Galaksi membuat Aca spontan menganggukan kepalanya seolah terhipnotis oleh mata indah milik Galaksi.

Galaksi tersenyum ia mencium kening serta kedua pipi Aca. "Makasih udah kembali, meski tak sama seperti dulu," ucapnya kemudian kembali memeluk Aca erat. Sesekali bibirnya mencium gemas puncak kepala gadis di dekapannya ini.

Ia merasa sangat bahagia dapat bertemu lagi dengan Mega-nya ini.

Tbc.

GALAKSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang