18✓

743 29 0
                                    

Galaksi dan Mega berjalan di koridor sekolah yang sepi. Mereka berjalan menuju kelas masing-masing suasana pagi ini mendung mungkin itu yang membuat beberapa murid berangkat siang atau 15 menit sebelum bel masuk karena udara yang sangat nyaman untuk bergelut dengan kasur dan selimut mereka.

"Gue masuk kelas dulu," ucap Mega berbelok ke arah koridor kelas membuat Galaksi melihat kearahnya sekilas lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

Mega masuk ke dalam kelasnya yang sepi hanya ada beberapa murid itupun ketiga sahabatnya yang menelungkupkan wajahnya di antara lipatan tangan diatas meja.

Disisi lain, di kelas Galaksi entah ada apa dengan anak Angkasa yang hari ini datang pagi. Galaksi sekelas dengan Candra,Rigel, Nunki dan yang lain karena itu kelas Galaksi paling pojok dan sudah di atur meskipun disana ada Ketua OSIS tapi mereka tetap melakukan apa yang mereka inginkan.

"Cuaca hari ini kayak hati gue ya?. Gelap!" celetuk Alpha menatap langit hitam lewat jendela kelas.

"Perlu gue beliin lampu gak buat penerangan?" sahut Leo.

"Jangan lampu. Kasih aja cewek di lampu merah pasti terang!" timpal Virgo membuat keduanya tergelak

"Sorry ya, gue gak suka sama yang ada di lampu merah. Gak ori!" elak Alpha.

"Lo pernah, ya?!" tuduh Virgo.

"Gak lah. Rigel tuh."

"Mata lo somvlak! Gue gak pernah ya." Sang empu menyahut tak terima.

"Gak usah malu-malu, lah Gel. Biasanya juga malu-maluin," goda Virgo mengedipkan sebelah matanya.

Lagi-lagi semua yang ada di sana tergelak ketika melihat ekspresi jijik Rigel.

"Bunuh orang dosa gak sih?" tanya Rigel polos-polos bangsat!

"Dosalah."

"Berarti bunuh lo gak dosa, dong? Lo, kan, bukan orang tapi buaya!" geram Rigel memukuli badan Virgo ganas diikuti Leo dan Alpha karena mrasa jengkel dengan Virgo.

"Kita bantu Gel!" sorak ketiga orang itu.

Bugh! Bugh! Bugh!

Mereka berempat saling tindih bahkan Rigel mengelitiki pinggang Virgo membuat sang empu yang berada di bawah kegelian dan tertawa kencang sampai sebuah suara membuat mereka berhenti berkelahi seperti anak SD.

Pyyarr!!! Prangg!!! Bugh!!!

"Bima Sakti diserang!!!" teriak salah satu murid membuat semua anggota Angkasa dan Procyon berhamburan keluar kelas. Mereka semua berlari menuju lapangan dimana musuh mereka berkumpul yakni anak Antariksa siapa lagi kalau bukan Geng Pollux yang di ketuai oleh Ares.

"Ada urusan apa lo kesini?!" tanya Candra di barisan depan menatap tajam musuhnya.

"Menyelesaikan yang belum selesai," jawab Ares santai.

"Apa?"

"Anggota lo udah nusuk anggota gue kemarin, kalo lo, lupa!" jawab Ares memandang anak Bimasakti dengan pandangan tajamnya, "dan gue terima," lanjut Ares.

"Lo salah masuk kandang!" sinis Nunki tersenyum meremehkan.

"Lo yang Salah, Penghianat!" sinis Ares menekankan kata terakhirnya membuat kedua tangan Nunki mengepal erat hingga menunjukkan otot-otot tangannya.

"Jangan banyak bacot lo!" emosi Nunki menghajar Ares.

Bugh! Bugh! Bugh!.

Dua sekolah itu saling berkelahi di lapangan sang sangat luas sementara beberapa guru meminta murid yang yak terlibat tawuran itu masuk kedalam kelas masing-masing kecuali seorang siswi yang santai duduk di atas pagar pembatas lantai dua dengan tangan yang memegang se-cup ice cream coklat kesukaannya serta pandangan tak lepas dari lapangan.

Bugh!

Plakk!

Pyarr!

Suara itu terdengar jelas di telinga gadis yang tak lain adalah Mega, matanya mengawasi setiap gerak-gerik teman, sahabat, serta musuhnya dengan mulut yang mengecap manisnya ice cream.

Tawuran kali ini sedikit berbeda dan terkesan brutal. Jika beberapa kali yang lalu tawuran itu tanpa melibatkan Sajam, BR, atau yang lainnya. Kali ini hampir semua murid memegang Sajam bahkan ada beberapa yang melempari batu kearah lawan sampai beberapa jendela pecah karena menjadi sasaran kemarahan mereka.

Mega sendiri tak tahu jika akan ada tawuran dadakan seperti ini mungkin jika ia mengetahui akan seru jika ia terlibat tapi ya, sudahlah. Jarang bagi Mega melihat tawuran seperti ini jika kondisinya mulai tak kondusif dan memanas ia sendiri yang akan turun tangan mengatasinya. Percuma mengandalkan guru ataupun satpam karena saat ini mereka sedang mengamankan diri mereka dari tawuran ini.

Tawuran semakin panas dikarenakan udara yang mendung serta beberapa anggota banyak yang tumbang. Melihat itu Mega sedikit tak tega setelah menghabisaan ice cream miliknya. Mega turun dari pagar pembatas lalu berteriak kencang dari lantai atas membuat yang dibawah mendengar dengan jelas ucapan Mega.

"WOY!!! BALIK SONO KALIAN!!! MAU UJAN!!! PULANG!!! MAK LO NYARIIN SURUH BANTUIN ANGKAT JEMURAN!!! CEPETA!!!" teriakan membahana Mega membuat seluruh anak Antariksa berdecak kesal lalu meninggalkan sekolah Bima Sakti satu persatu.

Ares melambaikan tangannya kearah Mega lalu melemparkan batu tepat mengenai kaca ruangan BK. Setelah itu berlari kencang melihat itu Mega tertawa ngakak sambil mengumpat.

"Hahaha. Ares Bego!!" umpatnya lalu berjalan santai menuju ruang kelas.

-- Galaksi --

Angkasa dan Procyon saat ini sedang berada di UKS. Mengobati luka yang mereka terima akibat tawuran dadakan ini. Mereka juga dibantu oleh petugas PMR yang rata-rata cewek membuat mereka merasa betah berlama-lama di sini kecuali Galaksi yang hanya tiduran di atas brankar tak membolehkan satu orang pun mengobati lukanya.

Galaksi memejamkan matanya meskipun telinga tajamnya masih mendengar suara anggota lainnya.

"Aduh! Aduh!! Pelan-pelan cantik."

"Dedek, kakak boleh minta nomernya ya?"

"Kalau yang ngobatin dede gemes, sih. Gue gak papa luka tiap hari."

"Nyaman banget, sih! Kalau ada cewek cantik disini."

"Kamu kalo senyum manis banget, sih?"

"Anggota PMR cantik-cantik, ya?"

Menghiraukan ucapan unfaedah anggotanya Candra dan Nunki serta Rigel justru duduk disofa sebelah brankar Galaksi.

"Mega kok bisa ya, nyuruh mereka pergi?" bingung Candra.

"Dengan gampangnya lagi," timpal Rigel.

"Siapa tau mereka punya hubungan spesial. Dan Mega terlibat dengan tawuran tadi," ucap Nunki membuat Rigel dan Candra menatap kearahnya.

"Maksud lo, Mega penghianat?!" ucap Rigel tak terima dengan ucapan Nunki.

"Ya siapa tau?" jawabnya mengedihkan bahunya acuh.

"Kita harus buat Mega jauh dari anak Antariksa," putus Candra membuat semua anak Angkasa menata bingung kearahnya.

Diam-diam Nunki tersenyum sinis membuat seseorang di sana menatapnya tajam. Kini ia tau semuanya mana yang harus ia percaya dan mana yang harus ia curigai.

"Gal, lo gak ngobatin muka lo?" tanya Virgo mencolek lengan Galaksi.

"Ntaran. Gue cuman mau diobatin Mega!" tegasnya.

"Anjir! Udah ngegas aja lo sama doi " goda Leo.

Tbc.

GALAKSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang