35✓

579 23 0
                                    

Mega kini berada di depan rumahnya diantar oleh pria yang menumpanginya tadi.

"Dari mana, sih? Lain kali jangan keluar sendirian, ya!" peringatnya.

"Kenapa? Aku, kan, cuman ke minimarket beli coklat sama snack," ucap Mega menunjukkan belanjaannya.

"Iya tau, tapi lain kali tunggu aku atau yang lain." Mega hanya mengangguk.

"Oh iya Gal, kamu kok udah pulang ini kan baru jam sepuluh?" tanya Mega pada Galaksi cowok yang  temui di jalan tadi.

"Nanti aku jawab, sekarang masuk yuk?" ajak Galaksi menarik lembut tangan Mega membawa gadis itu masuk ke dalam rumah.

Mereka berdua duduk di sofa depan Tv dengan pandangan lurus ke depan serta mulut yang tak pernah berhenti mengunyah snack. Mega yang merasa aman dengan kepala yang di senderkan ke bahu Galaksi sedangkan Galaksi yang merasa nyaman saat Mega berada di dekatnya.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku loh Gal," ucap Mega tanpa mengalihkan pandangannya.

"Yang mana?" Tanya Galaksi menatap Mega dari samping dengan tangan yang tak berhenti mengusap kepala Mega.

"Ish! Kamu kenapa udah pulang Bang Candra sama Rigel aja belum pulang. Bolos ya?" tuduh Mega yang kini duduk tegak sambil menatap Galaksi intens.

Galaksi terkekeh melihat Meganya kini mulai cerewet meskipun ia belum ingat apapun.

"Gak bolos kok. Cuman izin pulang."

"Sama aja," cemberut Mega melipat kedua tangannya di bawah dada.

Terjadi keheningan selama beberapa menit. Galaksi yang tau Mega sedang ngambek membiarkan gadis itu.

Sesekali gak papa lah, batinnya

Mega berdiri dari duduknya membuat Galaksi menatap bingung. Tangannya menggapai lengan Mega membuat gadis itu menatap sebal kearahnya.

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Tidur," ucapnya memajukkan bibirnya beberapa centi sebelum menghempas tangan Galaksi dan pergi dari sana.

"Mana tahan gue kalau Mega selucu itu," kekehnya.

-- Galaksi --

"Kalian gimana, sih! Nyulik satu orang cewek gak bisa. Bego banget!"

"Maaf ketua. Kita udah rencanain penculikan itu mayang-matang. Tapi, ada anak Angkasa yang ngasih dia tumpangan," jawab anak buahnya.

"Angkasa, ya?" Gumamnya.

"Lusa kita serang Bima Sakti!" perintahnya.

"Siap! Ketua."

-- Galaksi --

Galaksi masuk ke dalam kamar Mega, menatap gadis yang tertidur pulas di balik selimut itu. Galaksi berjalan mendekat menaiki ranjang dan ikut berbaring menghadap Mega memandang wajah damai gadisnya.

Tangan galaksi menyelinap ke bawah leher Mega membuat kepala gadis itu berada di atas dadanya. Tangan Galaksi tak berhenti mengusap lembut rambut Mega sesekali mencium puncak kepalanya.

"Meg," panggilnya lembut dengan tangan menepuk pelan pipi tembem Mega.

"Mega."

"Hmm," gumam Mega semakin merapatkan tubuhnya pada Galaksi.

"Mega bangun. Makan yuk?" ajak Galaksi membuat Mega terpaksa membuka matanya perlahan.

"Males," lirihnya kembali menutup mata dan memeluk Galaksi erat.

"Gak mau makan, nih. Ya udah sini pelukan sama aku aja," goda Galaksi dibalas dengusan oleh Mega.

"Sana, ih!" Kesal Mega menjauhkan badannya dari Galaksi membuat Galaksi cemberut.

"Kok di lepas sih!" kesalnya.

"Bodo! sana pergi. Ngapain sih, kesini? Gak punya rumah?" sinis Mega.

"Rumah gue 'kan lo." Santai Galaksi membuat Mega merasa asing dengan ucapan itu.

Tangan Mega menekan kepalanya kuat yang terasa sangat berat dan sakit.

"Sstt!" ringis Mega memejamkan matanya.

Mendengar ringisan itu Galaksi bergeser duduk mendekat ke arah Mega. Ia terlihat santai sebenarnya ia sedang menyembunyikan kepanikan yang luar biasa di dirinya.

"Kenapa?" Tanya Galaksi lembut.

"Kepala aku sakit.. ssttt," jawab Mega semakin menekan kepalanya.

"Jangan di tekan. Sini geseran," pinta Galaksi membuat Mega menurut.

Galaksi melepaskan tangan Mega perlahan yang menekan kepalanya kuat. Setelah berhasil Galaksi membawa Mega ke dalam dekapannya. Mengusap pelan kepala Mega dengan kasih sayang serta di bumbui sedikit kecupan di puncak kepalanya.

"Jangan dipikirin. Jangan siksa diri kamu dulu. Sekarang tenangin diri kamu inhale exhale. Pejamin mata kamu, buat diri oamu nyaman ya," bisik Galaksi lembut tepat pada telinga Mega.

Mega hanya menurut menarik nafas dan mengeluarkan napasnya secara perlahan. Setelah merasa lebih baik ia memejamkan matanya dengan kepala bersender pada dada Galaksi. Pria yang membuatnya nyaman hanya karena bertemu beberapa kali.

Galaksi yang mendengar deru napas teratur dari gadis dalam dekapannya itu menghela napas lega. Ia bergeser mencari posisi yang nyaman untuk dirinya tanpa mengusik Mega yang ada dalam dekapannya.

Tbc.

GALAKSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang