34✓

556 23 0
                                    

Mega mengerjapkan matanya sedikit terganggu dengan suara berisik yang ia duga berasal dari lantai bawah. Merentangkan kedua tangannya kemudian beringsut duduk mengumpulkan nyawanya.

"ABANG! HHUUAAA!" teriak Mega.

sedangkan di lantai bawah mereka yang mendengar teriakkan Mega mendadak hening.

"Mampus! Gue lupa kalau Mega lagi tidur." Candra menepuk keningnya pelan.

"Kalian sih, ribut! Mega jadi kebangun 'kan. Tau sendiri kalau Mega tidur gak suka di ganggu!" tutur Rigel.

"Mana dia lagi Pms hari ini." Sontak ucapan  Revan membuat mereka semua menatap sang pelaku dengan susah payah menelan ludahnya.

"Tau sendiri kalau Mega Pms gimana," timpal Regan.

Mereka semua menatap satu-satunya cowok yang tak tertarik dengan topik ini. Tapi, tak ada yang tau jika telinganya mendengar setiap kalimat yabg terucap dari sahabatnya.

"Gal," panggil Candra.

"Hm."

"Samperin gih, tenangin jangan sampai nangis," pinta Candra.

"Iya, sekalian buat dia tidur lagi," sahut Revan cengengesan.

Galaksi menoleh menatap Candra dengan alis terangkat. "Kenapa harus gue?"

"Hehe... gak papa usaha biar dia inget sama lo," cengenges Rigel membuat Galaksi mendengus tak urung ia berdiri dari duduknya berjalan menaiki tangga.

"Huft! Aman," lega Candra dan Rigel menghela napas sedangkan Revan dan Regan geleng-geleng kepala melihat dua saudara itu.

"Ya udah lanjutin tebak-tebakannya," pinta Revan diangguki ketiga orang di sana.

-- Galaksi --

Galaksi membuka pintu kamar Mega pelan matanya menangkap Mega yang terduduk menekuk lutut dengan kepala di benamkan diantara lipatan tangan. Galaksi berjalan mendekat duduk di samping Mega mengusap bahu gemetar gadis itu.

"Meg," panggilnya lembut.

Mega tak menjawab terdengar suara isakan yang membuat Galaksi bingung. Tapi, ia ingat kata Revan tadi jika Mega sedang datang bulan.

"Kenapa?"

"Hiks... sa-kit hiks..," eluh Mega melilit perut menggunakan kedua lengannya.

"Ya udah. Tidur aja, udah malam juga." Galaksi mengusap kepala Mega sayang.

Mega mendongak menatap Galaksi di sampingnya. "Gak bisa hiks... ta-di udah ti-dur hiks... ta-pi ke-bangun gara-gara ka-lian," ucap Mega sesegukan.

Galaksi membawa Mega kedalam dekapannya membenamkan kepala gadis itu di dadanya tangannya mengusap lembut kepala Mega.

"Sa-kit... hiks..."

"Ssttt... kalau kamu tidur sakitnya gak akan kerasa," ucap Galaksi meletakkan dagunya di atas kepala Mega.

"Nyanyiin," pinta Mega di dalam dekapan Galaksi.

"Iya."

Galaksi mengusap kepala Mega penuh kasih sayang, hal itu membuat Mega melupakan sakitnya dan perlahan menutup matanya kala mendengar suara serak Galaksi.

Aku ingin engkau slalu...

Hadir dan temani aku...

Di setiap langkah yang meyakiniku...

Kau tercipta untukku...

Meski waktu akan mampu...

Memanggil seluruh ragaku...

ku ingin kau tau ku slalu milikmu...

Yang mencintaimu...

-- Galaksi --

Mega, Candra, dan Rigel pagi ini sarapan bersama di meja dengan menu nasi goreng lengkap telor mata sapi buatan Candra.

"Besok kamu sekolah, ya?" Tanya Candra membuat Mega menatapnya cepat.

"Beneran?" tanyanya dengan mata yang berbinar.

"Iya, kenapa sih, Seneng banget kayaknya?" tanya Candra.

"Habisnya kata Regan, Mega gak boleh sekolah dulu," jawab Mega sendu.

"Itu kan kemarin. Sekarang kamu boleh kok sekolah, mereka juga udah ngizinin," ucap Rigel mengelus puncak kepala Mega yang berada tepat di sampingnya.

Mega hanya mengagguk sambil tersenyum. "Makasih," ucap Mega mencium pipi Rigel membuat Rigel mengembangkan senyum dan menatap Candra penuh kemenangan.

"Masa Rigel doang, Abang enggak di cium?" Kesal Candra membuat Rigel terkekeh karena berhasil membuat Candra cemburu.

Mega terkikik geli berdiri dari dudduknya berjalan ke arah Candra yang duduk tepat di hadapannya. Ia mencium pipi kiri Candra membuat Candra memeletkan lidahnya pada Rigel. Mengejek

"Ya udah, kita mau berangkat dulu," pamit Candra mencium kening Mega kemudian berjalan pergi.

"Kamu di rumah hati-hati ya, kalau ada orang gak di kenal jangan pernah buka pintu. Cepat telpon aku atau bang Candra," tutur Rigel.

"Iya."

"Pinter," Rigel menepuk puncak kepala Mega pelan sebelum menyusul Candra yang sudah berkoar di depan pintu kayaknya ayam.

"REJEL!!"

"IYE! SABAR, MASIH JALAN NIH!"

"MEGA KITA BERANGKAT DULU. TIATI DI RUMAH!" pamit Rigel dengan Toa-nya membuat Mega mengelus dadanya karena terkejut tak urung ia juga ikut tersenyum.

Beberapa jam kemudian. Mega yang merasa bosan tak tahu harus melakukan apa, ia berdiri dan berjalan keluar rumah mencari minimarket terdekat entah mengapa ia sangat ingin makan coklat dan beberapa snack.

Tanpa Mega sadari sejak tadi ada beberapa orang yang mengikutinya. Beberapa Pria yang berjalan tak jauh dari Mega, saat Mega memasuki minimarket pria itu menghubungi ketua mereka.

"Ketua, dia sedang sendirian."

"....."

"Baik, Ketua."

Tut.. tut...

"Kata Ketua, kita bawa Mega ke sana tanpa lecet sedikit pun," ucapnya memberi tahu.

"Kita tunggu di jalan yang sepi."

Sesaat kemudian Mega keluar dengan tangan kanan memakan coklat sementara tangan kirinya memegang kantung kresek ukuran sedang.

Mega berjalan di jalanan yang cukup ramai hingga sebuah motor berhenti tepat di hadapannya.

"Mega, ayo naik," titahnya.

Mega mengernyit bingung, ia tak mengenal seseorang di balik helm tersebut.

"Gak usah takut. Ini aku," ucapnya melepas helm yang menutupi wajahnya.

Tbc.

GALAKSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang