Di sinilah Mega sekarang setelah tiga hari menghilang dan membolos sekolah. Dengan santainya ia berjalan ke arah rooftrop menghiraukan seluruh murid yang mengikuti pelajaran terlebih kelasnya yang hari ini sedang ada kegiatan pembelajaran yang sangat amat menguras otak apalagi kalau bukan matematika di jam pertama dan dilanjutkan dengan pelajaran ekonomi. Sungguh mengharukan bagi beberapa murid sehingga membutuhkan pasokan udara yang cukup seperti yang dilakukan Mega saat ini.
Mega mendudukan dirinya di sofa usang yang masih layak digunakan. Ia menyandarkan badannya pada senderan sofa lalu perlahan menutup kedua matanya menikmati semilir angin pagi dan kicauan burung di pagi menjelang siang ini. Ia nyaman dengan suasana ini perlahan kesadarannya mulai menipis. Rasa kantuk mulai mendominasi dirinya membuat Mega mencari posisi nyaman untuk tidur.
Saking nyamannya sampai ia tak sadar jika seseorang melangkah kearah sofa tempat Mega terlelap. Orang itu menghela nafas lelah sambil menatap Mega dalam diam.
Sudah tiga hari ia kacau dan uring -uringan tak jelas karena tak mendapat kabar dari gadis di depannya ini yang selalu membuatnya risau dan Khawatir setengah mati hanya karena tak mendapat kabar dari gadis ini.
Ia duduk tepat di samping Mega yang nampaknya tak terganggu dengan kehadirannya justru Mega mencari posisi ternyaman. Sejak tadi Galaksi yang berada di sampingnya tak pernah mengalihkan pandangannya dari Mega. Entah kenapa ia sangat merindukan gadis ini hanya karena tak bertemu tiga hari ini.
Galaksi meletakkan tanganya diantara tengkuk leher dan paha Mega mengangkat gadis itu agar duduk di pangkuannya hal itu membuat Mega menggeliat kecil tapi dengan cepat Galaksi mengusap lembut pipi Mega membuat gadis itu kembali tertidur dengan kepala berada di ceruk lehernya sedangkan tangan gadis itu berada di depan dadanya.
Tangan Galaksi masih memeluk pinggang Mega erat seolah jika dilepas maka Mega akan kembali menghilang. Pandangannya masih menatap lekat wajah di dekapannya ini dengan senyum yang terbit dibibirnya. Jujur ia sangat menyayangi gadis ini.
Tuhan, tolong buat gadis di dekapanku ini bahagia meski bukan bersamaku, batin Galaksi mengelus lembut pipi Mega membuat Mega semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Galaksi.
Sudah 30 menit sejak mereka berdua berada di Rooftrop dan masih dengan posisi yang sama. Mega sedikit menggeliat mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya matahari yang menelusup masuk lewat celah dahan dan ranting pohon di samping rooftrop. Mega berfikir ada yang berbeda dengan posisinya ini meskipun terasa nyaman tapi juga aneh baginya.
Mega mendongakkan kepalanya menatap seseorang yang mendekapnya. Tepat matanya bertemu dengan mata pria itu membuat jantung keduanya berpacu cepat karena tatapan mereka yang terkunci sampai akhirnya suara Galaksi menyadarkan Mega.
"Kemana aja tiga hari belakangan ini?" tanya Galaksi.
"Jalan-jalan," jawab Mega mencoba berdiri dari pangkuan Galaksi tapi mustahil Galaksi semakin mempererat pelukannya.
"Lepas dulu, ih!" kesal Mega.
"Gak mau. Gue masih kangen tau," rengek Galaksi menciumi pipi Mega gemas yang dibalas pukulan pada lengan Galaksi.
"Lebay lo!"
"Ara tinggal di mana? Kemarin waktu Alde kerumah katanya Ara kabur ya dari rumah?" tanya Galaksi.
"Gue ngekos. Gak jauh dari sekolah kok."
"Kenapa ngekos, sih? Kenapa gak tinggal di rumah Candra? Atau mau tinggal bareng Alde di apart?" pertanyaan spontan Galaksi membuat Mega melototkan matanya tak percaya.
"Gak mau! Gue suka kok tinggal di kos. Banyak temen seru!" ucap Mega yang kini sudah turun dari pangkuan Galaksi dan duduk tepat di sampingnya.
Galaksi mengerutkan keningnya tak paham. "Kenapa?"
"Ketemu teman baru!" seru Mega semangat berjalan menuju pembatas rooftrop. Melihat padatnya kota dengan berbagai jenis warna dan macam kendaraan di kota ini.
"Cewek apa Cowok?" tanya Galaksi dingin da ia sangat berharap jika teman Mega itu cewek.
"Kepo!" sinis Mega lalu melangkah keluar dari Rooftrop.
-- Galaksi --
Mega duduk di kantin yang ramai. Ia hanya sendirian entah mengapa ia merasa sahabatnya menjauh darinya. Mega tak peduli, toh dia tau siapa orang di balik ini semua. Ia hanya menunggu drama pertunjukkan yang akan ia mainkan.
Maybe sesaat lagi, batin Mega memakan baksonya.
Brakk!
Baru saja Mega membatin. Permainan sudah dimulai Mega menghela nafas pasrah lalu menatap kumpulan orang di hadapannya. Mega menaikan satu alisnya tanda bertanya.
Candra melemparkan beberapa lembar foto tepat di hadapan Mega. Hal itu membuat Mega sedikit tersentak sebelum mengubah ekspresinya kembali seperti semula.
"Kenapa?" tanya Mega santai.
"Apa bener di foto ini lo?!"
Mega menatap foto itu berulang kali tanpa minat lalu tatapannya kembali memandang segerombol orang yang melingkari mejanya.
"Jawab!" bentak Candra membuat beberapa murid terkejut baru kali ini Candra membentak Mega dihadapan banyak murid lain.
"Iya." santai Mega
"Lo..."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAKSI
Teen Fiction•End• "jangan pernah takut pada kegelapan. bintang-bintang akan menemanimu" - Galaksi Adara Aldebaran. "Hati tolong sabar, Air mata tolong jangan keluar, Mulut tolong diam, Jiwa tolong tenang!!!" - Omega Ara Sirius. Ini tentang gadis penyuka Rasi bi...